[TEENFICTION]
Genre: Romantis
°°°°°
Sebagai satu-satunya kolaborasi di acara tahunan sekolah, Dean dan Wendi harus bekerja sama untuk bisa menampilkan pertunjukan drama dan musik yang spektakuler. Walau terdengar mustahil, keduanya tetap berusaha u...
Setelah mendapatkan tempat duduk yang menurut Wendi nyaman, Dean langsung meminta gadis itu untuk duduk dan menunggu. Sementara itu, Dean pergi sebentar untuk membeli minuman. Begitu kembali, pemuda itu bisa melihat Wendi yang hanya diam sambil memainkan ujung jaketnya.
"Ini."
Wendi mengangkat kepala, menatap Dean yang senantiasa tersenyum untuknya. Gadis itu lantas menerima sekaleng minuman soda dingin dan kembali mengalihkan pandangan. "Terima kasih."
Dean mengangguk seraya duduk di sebelah Wendi. Bisa pemuda itu lihat, Wendi yang tampak kesulitan membuka kaleng sodanya. "Kamu perlu bantuan?"
"E-enggak, aku bisa sendiri."
Meski bicara begitu, Wendi tetap kesulitan membuka kaleng sodanya. Gadis itu lalu menghela napas, merasa pasrah karena tidak bisa membuka kalengnya. Kemudian, matanya membulat saat Dean merebut dan membuka kalengnya.
"Aku, kan, bilang bisa sendiri."
"Iya, iya." Dean terkekeh. "Aku cuma mau membantu, kok."
Wendi tampak tidak mendengarkan, karena gadis itu terlihat sedang menikmati minumannya. Gadis itu tersenyum simpul, merasakan campuran rasa manis dan asam yang menyapu permukaan lidahnya.
"Kamu sesuka itu, ya, sama lemon?"
"Iya. Aku suka karena rasanya enak."
Hening sesaat, karena keduanya tampak menikmati minuman masing-masing. Puas dengan minumannya, Wendi memutar tubuh untuk berhadapan dengan Dean.
"Ngomong-ngomong, kamu tahu lagu yang judulnya Singularity?"
Wendi mengerutkan dahi. "Lagu apa itu?"
"Lagu tentang keadaan seseorang yang berada di dalam titik terendah dalam hidupnya," ucap Dean sambil menatap lurus ke depan. "Dia juga kehilangan jati dirinya karena terlalu mencintai orang lain."
Mendengar itu, Wendi terdiam. Gadis itu menatap Dean yang terlihat dingin. "Hubungannya denganku?"
"Aku enggak mau kamu berakhir kayak begitu." Dean menoleh, menatap Wendi yang terlihat bingung. "Kalau kamu terlalu memikirkan pendapat orang lain, aku jamin hidupmu enggak akan pernah tenang dan bahagia."
"Maksudmu?"
Dean tidak menjawab. Pemuda itu kemudian menarik senyum, mencoba untuk mengganti topik pembicaraan. "Kamu pasti bingung, ya, kenapa aku enggak kaget saat melihatmu?"
"Iya." Wendi terdiam. "Aku bahkan jauh lebih kaget karena kamu berhasil mengenaliku meski hanya sekali tatap."
"Yah, sebenarnya aku udah tahu dari awal kalau warna matamu itu tidak alami. Dengan kejadian ini, pertanyaanku tentang warna matamu yang selalu berbeda akhirnya terjawab."
Wendi membulatkan mata. "Kamu kok tahu?"
Dean tersenyum. "Zain juga tahu, kok. Saat kubilang mau tanya langsung sama kamu, dia melarangku. Katanya, dia takut kamu sedih dan enggak mau berteman sama Starlight lagi."
Wendi menunduk, ekspresi wajahnya terlihat sangat sedih. "Bukannya Starlight yang enggak mau berteman denganku? Aku ini, kan, aneh."
"Jangan pernah bilang begitu, Wen," ucap Dean dengan intonasi yang dingin. "Aku enggak suka kalau kamu menjelek-jelekkan dirimu sendiri."
Wendi menghela napas, kembali memainkan ujung jaketnya. "A-aku cuma takut. Dulu, temanku ada banyak, tapi saat mereka tahu mataku yang seperti ini, semuanya menjauh. A-aku jadi sendirian."
Wendi kembali terisak, kali ini benar-benar terdengar menyedihkan. Dean lantas menarik Wendi ke dalam pelukan, memberikan tepukan lembut di punggung si gadis guna menenangkan.
"Kejadian itu enggak akan terulang lagi. Kalau pun kamu harus kehilangan semua temanmu, masih ada Yemima, Keenan, Ayah, bahkan Starlight yang selalu menemanimu."
Wendi melepaskan pelukannya, menatap Dean dengan tatapan berharap. "Benar, ya?"
"Iya."
"Kalau mereka juga meninggalkanku, gimana?"
Sambil menepuk-nepuk kepala Wendi, Dean menarik kedua sudut bibirnya sambil menatap sepasang mata berwarna-warni di hadapannya.
"Masih ada aku yang akan selalu menemanimu."
🎶🎶🎶
Sepanjang perjalanan, Wendi hanya menunduk agar tidak bertatapan dengan banyak orang. Melihat itu, Dean langsung menarik tangan sang gadis sampai keduanya kembali bertatapan.
"Kamu masih sedih?"
Wendi mengangguk kecil. "Enggak apa-apa, kok. Perasaanku jauh lebih baik setelah dipeluk."
Dean yang mendengarnya tersenyum. Pemuda itu sedikit bersyukur karena Wendi tidak lagi terlihat menyedihkan. "Gimana kalau kita buat perjanjian?"
Mendengar itu, Wendi mengerutkan dahi. "Perjanjian apa?"
"Perjanjian menjaga rahasia satu sama lain," ucap Dean singkat. "Biar adil, sih. Karena aku udah tahu rahasiamu, maka kamu juga harus rahasiaku."
"Dean punya rahasia juga?"
Dean tidak menjawab, tetapi pemuda itu menarik kedua sudut bibirnya. "Semua orang pasti punya rahasia, 'kan?"
"Gimana kalau enggak sengaja bilang ke orang lain?"
"Yah, harus dihukum dong," jawab Dean santai. "Gimana, janji?"
Dean itu menghentikan langkahnya, mengangkat tangan dan menunjukkan jari kelingking di hadapan Wendi. Lantas banyak berpikir, Wendi mengangguk kecil dan mengaitkan jari kelingkingnya. "Uhm, janji."
Keduanya tersenyum, dan Dean merasa senang karena Wendi sudah kembali ceria lagi. Kemudian, dia memutuskan untuk mengantarkan Wendi pulang untuk berjaga-jaga.
"Sebentar lagi acara tahunan sekolah, kamu harus semangat, ya. Pokoknya, Starlight harus yang paling spektakuler di antara pertunjukan yang lain."
Dean tertawa. Sepertinya, Wendi sudah kembali cerewet seperti biasa. "Iya, iya. Kamu juga harus semangat, ya. Kudengar, kamu jadi pemeran utama perempuan, kan?"
"Itu terpaksa tahu!" gerutu Wendi. "Yemima bilang semua pemain perempuan itu tidak bisa diandalkan. Jadi, sepertinya aku yang harus memerankan posisi itu."
"Bagus, dong. Itu berarti, semua orang mengakui kehebatanmu." Dean mengelus-elus kepala Wendi. "Aku aja mengakuinya."
"Jangan bilang begitu!" Wendi mengalihkan pandangannya, menyembunyikan rona merah di kedua pipinya. "Aku malu, tahu!"
Melihat itu, Dean kembali tertawa. Sepertinya, menggoda Wendi sudah menjadi kebiasaannya sejak saat ini.
🎶🎶🎶
Surabaya, 11 Maret 2022 Love From Sia.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.