First Love 01

502 408 353
                                    

Pintu yang sedikit usang itu perlahan terbuka dari luar. Menyebabkan cahaya putih terang memancar, menampakkan siluet hitam dua tubuh kala pintu dibuka semakin lebar.

Mereka berdua melangkah masuk. Dengan kedua tangan yang menarik dua koper besar beserta tas ransel di punggung sang adik, Jin Yoo menolehkan pandangannya menatap ke setiap inchi sudut ruangan. Lantas menghembuskan napas, merasa sedikit lega.

Setidaknya masih ada satu unit yang masih kosong di Penginapan kecil ini, setelah ia mencari ke berbagai Penginapan lain yang ada di kota Seoul. Terlebih, ruangan ini masih layak untuk ditinggali. Meskipun dengan biaya sewa yang murah, setidaknya tidak seburuk yang ia bayangkan.

Telah banyak Penginapan yang mereka temui. Namun biaya sewanya terbilang cukup menguras kantong. Tidak mungkin Jin Yoo langsung mengambilnya begitu saja, bisa-bisa mereka tidak dapat makan selama hidup di sini. Mengingat biaya hidup di kota besar yang tak murah. Ia bahkan sudah meminta potongan harga sebelumnya, namun tetap tidak bisa karena fasilitas di sana yang cukup memadai.

"Kita tinggal di sini?"

Jin yoo mengalihkan atensinya kala pertanyaan Jun Pyo terdengar di telinganya. Ia mengangguk. "Hm. Setidaknya kita mempunyai atap untuk berteduh." Lantas menghembuskan napas pelan. "Letakkan tas punggungmu, kemudian mandilah. Kakak akan membersihkan ruangan ini dan memastikan tak ada debu yang tersisa."

Brukk!

Jun Pyo menjatuhkan ranselnya ke lantai tepat setelah melepaskan benda itu dari punggungnya. "Aku akan membantu Kakak membersihkannya terlebih dulu," ucapnya.

"Tidak perlu. Mandi saja dan menurutlah, mengerti?" Ditatapnya sang Adik dengan tegas.

Jun Pyo mendengus, "Baiklah..." lantas berjalan ke depan, menuju arah di mana kamar mandi itu terletak.

Melihat itu, Jin Yoo meraih kembali tas Jun Pyo yang tergeletak di lantai. Lalu meletakkannya beserta dua koper bawaannya di atas kasur tempat tidur.

Hal yang harus ia lakukan saat ini ialah, mencari peralatan seperti sapu dan pel untuk ia gunakan membersihkan rumah. Namun, mengingat tempat ini cukup lama tak ditempati, benda-benda semacam itu sepertinya tidak ada. Jika membeli sekarang, Jin Yoo belum tahu di mana Toko di sekitar sini yang menjualnya. Maka untuk sementara, ia memutuskan akan meminjam dari penghuni rumah sebelah.

--First love--

Tok tok tok...

Tak butuh waktu lama, Pintu kayu bercat coklat di hadapannya terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang jika dilihat dari wajahnya, mungkin sudah berkepala lima. Namun tubuhnya masih berisi. "Ah, ada yang bisa ku bantu?" tanyanya dengan tatapan bingung, layaknya orang-orang yang baru pertama kali bertemu dengan orang asing pada umumnya.

Jin Yoo menyunggingkan senyumnya tipis. Lantas sedikit membungkuk, "Maaf mengganggu waktu anda, Bibi. Aku Im Jin Yoo, penghuni baru ruang sebelah."

Senyumannya kian terbit. "Ahh... kau tetangga baru?" Wanita itu terlihat gembira. Jin Yoo mengangguk. "Akhirnya ... Sudah lama tempat itu tak berpenghuni. Sangat jarang ada orang yang mau menyewa di Penginapan ini karena letaknya yang tidak strategis. Terlebih dengan tempatnya yang sedikit kumuh."

"Begitu?" Jin Yoo bergeming.

Wanita itu mengangguk, "Hm." kemudian terlihat berpikir, "Ah... Siapa namamu tadi?"

"Im Jin Yoo. Anda bisa memanggilku Jin Yoo."

"Wahh... nama yang cantik, sama seperti pemiliknya," serunya dengan senyuman lebar. "Aku Hwang Dokyung. Panggil saja Bibi Dokyung."

The First Love | Lee Taeyong (Hiatus)Where stories live. Discover now