BAB 11- EKSEKUSI

978 103 2
                                    

Sebelum baca di wajibkan play video di mulmed vren!

___


Setelah putusan yang di layangkan pengadilan kepada Ayahnya. Lava masih berdiam diri di ruangan sidang yang sangat sunyi saat ini. Perempuan itu masih tidak terima dengan keputusan yang di buat oleh pengadilan. Dia terus menangis sendiri tanpa suara, menerima kenyataan bahwa Ayahnya akan pergi besok. Bukan kepergian yang bisa kita tunggu melainkan sebuah kepergian yang harus kita relakan.

Inti Magma terpaksa meninggalkan Lava sendirian. Karena percuma saja mereka memaksa Lava dalam keadaan seperti sekarang. Deo, dia sangat ragu untuk melepaskan Lava seorang diri sebenarnya. Namun, dia juga tidak bisa menganggu kesendirian yang di inginkan Lava saat ini.

"Hukum memang nggak adil, ya?"

Lava mendengar suara seseorang di ruangan sunyi itu. Dia mengenal suara itu, tapi dia sangat engan untuk menoleh ke belakang.

"Mereka hanya memutuskan apa yang telah mereka lihat dari sebuah bukti. Padahal, bukti bisa aja di palsukan. Kan mereka nggak tau," tambahnya sekali lagi.

"Lo tau balas dendam terbaik yang bisa lo lakukan apa?"

Soka melihat Lava menggeleng lemah.

"Buktiin kepada semua orang kalo Ayah lo nggak bersalah." lugas Soka memberitahu.

"Percuma. Ayah juga nggak akan tau kalo nama dia bersih nantinya." ujar Lava dengan lemah.

"Lo mau selamanya di cap sebagai anak pembunuh?"

Lava terdiam. Soka benar, jika dia tidak bisa membuktikan bahwa Ayahnya tidak bersalah selamanya dia akan di selimuti hujatan yang terus menghujam dirinya.

Lava menatap ke arah Soka yang masih di tempatnya. "Gimana caranya?"

"Jadi diri lo sendiri."

kalimat singkat Soka yang mampu membuat Lava terdiam. Tentang menjadi dirinya sendiri, bahwa selama ini Lava menutupi jati dirinya yang sebenarnya saat di sekolah. Apakah sekarang waktu yang tepat untuk membuka tentang diri dia yang sebenarnya?

"Lo udah temuin Ayah lo?" tanya Soka yang sudah berpindah duduk di samping Lava saat ini.

"Gue nggak siap."

"Kalo nggak sekarang, selamanya lo akan hidup dalam penyesalan." kata Soka sedikit menusuk.

"Lava, hidup itu bukan perihal bagaimana kita harus marah akan kesalahan seseorang. Terkadang, kita juga harus melihat ke sisi mereka. Kenapa mereka melakukan hal tersebut? memang hal yang mereka lakukan salah, tapi kadang kesalahan itu yang tidak bisa membuat mereka memilih. Yang akhirnya berujung sebuah pengorbanan."

Soka mengelus punggung Lava lembut. "Setidaknya, bilang sama Ayah lo kalo lo akan baik-baik aja."

Lava menatap mata Soka dengan berkaca-kaca. Membayangkan saja dia tidak siap, apalagi dia harus berbohong tentang dirinya yang baik-baik saja saat Ayahnya meninggalkannya nanti.

****

Akhirnya Lava mengikuti perintah Soka yang menyuruhnya untuk menemui sang Ayah. Saat ini Lava sedang menunggu kedatangan Ayahnya di ruangan yang tersekat itu. Mereka hanya bisa saling memandang tanpa menyentuh.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Lava dapat melihat Ayahnya dari dekat. Walaupun harus terhalang dengan sekat.

"Anak Ayah apa kabar?" ujar Graha tersenyum.

DELAVA ( On Going )Where stories live. Discover now