Chapter 11 | Teror Berdarah

98 7 1
                                    

Cahaya telah meredup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cahaya telah meredup. Biru yang semula cerah memudar, terkotori kemudian oleh rona-rona jingga dan merah muda.

Runa menyugar rambut basahnya. Jauh di sampingnya, Naga turut menatap kaki langit di ujung sana. Senja yang indah, air laut yang menyejukan serta elusan ombak. Itu adalah defenisi healing menurutnya.

Dendi diam-diam menggiring teman-temannya untuk menjauh. Mereka mengerti, jadilah membiarkan dua insan itu berdua saja menatap ke langit.

Semakin lama, gelap semakin ikut campur. Rona-rona jingga tertutupi. Senja yang indah telah berakhir. Akan tetapi dinginnya air dan sapuan ombak masih menjadi kenyamanan.

Naga menoleh. Sorot matanya melemah terhadap wajah Runa. Tidak ada yang berubah. Itu masih wajah bulat dengan pipi yang agak tebal.

"Andai lo gak mengkhianati gue, Na."

Runa merasa sesuatu masuk ke dalam telinganya. Namun suara angin ikut bergabung. Dia jadi kewalahan menjernihkan ucapan yang sebenarnya.

"Lo ngomong sesuatu?"

"Pengkhianat!" seru Naga kencang. Runa meringis. Itu sungguh tepat mengenai ulu hatinya.

Runa menatap pantulan wajahnya di cermin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Runa menatap pantulan wajahnya di cermin. Sempurna. Rambutnya sudah kering, tersisir rapi dan telah dibuat bergelombang sebagaimana yang dia suka.

Pakaian pun sudah baru. Sebuah crop top putih bermotif kupu-kupu dan baggy jeans biru. Tentu saja Anas yang membelikan. Selain kaya, dia memang punya hobi menghabiskan uang, bahkan untuk orang lain.

Ponsel Runa berdering. Dia membuka resleting tas dan mulai menjarah apapun yang ada di dalamnya. Sebuah kotak mengejutkannya. Dia tidak pernah membawa apapun yang berbentuk kotak di dalam tasnya. Semakin tidak dapat dimengerti sebab itu adalah kotak hitam berpita merah.

Tidak membukanya. Runa membawa keluar. Dia mengabaikan dering ponselnya demi itu.

"Ada yang ngasih gue ini?" Runa mengangkat tinggi-tinggi kotak di tangannya.

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now