First Love 02

410 369 180
                                    

"Terima kasih." Jin Yoo tersenyum.

"Kami lah yang sangat berterima kasih, karena telah mempercayakan kelanjutan pendidikan adik anda pada kami," ucap seorang guru laki-laki di depannya, yang perawakannya baru berusia sekitar 30-an.

Jin Yoo menanggapinya dengan anggukkan kepala. "Kalau begitu, saya permisi," pamitnya.

"Ah, silahkan."

Mereka berdua lantas sama-sama berdiri dari duduknya. Kemudian saling membungkuk satu sama lain. Lalu hanya dengan begitu, Jin Yoo segera keluar dari ruangan tersebut. Ia baru saja selesai mendaftarkan Jun pyo di salah satu sekolah swasta di Seoul. Di tahun ini, anak itu baru melangkah ke sekolah menengah pertama tingkat 3.

Jin Yoo mendudukkan diri di halte terdekat. Hingga tak lama kemudian, sebuah Bus berwarna biru berhenti. Melihat itu, ia lantas berdiri. Menunggu beberapa orang turun, kemudian melangkahkan kakinya masuk.

--First Love--

Wajah Jin Yoo tertutupi sepenuhnya oleh secarik kertas yang ia angkat tepat di depan wajahnya. Tak lama, ia menurunkannya. Hingga pandangannya lantas disuguhi dengan sebuah bangunan bernuansa monokrom dengan tulisan "Seo-nam Cafe" di atasnya.

Di sinilah ia sekarang. Jin Yoo benar-benar mendatangi tempat ini untuk melamar pekerjaan, setelah ia melihat poster yang tertempel pada tiang listrik semalam. Ia kembali melihat pada alamat yang tertera pada poster yang ia pegang. Benar, ini adalah alamatnya. Nama tempatnya pun sama persis seperti yang tertulis. Maka tanpa pikir panjang, Jin Yoo lantas melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam.

Hal pertama yang tertangkap oleh indera penglihatannya ialah, kondisi di dalam yang lumayan ramai. Jin Yoo mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru sudut. Lantas berdecak kagum dalam hati. Di bandingkan sebuah Cafe, tempat ini bahkan lebih pantas disebut sebagai Restoran bintang lima. Bagian dalamnya begitu luas. Dengan dinding bercat monokrom dan interior minimalis, membuatnya terlihat elegan.

Jin Yoo lantas kembali berjalan menuju meja kasir. "Permisi," sapanya, pada seorang wanita berambut coklat terang yang berdiri di depan meja bartender.

"Ya, anda ingin memesan sesuatu?" tanya wanita itu.

"Ah, tidak. Aku hanya mau memastikan. Ku dengar, Cafe ini membuka lowongan pekerjaan. Apakah itu benar?"

Wanita itu mengangguk. "Benar. Apa kau ingin melamar?"

Jin Yoo hendak mengangguk. "Ya! Aku ingin melamar." Namun bersamaan dengan itu, sebias suara lantang tiba-tiba terdengar dari arah samping kirinya. Jin Yoo menoleh. Mendapati seorang gadis berponi, pipi tembam dan bertubuh agak berisi berdiri sejajar disampingnya dan baru saja merebut hak-nya bersuara.

"Maaf, tapi aku yang melamar lebih dulu," ujar Jin Yoo.

Gadis itu meliriknya, dengan tatapan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Terlihat seperti orang polos. Ia mengerjapkan mata. "Tapi, aku yang mengatakannya lebih dulu," gumamnya.

"Jika kau tak menghalangiku untuk berbicara, pasti kata itu sudah lebih dulu terucap dari mulutku." Jin Yoo pun tak mau kalah.

"Tapi tetap saja, aku yang lebih dulu mengatakannya. Itu berarti, aku yang mendapatkan pekerjaan ini. Bukankah begitu?" Gadis itu beralih menatap pada wanita penjaga kasir. Berharap memperoleh pembelaan. Sedangkan yang ditanyai hanya bisa tergagap, seraya menatap dua wanita di depan mejanya secara bergantian.

"Tidak bisa begitu. Kau tiba-tiba datang dan menyela pembicaraan kami begitu saja. Bukankah itu tidak sopan?"

Mendengarnya, membuat penjaga kasir semakin kebingungan. Mereka berdua bertengkar didepan meja kasir, yang tentunya menghambat antrian. Dan juga, beberapa pelanggan yang duduk di sekitar pun sepertinya sadar akan keributan ini. Dilihat dari pandangan mereka yang satu-persatu menatap kemari. Ia lantas menggulirkan pandangan, dan menemukan Tuan Park didepan sana yang baru saja keluar dari lorong masuk Toilet. "Tuan Park!" panggilnya segera.

The First Love | Lee Taeyong (Hiatus)Where stories live. Discover now