KETOS - 06. Aturan ketat

160 28 3
                                    

“Aturan ada untuk kita langgar

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

“Aturan ada untuk kita langgar. Oh! Kalo gak mau di atur, jadi binatang sekalian.”

Happy reading ✨





Sepertinya, Agatha tipe cewek berisik pembuat onar. Petakilan banget. Aku gak habis pikir, padahal baru satu langkah masuk kelas. Suara sorak sorai yang berasal dari Agatha dan Luna memenuhi gendang telinga.

“Thanks berkat Lo kita dapet jawaban cuma-cuma.” Katanya memelukku erat-erat, ini Agatha peluknya pakai tenaga bison. “Nanti gue traktir,”

“Buat apa?”

“Rahasia, yang penting pas istirahat nanti kita traktir.” Serunya aneh.

Sepertinya besok-besok aku harus berangkat lebih pagi lagi, padahal ini masih pagi, Lima menit sebelum bel masuk sekolah aku sudah sampai. Ini rekor buatku yang suka bangun siang.

“Heli dateng!” Agatha heboh.

Kepalaku menggeleng prihatin, kenapa sampai segitunya? Saat akan menaruh tasku di bawah. Lenganku lebih dulu di tahan, Agatha memekik. Aku mendongak, atensi seluruh pasang mata sudah menatap ku.

“Apa?” Tanyaku karena keterdiamannya.

“Bentar lagi ada razia,”

Heli menghela, memaksakan senyum dan membungkus tubuhku dengan rompi kesayangannya. Tak lupa, dia juga membeli beberapa atribut dan logo kelas. Menempelkan dengan jarum benda-benda tersebut pada seragam ku yang masih polos. Aku mengerjap. Baru sadar, bajuku agak lain.

“Jangan di lepas.” Peringatnya, sebelum duduk di kursinya, di barisan depan.

Aku tersenyum tipis, ingin protes pun. Rombongan OSIS sudah memasuki kelas, bertepatan dengan bel bunyi. Dalam hati aku merutuk, kenapa secepat itu.

“Sorry ganggu sebentar. Disini gue mewakilkan teman-teman OSIS yang bertugas, kami mau izin periksa kelengkapan teman-teman. Dari mulai atribut, rompi, dasi dan logo. Bagi yang merasa kurang lengkap, harap maju ke depan.” Tutur lugas.

Aku menelan ludahku pahit, Heli dengan suka rela maju. Dia tidak mengenakan rompi.

“Ada lagi?”

Aku mengangkat tangan, detak jantungku bertalu, apalagi melihat Agatha yang menatapku horor, dia gak setuju. Aku meringis. Melepas rompi yang ku kenakan lalu memberikannya ke Heli, dia menggeleng kekeuh tapi aku gak peduli.

“Makasih, tapi gue gak butuh.”

Ini gila, aku menyesal.

Sayangnya ucapan ku tak bisa kutarik kembali, aku melengos tanpa memperdulikan raut wajah terkejutnya. Maaf.

Tapi aku belum bisa memaafkan hatiku yang rusak, perkataan Heli dulu — yang terlalu merendahkan Jenggala selalu terngiang. Walaupun itu fakta, Jenggala penyakitan. Tetapi Tetap saja aku masih gak terima.

KETOS; StruggleUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum