Epilog

193 23 2
                                    

Lima tahun berlalu rupanya Jakarta masih sama. Kemacetan, pedagang kaki lima dan jangan lupakan deretan angkutan umum di tepi jalan.

Kepulangan Arsa bukan tanpa sebab. Saat melakukan pekerjaannya di Belanda, Arsa mendapatkan kabar gembira dari Reygan sahabat masa SMA.
Rupanya laki-laki yang tidak pernah jatuh cinta itu sudah lebih dulu menemukan tulang rusuknya.


Tujuan lainnya adalah menyelesaikan segala sesuatu yang menurut Arsa belum terselesaikan.
Perasaan contohnya.

"Wow! lihat siapa yang datang kawan?!" Saat memasuki area pernikahan Arsa disambut oleh kawannya Maurel.

"Long time no see, bro" sahut Vansa. Arsa senang, tidak ada yang berubah dari mereka 

"Bani mana?" tanya Arsa

"Gak dateng dia. Padahal Korea sama Belanda lebih jauh Belanda deh, tuh anak sibuk banget" Ujar Maurel.

Lima tahun berpisah untuk cita-cita dan impian masing-masing, akhirnya mereka bertemu kembali disini. Pernikahan Reygan dan Renilda. Katanya, perempuan yang bisa memikat Reygan adalah sosok cantik berhijab dengan perawakan yang anggun dan lembut. Wajar jika Reygan jatuh cinta. Arsa bahkan dapat melihat lewat foto pra-wedding yang terpampang disana.

Keduanya cocok. Cantik dan Tampan.

"Kak Maurel!" Dalam jarak yang cukup dekat Arsa bisa mengetahui bahwa perempuan berambut pendek yang tengah berjalan itu adalah orang yang sudah lama tidak ia sapa.

Alsava Kanaya. Bagaimana Kabarnya? Ingin sekali Arsa menyanyakannya namun, saat wanita itu berdiri tepat di depannya, Kanaya hanya menatap lurus kearah Maurel.

"Reygan nyari kalian, di ruang mempelai pria yang di sudut sana."

Kanaya sangat anggun. Gaun putih panjang yang membalut tubuhnya membuat Arsa tidak bisa melepas pandangannya. "Kalian duluan aja, gue mau ngobrol bentar sama Kanaya" Mendengar namanya disebut, Kanaya berbalik untuk menemukan sosok yang lima tahun belakangan sudah hilang tidak ada kabar.

"Apa kabar, Nay?" Yang bisa Naya lakukan hanya tersenyum.

 "Baik, kamu?" bertanya balik mungkin akan memberi kesan lebih baik pikir Naya.

 "Gak, aku gak baik," jawab Arsa.

 Dalam hati, Naya ingin sekali bertanya alasannya kenapa. Namun yang keluar dari mulutnya hanya "semoga lekas membaik" Lalu ia permisi dengan alasan karena dia adalah MC acara pernikahan ini.

Disana Arsa hanya menghela nafas.

Tidak ada harapan. Tidak seharusnya lo berharap, Arsa. Sesal Arsa pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku berharap kamu bertanya lebih banyak, seharusnya aku sadar kan, Nay?" Kalimatnya pada pundak yang kian menjauh seolah pertanda jarak mereka memang sudah terlalu besar.

Tidak ada harapan untuk kembali atau memulai lagi. 


Acara pernikah sudah di mulai bermenit-menit yang lalu, Arsa dan lainnya juga masih di sana, memperhatikan betapa serasinya dua orang yang bersanding di depan mereka. Terkecuali Arsa, ia lebih memilih melihat Kanaya yang berdiri di sudut panggung dengan snagat anggun. 

Perempuan itu cantik sekali, tidak ada yang berubah dari wajahnya, bedanya adalah Kanaya lebih berisi sekarang. Mungkin, itu pertanda bahwa ia baik-baik saja dan bahagia.



*****


Setelah acara pernikahan, semuanya juga masih di sana, berbeda dengan Arsa yang memilih beranjak karena ia merasa asing dengan suasanya seperti ini. 

Di depan mobilnya, Arsa terpaku sebab ia menemukan Kanaya yang berdiri tepat di depannya. "Nay?"

"Saya mau ngobrol, bisa?" Arsa mengangguk dan mengikuti kemana Kanaya membawanya.

Hingga sampailah mereka di sebuah taman tidak jauh dari lokasi pernikahan Reygan. Setelah di persilakan duduk, Arsa mengambil posisi paling nyaman. 

"Udah lama banget, ya, Arsa." Entah mengapa, disebut begitu, hati Arsa seketika menghangat. Ia merasa lebih baik.

"Iya," kata Arsa. Walaupun sebenarnya banyak hal yang ingin ia ucapkan, Arsa memilih menjawab sekadarnya.

"Saya udah berdamai dengan semuanya, kak. Kamu nggak perlu merasa bersalah lagi," kata Naya. "Saya tahu kamu sesekali nyuruh orang untuk ngirim bunga buat saya, saya rasa itu ngga perlu." Perempuan itu menatap Arsa dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Maaf kalau kiriman itu mengganggu kamu, Nay."

"Iya, mengganggu banget, saya nggak suka kamu nyuruh orang buat ngirim. Sebaliknya, kenapa nggak kamu aja yang datang ke rumah?" Kalimat Kanaya yang satu itu sukses membuat Arsa kaget sekaligus senang. "Dateng ke rumah, nggak perlu bawah bunga. Cukup kamu aja yang datang. Terus, kita berbincang--apakah ingin melanjutkan pertemanan yang sempat kacau atau memulai dari awal dengan langkah baru yang lebih baik."

Arsa Dhanadyaksa tidak mengatakan apa-apa.

Hari itu, pada suasana dengan perasaan campur aduk, untuk pertama kali setelah sekian lama, Arsa merengkuh tubuh Kanaya dengan perasaan bahagia.

Bahagia yang tidak bisa ia definisikan dengan kata-kata.

Bahagia yang akhirnya kembali dirasa.






Author note : 

Pada akhirnya, 2 Maret 2022 cerita ini berhasil aku selesaikan. Tentunya dengan akhir yang paling baik menurutku.

Memulai dari oktober 2021 dan selesai pada maret 2022, aku senag untuk ini. Walau mungkin akhirnya jauh dari ekspektasi tapi buatku, akhir seperti ini adalah pilihan paling baik dari yang paling baik. Dalam menulis, aku selalu menerima kritik dan saran dari siapapun. Aku senang dan tentunya baik-baik aja dengan semua kritik dan saran itu.

Harapan untuk diri sendiri, aku ingin kedepannya aku bisa menyelesaikan cerita-ceritaku yang lain dengan waktu yang lebih cepat dan akhir yang lebih baik. 

Terakhir, terimakasih untuk pembaca yang sudah mau membaca cerita ini sampai akhir, entah memberikan vote atau tidak. Hanya dengan membaca dan menikmati saja aku sudah senang sekali. Sekali lagi, Terimakasih!

sampai ketemu di cerita-ceritaku yang lain!

ayo berteman di tempat lain, temui aku di :

ig : sunflowerriss22

twitter : Sunflowerriss22

Jangan lupa beri dukungan di cerita keduaku JATI DIRI.

SEKIAN. SALAM, SUN.

ALDYAKSA (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora