••• The End •••

Bắt đầu từ đầu
                                        

Wajah Wendi total memerah dan gadis itu lantas mengalihkan pandangannya karena malu. Sementara itu, Dean hanya tersenyum tipis saat melihat Wendi yang tampak menggemaskan.

🎶🎶🎶

Saat Wendi berhasil dibawa ke ruang tunggu di belakang panggung, orang pertama yang datang menghampiri mereka adalah Yemima---yang terlihat paling panik di antara yang lain. Gadis itu bahkan langsung memeluk Wendi sambil menangis.

"Kamu enggak apa-apa, kan?" tanyanya sambil memperhatikan setiap detail di tubuh Wendi, yang mengundang senyum dari Dean. "Matamu gimana? Masih sakit? Kita periksa ke rumah sakit aja, ya?"

Melihat raut kekhawatiran itu, Wendi menarik kedua sudut bibirnya. Ucapan Dean tentang Yemima yang mengkhawatirkannya memang benar. Entah kenapa, hati Wendi menghangat begitu menyadari Yemima---yang biasanya dingin dan apatis---menangis hanya karena khawatir padanya. Tidak mau membuat gadis berambut panjang itu semakin khawatir, Wendi lantas memeluk erat tubuh temannya. 

"Aku baik-baik aja, kok. Mataku emang sempat sakit, tapi tadi. Sekarang udah enggak apa-apa," jelasnya sambil menyandarkan kepala di bahu Yemima. "Perasaanku juga membaik karena aku tahu Yemima mengkhawatirkanku."

Yemima mengangguk, dia lantas menghapus air matanya kasar dan membalas pelukan Wendi. Sesaat, dia melirik Dean yang berdiri tak jauh dari mereka. "Anak band itu tidak melakukan yang aneh-aneh padamu, kan?"

"Mana mungkin Dean berani melakukan yang aneh-aneh pada Wendi," kata Zain menimpali. "Dia, kan, takut dibunuh olehmu."

"Bukannya kamu yang takut padaku?" tanya Yemima bingung. "Tadi, kamu bahkan enggak berani bicara waktu aku marah-marah tadi."

"Ya, jelaslah!" seru Zain kesal, tampaknya dia merasa malu. "Memangnya, siapa orang gila yang berani bicara di depan gadis pemarah sepertimu?"

"A-apa?"

Setelah itu, terjadilah aksi kejar-mengejar antara Yazain dan Yemima yang meneriakinya. Wendi tersenyum saat melihatnya, hal yang lumayan langka sebab Yemima sangat jarang bergaul dengan laki-laki kecuali Keenan. Lalu saat mengedarkan pandangan, Wendi bisa melihat Dean yang menatapnya dengan senyum tipisnya yang khas.

🎶🎶🎶

Walau banyak kekacauan yang terjadi, secara keseluruhan acara tahunan sekolah tahun ini dapat dikatakan berjalan dengan lancar. Semua penonton tampak puas dengan penampilan drama yang memiliki akhir yang tidak terduga. Berikut dengan penampilan-penampilan kecil yang mengikutinya.

Pepatah hasil tidak akan mengkhianati usaha sepertinya benar adanya. Berkat kerja keras yang mereka lakukan, Starlight beserta semua anggota Klub Drama mendapatkan penghargaan sebagai proyek kolaborasi paling spektakuler di sepanjang sejarah. Sebagai tambahan, kepala sekolah bahkan sampai memberikan waktu libur lebih kepada semua anggotanya.

Itu sebabnya, di hari yang sangat cerah ini, Wendi tampak sangat bahagia karena sedang bermain di taman hiburan.

Beberapa kali, gadis itu merasa takut saat melihat orang-orang sekitar yang menatapnya. Namun, lagi-lagi perasaannya menjadi tenang karena tahu Dean yang selalu menemaninya. Pemuda itu selalu membuatnya merasa nyaman meski dengan cara yang paling sederhana. Mungkin karena itu pula, Wendi merasa jika dia sudah jatuh cinta untuk yang pertama kalinya.

"Habis ini, mau naik apa lagi?"

"Enggak tahu," ucap Wendi sambil memijat kedua kakinya karena pegal. "Aku mau pulang saja, boleh enggak?"

Mendengar itu, Dean menoleh. Memperhatikan raut wajah kelelahan Wendi yang begitu kentara. "Kamu capek banget, ya."

Wendi mengangguk kecil. "Iya."
"Mau pulang sekarang?"

Lagi-lagi, Wendi mengangguk. Setelah mendapatkan izin dari teman-teman mereka, keduanya memutuskan untuk pulang naik bus atas keinginan Wendi. Nyatanya, walau kelelahan, gadis itu tetap bersemangat saat tahu bahwa bus yang mereka tumpangi sangat sepi.

Sesampainya di depan kompleks perumahan Wendi, Dean bisa melihat raut sang gadis yang tampak kelelahan lagi. Sepertinya, rasa kantuk pun sudah mulai menyelimuti gadis cantik itu.

"Kamu capek banget, ya? Mau digendong?"

Wendi mengangguk kecil, sama sekali tidak ada tanda-tanda penolakan. Dia lalu berjalan ke arah Dean yang berjongkok dan menjatuhkan tubuhnya di atas punggung pemuda itu.

Setelah mendapatkan posisi terbaik, Wendi mulai memeluk erat leher Dean dan menjatuhkan kepalanya di pundak si pemuda. Sementara Dean hanya menarik senyum tipis saat menyadari jika wajah Wendi tampak dekat dengan wajahnya.

"Gimana sama hari ini?" tanya Dean membuka sesi obrolan mereka. "Kamu senang?"

"Bukan senang lagi, tapi bahagia." Meski matanya sudah hampir tertutup, Wendi tetap antusias saat menjawab. "Ini, pertama kalinya Ayah kasih izin aku buat jalan sama teman-teman. Rasanya benar-benar menyenangkan. Kapan-kapan, kita jalan lagi, ya."

"Iya."

"Uhm," bisik Wendi. "Kalau berdua aja, bisa enggak?"

"Eh?" Dean refleks menghentikan langkahnya. Menoleh ke kanan sampai membuat hidungnya bersentuhan dengan hidung Wendi. "Berdua itu maksudnya, kamu sama aku aja, begitu?"

Wendi dengan ragu mengangguk. "Iya, kalau kamu mau, sih."

Mendengar itu, Dean tertawa pelan. Punggungnya sampai bergetar yang membuat Wendi merasa tidak aman di belakang. "Pasti mau, kok. Nanti aku atur waktunya, ya. Soalnya, aku juga harus minta izin sama Ayah."

Wendi tidak menjawab, tetapi pelukannya di leher Dean semakin erat. Begitu keduanya sampai di depan taman kompleks, Dean lagi-lagi menghentikan langkahnya.

Menyadari hal itu, Wendi refleks membuka matanya. "Lo, udah sampai, ya?"

"Belum, kok," jawab Dean sambil membenarkan posisi Wendi lagi. "Tapi, ada yang ingin aku katakan."

Kesadaran Wendi sepenuhnya kembali. Kemudian, gadis itu menatap Dean dari samping, yang sepertinya sedang mengukir senyum simpul yang begitu mempesona.

"Wendi."

Mendengar Dean menyebut namanya, refleks Wendi mengerutkan dahinya. "Iya?"

"Jadi pacarku, ya."

🎶🎶🎶

Surabaya, 16 Maret 2022
Love From Sia.

Terima kasih atas semua dukungan yang reader-nim berikan kepada cerita ini.

Thanks and
See you in the next story-!!

Thanks and See you in the next story-!!

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
The Singularity [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ