🌻1. Introduction to Raina

Comenzar desde el principio
                                        

Gadis itu melambaikan tangan kecil kearahnya, "Pagi Raina!"

Raina ikut membalas senyum tersebut, "pagi juga fat."

Ari menyipitkan matanya penuh selidik kearah Raina dan Eka yang baru saja masuk kelas, "Lo berdua pacaran ya."

Raina menghela nafas menatap cowok ningrat itu malas, "jangan buat berita hoax dong ri. Kasian pacarnya Eka, adkel 10. Masih imut-imutnya. Ntar mereka berantem lagi gara-gara berita yang belum jelas kebenarannya. Sorry aja ya, gue nggak mau dituduh pelakor sama seantero sekolah."

Cowok itu memutar bola matanya malas, "siapa yang pelakor sih, Raina Ghazala. Lo nggak tau? Eka udah putus. Jadi sah aja kalau lo berdua pacaran, sama-sama jomblo. Ya nggak ka?"

Eka mendengus kasar, menghindar dari lengan yang coba melingkar ke bahunya, "apaan sih Lo. Minggir."

Raina kaget menutup mulutnya tidak menyangka ke arah ketua kelasnya, "seriously! Istighfar kamu nak." Menggelengkan kepalanya pelan, mengelus dada.

Dia berkacak pinggang, "Sorry aja nih, Ari Widoyodiningrat. Siapa yang lo bilang jomblo? Gue? Suami 12 bahkan udah ada yang poligami, pacar gue 23 orang bujang." Sambungnya pongah.

Cowok bernama Ari yang dari tadi menjadi teman debat Raina, mendengus kesal, "Dia bahkan nggak tau lo hidup."

Raina menutup telinganya tidak mau dengar, "Nyenyenye, terserah. Yang penting gue bahagia."

Malas beradu bacot perkara KPop, dengan Ari. Dia beralih memasang headset di telinga, membuka novel yang dibawanya. Larut menikmati musik yang mengalun di telinganya, juga pada lembaran novel yang dia balik. Mengabaikan teman-temannya yang terdiam dengan tingkahnya,

Fatya hanya menggelengkan kepalanya melihat perdebatan keduanya. Raina selalu begitu, lebih dulu memutuskan obrolan kalau dikira obrolan tersebut sudah tidak asik untuk dirinya. Tanpa Raina tau kalau setelah gadis itu menutup telinganya dengan headset dan sibuk membaca buku, teman-teman di kelasnya akan sibuk menggibahinnya.

Tanpa mereka sadari juga semua yang mereka obrolkan diketahui oleh gadis itu, termasuk dengan rasa suka Eka padanya.

"Yang sabar ya ka. Jangankan lo, kita sebagai sahabatnya aja sering dia abaikan," Ucap gadis bername tag Manda, menepuk bahu kiri Eka.

"Kita semua tau habbits Raina selama hampir 3 tahun ini sebagai fans akut negeri gingseng itu," tambah putri dengan bijak.

Fatya menggeleng, "ada satu hal real life yang nggak mungkin raina lupakan dan abaikan, Pramuka dan paskibra."

Mereka mengangguk setuju. Ari menepuk iba bahu kanan Eka, "Sabar ya bro. Udah satu tahun caper, jadi apa yang dia sukai, eh! Yang dicaperin, nggak peka. I pround you."

"Enyah Sana!" Usir Eka mendorong Ari dan Manda yang berada dibelakang nya,

Ari memasang wajah tidak terimanya, mendengus sebal. "Santai ka. Saran gue, lebih bagus lo bilang langsung kalau lo suka sama dia. Dari pada lo terus berkamuflase gini, yang akhirnya nyusahan diri sendiri. Mulai dari badboy pakai motor sport, sampai jadi good boy, udah lo lakuin. Luar biasa effort lo."

Eka mengabaikan ucapan Ari. Memilih membuka buku pelajarannya, walaupun sesekali melirik ke arah Raina yang duduk di bangku barisan depan.

Mereka berdecak gemas dengan tingkah keduanya. Ntah siapa yang salah disini. Eka, Si cowok effort banget untuk caper tapi nggak berani ngungkapin secara langsung, sedangkan yang di caperin nggak peka dan sibuk dengan diri dan dunianya sendiri.

Antara Raina yang memang nggak peka, atau sengaja nggak mau peka. Dan lebih menyibukkan diri menjadi seorang KPop.

Bukan hanya KPop, tapi gadis berdarah Jawa itu menyukai berbagai hal yang berbau Korea selatan, semua tentang korea selatan Raina akan tau. baik itu per-idolan, perdrakoran, budaya, issue-issue tentang korea selatan yang sedang booming, semuanya dia tau.

kehidupan Raina, 30% di sekolah untuk belajar dan ekskul, 70% dirumah dengan semua urusannya, fangirling, nonton drama, baca novel online-ofline, komik online, tidur, beres-beres rumah dan masih banyak lagi. Semua hal itu aja sudah menyita banyak waktunya. Di saat teman-teman SMA lainnya sibuk nongki di kafe, hangout, dan semua kesenangan lain, tidak membuat gadis itu ikut bergabung, bukannya tidak diajak, tapi dia terlalu malas.

Pacaran? Oh NO! Kata itu tidak ada di kamusnya, mungkin? Saat ini. Ekskul yang dijalaninya dengan berbagai latihan dan perlombaan sudah menyita banyak waktu. Tidak punya waktu lebih untuk ngedate, balas pesan orang yang seandainya menjadi pacarnya, menanyakan kabar, memberi kabar, belum lagi kalau mereka bertengkar. Memikirkannya saja sudah membuat gadis itu merinding, lebih baik waktunya digunakan untuk me time.

🌻🌻🌻🌻🌻

Banyak TYPO🌻🌻😊
See you, Next chapter 📖
Jangan lupa ninggalin jejak🤏
Like❣️ dan comment 💬

Our Path DiffrentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora