Tidak tau saja Ciara kalau air mata orang dewasa itu memiliki arti yang berbeda dari air mata anak kecil. Nanti sajalah jika Ciara besar, anak itu akan merasakannya.

Kemudian Freya teringat sesuatu. Ia menyeka air matanya dan kembali fokus menatap Megumi yang masih diliputi keterkejutan karena sikap jutek Ciara.

"Gum, pasti lo belum tau kan kalau anaknya Citra meninggal?"

Dan temannya itu kembali terkejut. "K-kok bisa?"

Freya menghela nafas pelan.

Jika dibandingkan dengan apa yang menimpa dirinya saat ini dengan apa yang menimpa Citra, tentunya temannya itu jauh lebih berat.

"Yang gue denger karena Citra didorong Mas Faras. Sekarang Citra lagi syok berat."

Kedua wanita itu terdiam. Megumi melamun dan Freya melirik wanita itu memegang perutnya.

●•••●

Freya sampai sore di rumah tersebut, ia juga meminjam uang Megumi untuk biaya menginap di hotel dan biaya lain-lainnya. Sebenarnya Megumi menawari agar ia menginap bersama temannya itu, tapi ia menolak. Freya ingin menyendiri dulu.

Freya makan dengan tatapan kosong ke depan. Menikmati kesendirian dan kesunyian yang menemaninya. Saat ia tidak sengaja menggigit ujung lidahnya, ia menjerit tertahan. Karena merasa begitu sakit. Entah harus melakukan apa untuk menghentikan bekas gigitan pada lidahnya.

Segera meneguk air karena ia tersedak, lalu menepuk dadanya yang terasa sesak. Tanpa sadar ia menitihkan air mata. Dengan tersedu-sedu, ia ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya. Lalu menatap wajahnya di cermin.

"Cantiknya anak Mommy. Like a princess," ujar Mommy usai menyisir rambut panjangnya yang begitu terawat. Berwarna hitam legam.

"Kok bukan queen?" tanya Freya seraya membalas tatapan Mommy lewat pantulan cermin.

"Nanti kalau udah nikah dengan Nevan, baru deh like a queen."

Saat itu Freya memaksakan senyumnya karena ia tidak ingin menikah dengan Nevan.

Sekarang Freya seperti rakyat jelata. Wajahnya kusam serta rambut yang kusut, juga pakaiannya yang tidak lagi mewah.

Mommy benar-benar menunjukkan jika tanpa Mommy ia bukan lagi siapa-siapa. Bukan Freya yang selalu tampil cantik dan menawan.

Pun ia kehilangan Nevan.

Harusnya Freya bahagia, bisa lepas dari Nevan. Tapi entah kenapa perasaan itu baru ia rasakan setelah terlepas dari Nevan. Perasaan yang tidak ia sadari karena tertutupi akan rasa tidak sukanya pada sikap Nevan yang perfeksionis, apalagi pria itu suka bicara yang nyelekit di hati.

Freya menghela nafas kasar. Semakin nelangsa saat mengingat dirinya dicap pelakor. Padahal ia sama sekali tidak ada niatan untuk merebut Nevan, meski ia mencintai pria itu.

Memukul kepalanya karena merasa dirinya begitu bodoh.

Terus kenapa lo nerima gitu aja pas Mas Nevan nolongin elo, bego?!, makinya pada diri sendiri.

Keluar dari kamar mandi. Ia membereskan bungkus makanan yang dibelinya tadi. Membuangnya ke tempat sampah lalu merebahkan diri ke tempat tidur. Menatap langit-langit kamar dengan perasaan gundah.

Padahal ia mengira jika menyendiri bisa membuatnya sedikit tenang, tapi malah membuatnya semakin nelangsa.

Suara ketukan pintu kamar hotel yang di huninya tersebut terdengar, ia segera membukanya dan terkejut saat melihat sosok Kalandra.

CERPENWhere stories live. Discover now