1» peraturan

1.2K 22 0
                                    


Banyak yang bilang perempuan itu rumit, susah dimengerti dan cenderung memusingkan jika memberi keputusan.

Kaivan akui, itu benar. Terutama tunangannya ini, dia sangat aneh dan betulan membuatnya pusing tujuh keliling.

"Pokoknya selama aku tinggal sama om, om harus menuhin semua kebutuhan aku disini. Dan lagi, aku mau tidur dikamar yang beda sama om. Aku nggak mau kalau nanti tiba-tiba om khilaf terus main sentuh sana sini. Terus, Aya juga cuma mau tidur di kasur yang kualitasnya premium. Oh iya, satu lagi, om bakal ngasih uang bulanan juga kan sama aku?"

Ya, begitu kira kira rentetan kalimat yang Rayna lontarkan begitu mereka sampai dirumah baru mereka. Hadiah pertunangan dari orang tua mereka, dan keduanya diharuskan tinggal bersama disana walaupun status mereka masih bertunangan belum menikah.

"Oh, satu lagi." Kaivan kembali menoleh kearah Rayna yang tengah berdiri disampingnya. "No skinship, pokoknya Aya nggak mu menoleransi hal ini, kalau sampai om ngelanggar," ucap Rayna menggantungkan kalimatnya.

"Kenapa?" Tanya Kaivan karena Rayna terdiam cukup lama. Gadis itu menoleh padanya lalu tersenyum.

"Pertunangan kita batal." Ucapnya sumringah lalu melangkah menaiki tangga di depannya.

☁☁☁

Malam ini adalah malam pertama bagi keduanya menjalani hidup tanpa bantuan maid untuk mengurus kebutuhan mereka. Sangat merepotkan, itu gerutu Rayna.

"Ck, dimana sih piyama gue." Rayna mengobrak abrik semua isi koper. Pakaiannya masih berada disana, belum ia rapikan ke walking closet.

Rayna hendak meneriakkan nama Bi imah, tapi ia segera menyadari kalau bi imah baru akan kemari besok, itupun hanya untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makanan jika sudah selesai ia akan kembali ke mansion keluarganya.

"Ibu jahat banget sih." Rayna berucap dengan bergetar, matanya berkaca sedangkan tangannya masih sibuk mencari piyamanya. "Kalo mau ngusir yah diusir aja, jangan kaya gini." Lanjutnya dengan sedikit isakan tangis, ia mengusap air matanya.

"Gimanapun caranya gue harus batalin perjodohan ini. Gue nggak mau nikah, apa lagi sama orang yang nggak gue kenal sama sekali." Ucapnya tersedu sedu.

"Lo dimana sih, piyama aja ngilang pas lagi dibutuhin. Apa lagi laki laki." Keluhnya masih mencari piyamanya.

Sedangkan didapur, terlihat Kaivan tengah berkutat dengan peralatan masak. Apron cream melekat ditubuhnya. Tangannya sibuk membolak balikkan nasi diatas wajan. Merasa sudah cukup matang, Kaivan segera menyajikan nasi goreng buatannya di atas piring yang sudah ia siapkan.

"Nggak bisa bil, gue lagi banyak kerjaan." Kaivan mengangkat pandangannya ke arah tangga. Rayna dengan gaun tidurnya tengah menghampirinya.

"Apa?! Yang bener?! Oke, besok gue ikutan! Deal!" Ucap Rayna mengakhiri panggilan, menarik kursi lalu duduk di seberang Kaivan berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa?! Yang bener?! Oke, besok gue ikutan! Deal!" Ucap Rayna mengakhiri panggilan, menarik kursi lalu duduk di seberang Kaivan berdiri.

"Ini om yang masak?" Rayna bertanya mendongak pada Kaivan yang masih berdiri.

"Hmm." Kaivan yang tersadar segera duduk dikursinya.

"Om, aku mau buat peraturan dirumah ini." Ucap Rayna dengan tangan memegangi sendok.

"Peraturan?" Kaivan mulai merasakan sesuatu yang tidak beres disini. "Bukannya tadi udah?"

Rayna menggeleng. "Iya, yang tadi termasuk. Tapi masih kurang."

"Gin-"

"Makan dulu dihabisin." Kaivan memotong ucapan Rayna, menatapnya lalu menunjuk piring Rayna dengan dagunya.

.

Setelah selesai makan, Rayna segera mengelap bibirnya dengan tisu lalu meraih air putih dan meminumnya.

"Jadi gini om." Rayna meletakkan kedua tangannya bersedekap diatas meja. "Satu, om nggak boleh ngelarang aya buat hang out bareng temen aya. Dua, om nggak boleh ngatur hidup aya dan kebiasaan aya. Tiga, seperti yang dikatakan sebelumnya, tempat tidur terpisah. Empat, no skinship. Dan terakhir, status pertunangan ini, nggak boleh ada yang tau selain keluarga."

Kaivan yang tadinya mendengarkan tanpa keberatan, kini merasa sedikit terganggu dengan kalimat terakhir gadis didepannya. Itu sedikit menganggunya, kenapa harus dirahasiakan? Apa itu berita buruk yang tidak pantas dipublikasikan? Masalah no skinship dan yang lainnya tidak masalah, toh itu ada benarnya. Mereka baru bertunangan, bukan menikah dimana jika sudah begitu ia berhak menyentuh wanitanya tanpa peduli penolakan. Kaivan menegakkan duduknya.

"Kenapa harus dirahasiakan?" Ia bertanya dengan sedikit nada tidak terima.

"Ya..." Rayna memutar otak. "Ya, aya nggak mau aja. Kan siapa tau sebenernya om udah punya pacar ter-"

"Saya nggak punya." Potong Kaivan.

"Ya, nggak mau tau. Pokoknya pertunangan ini harus di-ra-ha-si-a-kan." Ucap Rayna menekan telunjuknya ke meja. Kaivan menghembuskan nafasnya.

"Okay Then. Tapi kamu juga harus ikuti peraturan saya." Ucapnya membuat Rayna memelototkan matanya terkejut. Ia hendak membuka suara tapi Kaivan segera mendahului.

"Pertama, saya biarin kamu kelluar bareng temen temen kamu asal jangan sampai pulang terlambat, jam malam sampai pukul sembilan."

"Masa-"

"Kedua, saya berhak nasehatin kamu kalau kamu buat kesalahan." "Ketiga, jangan panggil saya om, panggil saya mas-"

"Nggak." Tolak Rayna memotong ucapan Kaivan.

"Kalau nggak mau. Saya berhak mengumumkan status pertunangan ini." Lanjut Kaivan tenang, berbeda dengan Rayna yang merasa keberatan.

"Kok gitu sih. Harus banget manggil 'mas' gitu?" Kaivan mengangguk. "Nggak, aya nggak bisa."

"Ya udah status pertunangan-"

"Okay okay, tapi itu berlaku kalau kita cuma berdua." Ucap Rayna mengalah, tak punya pilihan lain. "Terobsesi banget dipanggil mas, jatuhnya kaya manggil tukang ojek tau." Gerutu Rayna lalu bangkit meninggalkan Kaivan yang masih duduk di kursinya.

Ia menatap tubuh sintal Rayna yang hanya terbalut gaun tipis, sebagai pria normal ia sudah merasakan sengatan listrik dibawah sana sedari ia melihat tunangannya menuruni tangga sambil menelfon tadi.

"Tahan sikecil, Belum waktunya." Kaivan menepuk pahanya lalu meraih segelas air putih dan menenggaknya hingga tandas.

.....

Dipagi harinya Rayna bangun pukul tujuh. Dan saat dia turun menuju dapur, ia melihat seorang yang sedari kemarin ia tunggu.

"Bi imaaah!!" Rayna segera memeluk bi imah.

"Udah non, bibi nggak bisa nafas." Ucap bi imah menepuk punggung Rayna.

"Makan dulu non, den Kaivan udah berangkat ke kantor."

"Rajin banget jam segini udah ke kantor aja." Gumam Rayna lalu duduk dan menyantap sarapannya.

"Oh iya, tadi den Kaivan nitip katanya non Rayna disuruh nyusul ke kantor kalau udah sarapan."

"Ngapain?" Bi imah angkat bahu. Lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.

"Satu lagi non. Kata den Kaivan harus pake baju yang sopan." Bi imah yang lagi nyapu kembali bersuara.

Rayna tersenyum licik. "Baju sopan ya?" Ia meraih segelas susu lalu meminumnya hingga tandas.

"Okay! Yuk cari baju sopan." Gumamnya lalu kembali ke lantai atas, ke kamarnya.








🎬






Nggak tau, pengin up aja.

Siapa tau ada yang nungguin.

Troublesome fianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang