••• Starlight •••

141 117 176
                                        

Langit sore di taman saat ini tampak cerah. Namun tidak secerah hati Dean saat menyadari jika anggota band-nya tidak lengkap. Pemuda itu mengedarkan pandangannya, mencari satu makhluk yang seharusnya sedang bersiap-siap di depan panggung.

"Ada yang lihat Ken?"

Mendengar itu, Lukas---yang sedang membenarkan posisi stand mic---menoleh. "Tadi sebelum berangkat ke sini, dia sempat menghubungiku. Katanya, dia agak telat karena harus mengurus beberapa hal."

Dean yang mendengarnya terdiam. "Hal apa?"

"Enggak tahu."

"Selalu," gerutu Zain yang tiba-tiba muncul dari belakang panggung. "Kenapa dia harus sibuk di saat-saat kita mau tampil, sih? Merepotkan, deh."

"Mungkin waktunya sedikit kebetulan," ucap Kael sambil merangkul pundak Zain. Bermaksud untuk menenangkan yang termuda. "Kita tunggu aja dulu. Kalau lima menit lagi Ken enggak muncul, kita mulai aja."

"Oke."

Dean mengangguk kecil. Sepertinya, mengikuti saran Kael tidak ada salahnya. Jadi, pemuda itu meminta semua anggotanya untuk kembali bersiap-siap sebelum acara dimulai.

"Bukannya Kak Lukas aja udah cukup?"

"Enggak." Dean mengambil gitarnya, lalu menyesuaikan jarinya dengan senar gitar. "Kamu juga pasti tahu, Ken itu vokalis utama kita. Kalau dia enggak ada, udah pasti Kak Lukas bakal kerepotan."

"Tapi, kan, semua lagu yang mau kita bawakan punya bagiannya masing-masing."

"Nah, itu masalahnya," kata Dean sambil tersenyum. "Bagian Ken itu ada banyak. Kasihan Kak Lukas kalau harus menyanyikan semuanya."

"Iya, juga, sih." kata Zain pelan. Lantas, pemuda itu berbalik dan mulai berlatih piano lagi.

Tidak lama kemudian, Dean mendengar langkah yang terburu-buru perlahan mendekatinya. Saat berbalik, dia bisa melihat Ken dengan penampilannya yang berantakan. Meski begitu, pemuda itu masih bisa tersenyum tipis saat Dean menatapnya. Sama sekali tidak merasa bersalah.

"Akhirnya kamu datang juga."

Ken tersenyum. Napasnya terlihat masih terengah-engah. "M-maaf, Dean. Ada masalah yang harus kuselesaikan sebelum datang ke sini."

Dean tidak menjawab. Pemuda itu malah menatap Ken dengan sedemikian rupa. "Kamu tahu, kan, posisimu di band ini sebagai apa?"

Mendengar pertanyaan itu, Ken mengangguk.

"Bagus kalau kamu masih ingat." Dean tersenyum manis. Namun, tatapan matanya terasa datar dan kosong. "Kak Kael, aku boleh minta bantuannya?"

Kael yang mendengarnya menoleh. "Kenapa?"

"Nanti, tolong ingatkan aku untuk menghukum Ken, ya," kata Dean sambil menatap wajah Kael. "Sekarang, ayo mulai acaranya. Kasihan mereka yang udah menunggu terlalu lama di bawah sana."

Semuanya menuruti ucapan Dean, begitu juga dengan Ken yang langsung berlari ke belakang panggung untuk persiapan. Lalu, penampilan mereka pun dimulai.

🎶🎶🎶

"A-apa?"

Saat Dean mengatakan hukumannya, Ken tampak tidak terima. Pemuda itu sepertinya ingin menentang, tetapi urung saat melihat wajah Dean yang tidak bersahabat.

"Seharusnya kamu berterima kasih karena Dean udah meringankan hukumanmu," komentar Zain ketus. "Kalau dia mau mendengarkan ucapanku, kamu pasti udah dikeluarkan dari Starlight."

"K-keluar?"

Zain mengangguk. "Memangnya, hukuman apa lagi yang pantas untuk orang sepertimu?"

Ken yang mendengarnya terdiam. Pemuda itu lantas menatap Dean kembali. "Apa enggak ada hukuman yang lain, Dean?"

The Singularity [END]Where stories live. Discover now