BAB 30- Pesawat, Awan dan Trauma.

663 59 15
                                    

Lava menutup kedua indra pendengarannya bersamaan dengan matanya yang menatap ke atas langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lava menutup kedua indra pendengarannya bersamaan dengan matanya yang menatap ke atas langit. Pesawat terbang bersama kabutnya awan merupakan perpaduan yang tiba-tiba membuat dadanya sesak. Air mata Lava terus mengalir di pipinya. Keindahan awan seakan ancaman bagi dirinya, tubuhnya semakin bergetar tanpa mampu dia tolak.

"Pergi! pergi! pergi!" Lirihnya pelan.

Tubuh Lava semakin gemetar hebat tanpa siapapun yang menyadarinya.

"PERGI!"

Soka orang pertama yang menatap kearah Lava ketika perempuan itu berteriak histeris. Soka sangat kaget melihat keadaan Lava yang penuh keringat saat itu.

"Va, lo kenapa?" Soka memegang tubuh Lava yang masih bergetar. Dia juga bingung kenapa Lava masih terus menutup kedua telinganya.

Pada saat itu juga Soka mengingat obrolan yang pernah terjalin di antara keduanya.

"Gue suka malam hari." ujarnya lirih.

"Kenapa?"

"Karena gue nggak bisa liat awan."

"Bukannya awan itu indah kalo sudah terbentuk?"

"Tapi tidak jika sudah berkabut." Lava menunduk dalam setelah mengatakan kalimat terakhirnya.

Saat itu juga Soka langsung membawa tubuh Lava ke dalam dekapannya.

"Tenangin diri lo, nggak ada yang akan menyakiti lo. Ada gue disini, mereka nggak akan sakitin lo." Bisik Soka tepat di telinga Lava.

Pada saat yang sama Soka berharap bahwa suara pesawat yang berada di atasnya saat ini segera menghilang.

"Mereka udah ambil Bunda," Lirih Lava yang mampu Soka dengar.

Soka masih berusaha untuk menenangkan Lava. Hingga disaat yang bersamaan suara pesawat menghilang dan Lava hilang kesadaran. Soka segera membawa tubuh Lava untuk pergi dari sana, sebelum itu dia sempat menatap wajah Papanya yang ternyata direktur baru SMA Sinabung.

Seorang anak sd sekitar berumur 7 tahun terlihat berjalan di atas trotoar dengan senyum yang terus mengambang di wajahnya. Hari ini merupakan hari yang sangat dia tunggu-tunggu. Kedatangan sang Bunda dari dinas kantor tempat dia bekerja. Sudah 1 bulan lebih Bundanya meninggalkan dia bersama sang Ayah berdua. Kini, saatnya gadis kecil itu melepas kerinduannya. Dia juga membawa sesuatu di tangannya yang terus dia genggam tanpa berniat untuk di masukkan ke dalam tasnya.

ngeengngngngng........

Kakinya terhenti ketika mendengar sebuah suara di atas kepalanya. Dia melihat sebuah pesawat terbang yang tengah melintas di atas sana. Anak kecil itu segera melambaikan tangannya ke atas.

"Sampai ketemu Bunda, yey! Lava udah nggak sabar."  Setelah mengucapkan beberapa kata itu dia segera pergi dengan berlari-lari kecil.

DELAVA ( On Going )Where stories live. Discover now