10. ketemu!

403 14 0
                                    


Perjodohan, sebelumnya Rayna sudah berkali-kali dijodohkan oleh ayahnya. Dan berkali-kali pula dia memilih kabur dari rumah hanya agar tidak jadi dijodohkan. Baru kali ini dia memilih untuk menerimanya, sebenarnya bukan karena dia takut black card miliknya diblokir. Karena Rayna tau ayah ibunya tidak mungkin membuatnya kesusahan dengan menyita sumber hidupnya. Ada alasan lain yang membuatnya mau tidak mau harus menerima perjodohan ini.

Itu terjadi saat dia mendengar percakapan orangtuanya, dimalam sebelum makan malam dengan keluarga sagara diadakan. Rayna saat itu merasa dirinya sangat tidak tahu diri dan egois, membuat orang tuanya bekerja mati-matian untuknya, selalu menuruti permintaannya tanpa tapi. But, Rayna malah tidak membalas kebaikan mereka, ia malah selalu membuat masalah yang merepotkan mereka.

Tapi KENAPA?! Kenapa dirinya malah jadi kelimpungan sendiri karena menerima perjodohan ini?!

Tok tok tok..

"masih lama?"

Rayna menghembuskan nafas panjangnya, menatap pintu kayu dengan lesu.

"Masih, om kalau kebelet ke kamar mandi bawah aja!"

Teriaknya pada Kaivan yang mengetuk pintu kamar mandi. Rayna tengah berendam didalam bathtub dan merenungi nasibnya.

Sudah sekitar satu jam Rayna dikamar mandi, itu yang membuat Kaivan sedikit khawatir padanya. Banyak kasus terjatuh dikamar mandi dan pingsan didalam kan? Atau mungkin gadis itu masih marah?

Kaivan memilih untuk membiarkannya, toh Rayna sudah besar, dia tidak perlu khawatir tanpa alasan.

Ia turun ke dapur, mengambil segelas air dan meminumnya. Mengingat persediaan air dikamar sudah habis, Kaivan mengambil teko untuk diisi air dan dibawa ke kamarnya.

Sambil dia menaiki tangga menuju lantai atas ia meraih ponselnya disaku dan menelfon sekertaris nya.

"Lin, kirim kerjaan yang harus saya selesaikan hari ini." Kaivan menghimpit ponselnya diantara bahu dan telinganya saat ia membuka pintu kamar.

"Iya, sekalian berkas yang kemarin belum sempat saya tangani ya." Pintanya lagi pada Lina, sekertaris pribadinya.

Kaivan meletakkan teko airnya dimeja nakas, masih terus membicarakan pekerjaan dengan Lina.

"Ya udah itu aja. Dikirim sekarang." "Oke." Ucapnya sebelum mengakhiri panggilannya.

"Permisi."

Kaivan sedikit terkejut dengan Rayna yang entah sejak kapan berdiri dibelakangnya. Dia menyingkir dua langkah kesamping, membiarkan Rayna lewat.

Gadis ini baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah dan memakai gaun tidur pendek yang super tipis.

Kaivan mengalihkan pandangannya, berdeham dan memilih untuk mengambil laptopnya.

Masalah pembagian kamar sudah dibereskan, tentu saja mengikuti cara pembagian Rayna. Sekarang meja rias dikamar itu sudah menjadi hak milik Rayna, begitu juga empat bilik lemari baju dan dua tingkat laci aksesoris di walking closet. Kaivan maklum dengan pembagian yang itu, mengingat baju dan aksesoris Rayna memang lebih banyak darinya.

Tapi tidak dengan yang satu ini.

"Kenapa?" Tanya Rayna yang  sudah duduk diranjang menatap Kaivan yang berdiri disamping ranjang yang juga tengah menatapnya dengan wajah tak terbaca.

"Ini nggak salah?" Tanya Kaivan menunjuk ranjang didepannya. Tiga bantal guling sudah berurutan diranjang sebagai pembatas dengan perbandingan tiga banding satu.

"Enggak." Jawab Rayna enteng, dia membenarkan selimut yang ia kenakan. "Saya kalau tidur suka nendang kesana sini. Makanya butuh tempat yang lebih lebar, emang om mau ketendang pas lagi tidur?"

Troublesome fianceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt