153. Nyari Blaise!

6 1 18
                                    

Pencarian pun dimulai. Karena Blaise yang sejak tadi pagi tidak menampakkan wujudnya, yang lain menjadi semakin khawatir. Termasuk dua sengklek, Klaus dan Thomas.

"Blaise! Blaise! Halo lu dimana?"seru Kai. Kara kemudian langsung menabok Kai."Heh, kalau dia ada disini juga dia bakal nyaut, lah ini kagak ada tanda-tanda ada Blaise," ujar Kara.

Pencarian masih berlanjut. Sampai banyak yang harus turun tangan."Apa kalian melihat Blaise? Dimana? Dimana? Katakan peta! Katakan peta!"seru Klaus.

"Gue bilang jangan gitu. Gue malu dilihat sama yang lain,"bisik Vanya pada Klaus. Dan Klaus cuma kapok sebentar. Setelah itu dia tetap bertingkah yang macam-macam.

Suara sahutan ranum dan tenang dari burung hantu, ditambah terangnya sinar rembulan, serta gelapnya hutan menambah suasana tak biasa dari pencarian ini.

"Heh! Jangan muka gue yang lu sorot pakai senter. Tapi jalannya, ini gue udah dihinggapin sama nyamuk nih," ujar Bucky kepada Thor yang tak sengaja menyorot senter ke wajahnya.

"Gue mau nyorot pohon beringin di samping lu. Tapi karena lu menghalangi, jadi muka lu ikut kesorot,"jelas Thor. Dan dia pun tetap kelamin perjalanan mencari Blaise. Blaise nyusahin satu kampus.

Hening, sampai tiba-tiba salah satu dari mereka membuka sesi obrolan." Guys, kenapa kunti bisa pakai dress, padahal meninggalnya pocong?" tanya Cedric.

"Hagggh apaan sih? Au ah gue. Yang meningga kan mereka bukan gue. Napa jadi gue yang capek-capek mikir?"Diego rupanya kesal, lu aja kesal apalagi gue.

Lain dengan Cedric, maka lain lagi dengan Katie. Gadis itu sejujurnya takut pergi ke hutan, walau berada di belakang asrama kampus. Tapi dia bernafas lega karena banyak yang terlibat disini.

"Kok dingin banget ya? Biasa kalau dingin gini tanda-tanda mau hujan," gumam Hermione sambil memegang lengan Oliver. Yang lain anggap aja penonton bioskop, canda sayang.

"Iya nih, ini lokasinya susah untuk dilacak. Belum lagi gue kurang bisa fokus kalau liat maps di malam hari," sambung Oliver. Blaise belum menunjukkan tanda-tanda keberadaanya.

"Njir ada sumur. Isaac mending lu masuk kesana dah, kali aja ketemu Sadako kayak di film horor Jepang itu."Caius masih sempat melontarkan candaan disituasi yang lumayan genting.

"Enak di lu kagak enak di gue. Emang mau lu semua dapat karmanya? Kalau tuh setan bunuh lu pada buat tumbal gimana?"tanya Isaac balik. Burung gagak mulai bersahutan.

Katie masih sibuk sendiri. Saking sibuknya, dia tak sadar kalau lengan pemuda yang dia pegang bukanlah Lucian, melainkan Adrian. Adrian pun juga tak sadar.

Sampai Katie menempelkan kepalanya di sana."Luce, dingin. Gue gelayutan aja kali sama lu biar kagak kedinginan,"ujar gadis itu. Adrian yang lebih dulu sadar.

Dia pun memutuskan untuk menegur gadis itu."Gue Adrian btw, bukan Lucian."Katie langsung sadar dan dia pun salah tingkah. Wajahnya tampak memerah."Maaf!"

Lucian yang asli pun datang."Maaf ya Kat! Gue khawatir banget tadi. Gue kira lu ketinggalan jauh. Gue merasa bersalah banget."Gak kok, tadi gue dijagain sama Adrian,"ujar Katie.

Lucian mengucapakan terima kasih kepada Adrian karena telah menjaga Katie. Begitu pula dengan Katienya, bahkan Katie langsung memberikan sebuah ciuman dari bibir mungilnya kepada Adrian. Elus dada dulu dah authornya pas ngetik bagian ini.

Lucian sempat ngelag beberapa saat. Maklum, dia masih tak percaya kalau itu terjadi di depan matanya. Kendati demikian dia juga tak akan marah, toh itu bukan keinginan Adrian.

Confused To see Them || Oliver - Hermione ||Where stories live. Discover now