6. Really Stupid

441 34 1
                                    

"Mark! Mark! Ish Mark Lee!" Ucapan Mina yang semakin meninggi, karena Mark yang tidak mengubris apa yang sedang ia katakan.

"Ah iya, kenapa?" Tanya Mark kikuk, begitu melihat wajah Mina yang masam.

Mina menghela nafasnya kasar. "Kalau kau merasa bersalah kepada Haechan? Minta maaf-lah, jangan melihatnya dari jauh seperti ini." Tegur Mina yang sudah sangat tau kalau sedari tadi, Mark terus memandangi Haechan, yang tengah tertawa dan bercanda ria dengan Renjun dan Lucas; teman sekelas Mark.

"Siapa yang merasa bersalah?" Tanya Mark yang menyanggah perasaan itu.

Mina mencebik, begitu mendengar Mark yang menyangkal ucapannya. "Aku tau Mark, kalau sedari tadi kau melihat ke arah Lee Haechan. Aku tau kau merasa sangat bersalah atas apa yang kau lakukan kemarin. Bukan hanya kamu saja, tapi juga aku yang merasa bersalah dengan Haechan." Ujar Mina, yang sukses membuat Mark menatap Mina dengan tatapan bingung.

"Merasa bersalah bagaimana? Seharusnya dia yang merasa bersalah karena mengancam dirimu, hanya karena diriku." Peringat Mark.

"Aku tau kalau Haechan salah karena telah mengancam diriku. Tapi kamu tidak sepantasnya mempermalukan Haechan di depan umum seperti kemarin. Kau bisa membawanya ke tempat yang lebih sepi, lalu menasehatinya. Bukannya malah merendahkannya seperti itu. Dan ya, aku merasa bersalah karena akulah yang menceritakan semua itu kepada kamu, dan membuat kamu melakukan hal itu kepada Haechan." Jelas Mina.

"Tidak usah merasa bersalah. Kamu berhak menceritakan semua masalah yang kamu punya kepadaku. Kita ini sepasang kekasih bukan? Sudah seharusnya saling terbuka satu sama lain." Ujar Mark.

"Tapi ya tetap saja tindakan-mu salah Markeu. Kau--"

"Ssstt. Tindakan aku tidak salah. Aku melakukan hal seperti itu, supaya dia tidak semena-mena lagi kepada dirimu. Itu bukan cuma peringatan untuk dirinya, tapi juga untuk anak-anak lainnya yang telah menyakiti dirimu." Ujar Mark, memotong ucapan Mina.

Mina menghela nafasnya kasar. Berbicara dengan Mark itu sangat susah. Mark sangat keras kepala, dan sangat susah di beritahu-nya.

Dan sepertinya lain di mulut, lain juga di hati. Apabila Mark berkata di mulut, bahwa tindakannya ke Haechan itu adalah hal yang wajar, untuk membuat Haechan jera? Berbeda dengan hati Mark yang terasa amat menyesal.

Terlebih saat ini ketika melihat Haechan yang tengah bercerita, tertawa dan bercanda ria dengan teman-temannya, membuat hati Mark terasa sakit.

Biasanya, Haechan selalu makan di meja Mark dan Mina. Haechan selalu menceritakan semua aktivitas yang ia jalankan hari ini kepada Mark. Di mulai dari menjahili Renjun, di hukum guru karena tidak mengerjakan tugas, di panggil ke ruang bimbingan konseling karena ulah jahilnya, sampai di berikan sanksi mengitari lapangan atas ulahnya.

Itu baru aktivitas yang belum ia lakukan dalam sehari. Baru setengah hari, sudah ada saja tingkah Haechan yang membuat Mark menggelengkan kepalanya karena tidak tahan akan tingkah jahil Haechan.

Terkadang, Haechan juga suka menggoda Mark. Haechan sering sekali memancing amarah Mark.

Katanya, Haechan sangat suka melihat Mark kesal karena dirinya.

"Mark ish, kenapa melamun?" Tanya Mina, seraya menggoyangkan lengan Mark, membuat Mark tersentak, dan membuyarkan lamunannya.

"Ah tidak apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan try out minggu depan yang akan datang." Alibi Mark, mencari alasan yang logis, agar Mina tidak bertanya banyak hal.

"Ah iya, sebentar lagi kita mau lulus ya? Kau ingin lanjut kuliah, atau mau langsung kerja?" Tanya Mina.

Mark mengedihkan bahunya acuh. "Aku juga tidak tau. Belum ada kepikiran untuk kuliah atau kerja dulu. Sejalannya aja nanti." Ujar Mark yang tidak mau ambil pusing.

Jawaban Mark sama sekali dengan jawaban yang selalu Haechan berikan, setiap kali Haechan di tanya Taeyong.

Yup, Taeyong selalu bertanya kepada Haechan. Mau ke mana Haechan setelah lulus sekolah? Haechan selalu menjawab 'Haechan belum ada kepikiran untuk kuliah atau kerja dulu Eomma. Sejalannya aja nanti.'

Dan Taeyong akan kembali bertanya. 'Loh kenapa? Hidup itu harus punya arah dan tujuan sayang.'

Dan lagi-lagi Haechan akan membalas seadanya. 'Itu hanya untuk orang pintar saja Eomma. Sedangkan orang bodoh seperti Haechan tidak pantas memikirkan tujuan. Yang terpenting Haechan masih bisa hidup, dan menjalani aktivitas seperti biasa saja. Mengenai ke mana? Biarkan Tuhan yang mengatur.'

"Loh kok gitu sih? Dulu bukannya kamu bilang kalau kamu ingin kuliah di Harvad atau Oxford?" Tanya Mina yang terkejut akan jawaban Mark.

Mark hanya mengedihkan bahunya saja, seraya meremas kaleng soda secara kuat-kuat, begitu melihat Lucas yang mencium pipi Haechan. Ya walaupun Haechan langsung memukul Lucas, tapi tetap saja rasanya ia tidak suka melihat itu semua.

"Loh kok malah kayak gitu sih jawabannya?" Ujar Mina yang tidak terima akan jawaban yang Mark berikan.

Bukannya menjawab, Mark malah beranjak dari duduknya. "Aku ingin ke toilet sebentar." Ujar Mark, lalu pergi dari hadapan Mina, begitu melihat Haechan beranjak pergi dari kantin.

Mina terus meneriaki nama Mark yang tiba-tiba pergi, sebelum Mina menjawab ucapan Mark.

Sementara Mark tidak mengubris teriakan Mina, dan lebih memilih untuk keluar dari kantin.

Mark terus berjalan dan berhenti di suatu tempat. Menyandarkan punggungnya di dinding, seraya menunggu seseorang keluar dari dalam.

*cklek* suara seseorang yang membuka pintu, membuat Mark langsung menegakkan kembali tubuhnya, dan langsung menyudutkan wanita yang baru keluar dari toilet itu.

"Loh, Mark Oppa? Mau apa?" Tanya Haechan yang terkejut atas tindakan Mark.

Bukannya menjawab pertanyaan Haechan, Mark mapah bertanya kepada Haechan. "Kau marah? Kenapa marah? Bukankah seharusnya aku yang marah di sini? Kau sudah mengancam kekasihku, tanpa adanya permintaan maaf kepada kekasihku?" Ujar Mark, menatap Haechan nyalang.

Mark langsung merutuki kebodohannya sendiri. Sejujurnya bukan kata-kata ini yang ingin ia keluarkan. Tapi kenapa malah kata-kata ini yang keluar?

Haechan yang mendengar ucapan Mark pun hanya bisa mencebik kasar, dan menatap Mark dengan tatapan jengah. "Oppa masih membahas permasalahan kemarin? Bukankah aku sudah berjanji bahwa aku akan menjauhi Mark Oppa, seperti yang Oppa mau. Lantas, kenapa Oppa masih membahas ini?" Tanya Haechan jengah.

"Oppa ingin aku meminta maaf? Baiklah. Maafkan aku karena telah mengancam kekasih-mu." Sambung Haechan, yang tidak ingin memperpanjang masalah ini.

Semakin memperpanjang, semakin Haechan ingat semua perkataan Mark.

"Jadi, sekarang kau mengaku kalau kau telah mengancam Mina?" Tanya Mark dengan seringaiannya.

Haechan mendecak kesal. Sebenarnya Mark ini mau apa sih?

"Toh kalau aku menyangkal juga, Oppa tidak akan percaya kepadaku bukan? Jadi cepat katakan apa mau Oppa sekarang?" Tanya Haechan kesal.

"Minta maaf kepada Mina. Orang yang sudah kamu ancam." Ucap Mark.

Kesabaran Haechan sudah habis! Haechan tidak akan pernah minta maaf atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

Dengan kesal, Haechan langsung menyentakkan tangan Mark yang ada di dinding untuk mencegah Haechan kabur. Lalu Haechan pun pergi setelah itu.

"Kau bodoh Mark!" Gumam Mark frustasi.

REGRET NOT REGISTATION - MARKHYUCKWhere stories live. Discover now