Chapter 4 | Sok Berubah

128 9 1
                                    

Runa tiba di teras rumah dengan sekujur tubuh yang basah. Kepala pelayan datang untuk memberikannya handuk. Runa mengatupkannya ke tubuh dan beranjak masuk.

Dia melewati Zay di ruang tengah. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Suara ketikannya amat jelas. Namun Runa tidak tahu kalau yang diketik oleh kakaknya hanyalah huruf random demi terlihat sibuk.

Kenyataan sebenarnya, Zay menunggu kepulangan Runa dengan cemas. Dia bahkan telah memarahi supir yang tidak menanyakan jelas kepergian Runa.

Tepat saat kepala pelayan memberitahu kepulangan Runa, Zay kembali berubah menjadi dingin.  Ia bertindak seolah-olah tidak peduli sama sekali.

Begitu pintu lift yang dinaiki oleh Runa tertutup, Zay angkat suara.

"Siapkan teh dan sup hangat. Lima belas menit, gue mau itu udah ada di kamar Runa."

Kepala pelayan tergopoh-gopoh meninggalkan ruang tengah. Lima belas menit, astaga. Dia bahkan tidak yakin kalau orang dapur masih terjaga.

***

Kelas 11 3 dikejutkan oleh kedatangan seorang murid baru. Itu adalah cowok berperawakan tinggi, putih dan mengenakan kaca mata. Dari ekspersinya, semua orang menduga dia adalah pria kutu buku dan pendiam.

Runa sendiri tidak peduli. Dia menatap lekat-lekat room chat-nya bersama Naga. Belum ada perintah yang muncul, tapi seharusnya sudah ada. Alih-alih senang, dia cemas kalau Naga marah padanya.

"Hai."

Runa tidak perlu melihat. Dia tahu itu si anak baru. Suaranya ringan dan lembut. Tidak ada anak cowok di kelasnya yang bicara dengan nada demikian.

Tangan putih dan halus terulur ke depan wajahnya. Runa langsung mengerti. Dia bukan seperti cowok kebanyakan.  Barangkali malah anak rumahan yang tidak tahu kerasnya dunia.

"Gue Silas."

"Gue enggak butuh nama lo."

Silas menurunkan tangannya. "Maaf."

"Pergi sana," usir Runa.

"Buset si penyusup songong banget."

Runa tidak terprovokasi oleh suara bernada sindiran tersebut. Dua bulan terakhir, disindir ataupun diumpat terang-terangan sudah menjadi makanannya.

Tring! Akhirnya pesan dari Naga masuk.

"Gue di kantin belakang." Begitu katanya.

Runa berdiri. Dia baru sadar kalau Silas masih di depan mejanya.

"Ngapain lo?"

"Enggak ada, gue cuma—maaf."

Silas gelagapan. Kala tekanan dari sorot Runa kian bertambah, dia pun pergi.

"Enggak jelas," sungut Runa.

***

"Ada anak Cerkas yang pindah ke sini."

Ucapan Arka segera menjadikan dirinya pusat perhatian.

"Baru?" sela Deo.

"Menurut lo?" Jelas-jelas Arka mengatakan ada yang pindah dari Cerkas ke tempat mereka. Itu berarti anak baru. Yang lain tidak heran. Otak Hideo memang tidak pernah diupgrade sejak SD. Dia mengalami banyak ketinggalan saat berinteraksi dengan mereka.

"Kayaknya, sih, anak baru."

Dendi menurunkan kaleng minumannya. "Lo diam deh, Deo."

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now