4» ketakutannya

497 18 3
                                    


Sudah lima hari terhitung Rayna menjalani harinya dengan bekerja dikantor tunangannya. Dan hari ini, hari ke enamnya bekerja.

Berbeda dengan hari pertamanya yang malas malasan bangun. Kini dijam setengah tujuh Rayna sudah duduk manis dimeja makan sembari menyantap sarapan yang disiapkan bi imah.

Kaivan yang tengah menuruni tangga sampai terhenti sejenak karena terkejut melihat Rayna sudah siap dengan pakaian kerjanya yang selalu memperlihatkan bentuk tubuhnya. Kaivan berdecak sebal, melihat kulit perut Rayna yang sedikit terlihat kerena setelan jasnya yang terlalu berlebihan.

"Eh, den Kaivan. Sarapan dulu den." Ucap bi imah yang tengah menyapu, Kaivan menjawabnya dengan senyum ramah lalu menuju meja makan dan duduk di seberang Rayna.

Kaivan menyantap sarapannya dengan sesekali melirik pada Rayna yang juga tengah sarapan tapi fokus dengan ponselnya. Dan yang membuat Kaivan semakin penasaran, Rayna sesekali terkekeh geli.

"Kalau di meja makan. Hpnya di taruh dulu." Ucap Kaivan membuat Rayna menatapnya sekilas lalu kembali fokus dengan ponselnya, mengetik sebentar lalu meletakkannya dan kembali sarapan.

"Om aku-"

"Mas." Potong Kaivan membenarkan panggilan. Rayna memutar mata malas. Dia nggak bisa manggil Kaivan dengan imbuhan 'mas' nggak tau kenapa, yang dia rasa cuma, geli aja gitu.

"Aku mau nebeng ke kantor, minmin lagi di bengkel." Ucap Rayna menyebut mobil pink kesayangannya.

Kemarin di tengah jalan si minmin tiba tiba mogok dan Rayna langsung melarikannya ke bengkel. Montirnya bilang min min butuh lima hari buat perawatan lebih lanjut. Alhasil kemarin ia pulang naik ojol.

"Kamu mau nebeng saya?" Tanya Kaivan, Rayna mengangguk. "Nanti kalau ada orang kantor liat gimana?"

"Kan bisa turun sebelum masuk kantor." Jawab Rayna sambil membersihkan mulutnya dengan tisu.

"Panggil saya mas dulu." Ucap Kaivan tenang yang langsung bikin Rayna melotot.

Kaivan mengangkat pandangannya pada Rayna yang masih menatapnya dengan mata melotot. "Kenapa?"

"Kok gitu sih." Kesal Rayna. Kaivan mengangkat bahunya lalu kembali menyuapkan nasi goreng yang tinggal sesendok.

"Saya mau berangkat, kalau jadi ikut. Tinggal panggil aja." Ucap Kaivan setelah menenggak segelas air, ia lalu beranjak pergi sembari meraih tas kerjanya.

Rayna berdecak sebal lalu berdiri menyusul Kaivan.

"Om ivan!"

Kaivan tetap melangkah menuju mobil BMW yang sudah terparkir didepan pintu masuk.

"Tungguin!" Rayna sedikit berlari saat melihat Kaivan sudah masuk mobil.

"Om!" Rayna berdiri didepan pintu kemudi, yang kacanya sudah diturunkan.

"Ikut." Ucapnya lalu memutari mobil, ia mencoba membuka pintu penumpang depan tapi terkunci. Rayna mengetuk kaca yang langsung Kaivan turunkan setengah. "Bukain."

"Panggil saya dulu." Ujar Kaivan datar.

"Kaivan..."

"Mas." Rayna menggeram kesal.

"Udah mau telat ini." Keluhnya tapi Kaivan tidak menanggapinya memilih menyalakan mesin.

"Ih! Om tega ninggalin aku?" Rayna mencoba membuka pintunya meski berakhir sia sia.

"Lima detik, saya kasih waktu atau saya tinggal." Ucap Kaivan tanpa menatap Rayna.

"Ya ampun, maksa bang-"

Troublesome fianceWhere stories live. Discover now