12. balas dendam?

296 13 0
                                    


same day from the previous chapter



Meeting ketiga yang merupakan meeting terakhir hari ini, baru saja selesai. Rio, Tiara dan Rayna keluar bersama dari ruang meeting khusus yang ada dilantai dua belas.

"Syukur Alhamdulillah kita menang lagi." Ujar Rio yang berjalan ditengah, diantara Rayna dan Tiara.

"Iya. Bang Rio emang paling mantap kalau soal bikin proyek baru." Puji Tiara.

"Berkat ide-ide dari kalian juga." Rio berhenti membuat Rayna dan Tiara ikut menghentikan langkahnya. "Oh iya, mumpung dilantai dua belas. Sekalian minta tanda tangan pak Kaivan aja. Nih, Ray. Gue serahin ke lo ya." Lanjutnya menyerahkan dokumen pada Rayna.

"Gue nih?" Tanya Rayna melihat Rio dan Tiara bergantian.

"Iya, habis itu lo boleh langsung pulang."

Sedikit enggan sebenarnya, tapi berhubung bisa langsung pulang, Rayna tidak mau menyia-nyiakan keberuntungan besar seperti itu!

Begitu sampai di ruangan CEO ia lebih dulu ke meja sekertaris yang ada sebelum ke ruangan Kaivan langsung. Lina, sekertaris pribadi bos-nya ada disana terlihat sedang sangat fokus dengan pekerjaannya.

"Permisi."

Perempuan yang tengah menatap komputer, mendongak ketika mendengar suara yang menegurnya.

"Mbak, pak Kaivan nya ada? Saya mau minta tanda tangan." Tanya Rayna menunjukkan berkas yang ia bawa.

"Oh begitu, sebentar ya." Rayna mengangguk membiarkan Lina menelfon Kaivan dengan telkom yang ada dimeja kerjanya.

"Oke, baik." Ucap perempuan itu sebelum menutup sambungannya lalu menatap Rayna kembali. "Masuk aja, pak Kaivan didalam."

"Oke, makasih ya mbak." Ujarnya sebelum melangkah masuk kedalam ruangan yang berada diujung.

Mendengar ketukan pintu, Kaivan mempersilahkan masuk tanpa beranjak dari kursi kerjanya yang berada tepat ditengah ruangan.

"Masuk." Ucapnya masih menatap barisan kata-kata dikomputernya.

"Selamat sore, saya mau minta tanda tangan bapak."

Kenal dengan suara yang ia dengar, Kaivan mengalihkan perhatiannya. Dan benar saja, tunangannya sedang berdiri diseberang meja kerjanya, mengulurkan sebuah berkas padanya.

Kaivan menatapnya tepat dimata bulat gadis didepannya, lalau pandangannya teralihkan pada pakaian yang Rayna kenakan.

Kenapa perempuan ini gemar sekali memamerkan perutnya sih? Well, meskipun perutnya indah, tapi haruskah di umbar umbar begitu?

"Pak?" Rayna menggerakkan tangannya membuat Kaivan kembali dari pikirannya yang mulai kemana-mana.

"Kamu duduk dulu disana, saya selesaikan yang lainnya dulu." Ucap Kaivan kembali berkutat dengan komputernya.

"Nggak bisa duluin ini dulu?" Tanya Rayna yang sudah tidak sabar ingin pulang. Ayolah, dia kan setuju kemari karena Rio bilang dia boleh langsung pulang.

"Yang lainnya juga ngantri." Kaivan menunjuk tumpukan berkas di meja sisi kiri.

Rayna melotot, berkas sebanyak itu? Selesai kapan? Sedangkan per-satunya saja diperiksa secara detail.

"Ya udah, besok saya kesini lagiㅡ"

"Saya bilang, tunggu disana." Ucap Kaivan tegas, menunjuk sofa yang berada didepan meja kerjanya.

Dengan memutar bola matanya, mau tidak mau Rayna menurut. Menghempaskan bokongnya pada sofa empuk berwarna abu-abu. Bagaimanapun, ditempat ini dia hanyalah pegawai dan pria itu adalah bosnya, sopan itu wajib.

Troublesome fianceWhere stories live. Discover now