Bab 3b

3.5K 616 32
                                    

Hari ini Mona membelikan mereka nasi padang untuk makan malam. Gadis itu menerima bonus yang tidak sedikit dari penjualan. Mereka bertiga makan di teras rumah dengan masing-masing membawa sebotol air dingin dan kerupuk.

"Aku suka pakai gulai tunjang, enak," ucap Juki dengan mulut penuh.

Mona menggigit ayam bakarnya. "Jadi elo sama Amora enak, mau makan berapa banyak tetap aja langsing. Lah, gue. Baru cium nasi padang udah nambah berat dua kilo."

"Sekarang lo makan nasi padang." Amora menimpali.

"Sesekali, namanya juga pingin."

Juki membuka botol dan meneguk air, sambil menatap dua temannya yang makan dengan lahap. "Eh, tapi nasi padang itu emang enak. Sesekali makan pizza atau spaghetti itu asyik, tetap nasi padang juaranya. Ibaratnya, kita lihat cowok tampan bule setiap hari di TV, itu kagum, tapi kalau jatuh cinta tetap saja carinya lokal."

Amora mengernyit. "Juki, lo cowok. Ngapain analogi cari cowok juga?"

"Cuma perumpamaan."

"Kirain, lo naksir cowok juga."

"Kayak jeruk makan jeruk," sela Mona.

Juki mencebik, melipat bungkus nasi dan meletakkannya ke dalam kantong. Ia makan jauh lebih cepat dari dua temannya. Melangkah menuju kran yang ada di halaman, ia mencuci tangan.

Amora menyenggol Mona yang asyik makan kerupuk. "Gimana Felico? Masih suka hubungi lo?"

Mona mengangguk. "Masih, tiap hari kirim pesan."

"Trus? Kalian balikan?"

"Nggaklah, gila apa! Aku sengaja gantung dia. Nyambung kagak, tapi putus juga nggak. Biarin aja."

"Kejem lo."

"Biarin aja. Siapa suruh jadi laki tukang selingkuh."

Juki yang baru selesai mencuci tangan, duduk kembali di tempatnya. Meraih bungkus rokok dan menyalakannya. Aroma tembakau berbaur dengan bumbu rempah nasi padang.

"Coba kalau semua cowok kayak Pak Oscar. Udah tampan, kaya, pekerja keras," gumam Juki. "Gue juga denger katanya dia nggak punya cewek. Karena dulu pernah patah hati."

Mona ternganga. "Gila, orang secakep Pak Oscar masih diselingkuhi? Kok bisa?"

Juki mengangkat bahu. "Nggak tahu juga. Gue denger dari pegawai keuangan yang katanya udah lama kenal Pak Oscar. Ceweknya dulu kayak orang terkenal gitu. Mereka lama pacaran tapi mendadak itu cewek malah tunangan sama orang lain."

"Anjir! Gede nyalinya, tuh, cewek. Berani buang orang setampan Pak Oscar."

Amora hanya diam, mendengarkan percakapan kedua temannya. Informasi yang baru saja ia dengar sedikit mengguncang hatinya. Kalau benar Oscar patah hati seperti yang diceritakan Juki, tidak aneh kalau menjadi agresif. Mungkin memang memerlukan pelampiasan dan akhirnya bertemu dengan dirinya.

Dari pertama ketemu, Oscar sudah berani menciumnya. Amora berpikir, jangan-jangan karena dirinya memang terlihat murahan? Kalau tidak, kenapa laki-laki bisa berbuat nekat begitu. Tanpa sadar, ia menghela napas sambil melamun. Bingung dengan kenyataan yang menimpa dirinya.

Ia juga menganggap kalau sikap dan perbuatannya dengan Oscar sangat berani. Tidak pernah ia sevulgar itu dalam berhubungan dengan laki-laki. Mungkinkah karena ia terpesona dengan ketampanan Oscar?

Perkataan Juki tentang mantan kekasih Oscar, terus teringang oleh Amora bahkan setelah keesokan harinya. Berbagai pertanyaan menyelimuti dirinya tapi ia menahan diri untuk tidak bertanya pada laki-laki itu. Bukan karena tidak berani, tapi merasa nyalinya sangat lemah. Urusan pribadi Oscar bukan urusannya dan tidak seharusnya ia ikut campur.

Kissing The Stranger Where stories live. Discover now