3. Already Lost

522 45 1
                                    

"Sekarang lagi ada pertandingan basket ya Njun?" Tanya Haechan kepada Renjun. Begitu mereka melewati lapangan yang ternyata sangat ramai.

Renjun mengerutkan dahinya heran begitu mendengar ucapan Haechan. "Sepertinya tidak ada deh Chan." Balas Renjun, setelah berfikir kalau hari ini tidak ada tanding basket.

"Tapi kok itu rame banget?" Gumam Haechan yang masih setia menatap ke arah lapangan.

Renjun mengedihkan bahunya acuh. "Aku juga tidak tau. Mau ke sana?" Tawar Renjun.

Belum sempat Haechan membalas, Renjun sudah menarik Haechan ke sana. "Udah deh Chan! Tidak usah banyak berpikir! Aku tau kalau kau itu sangat penasaran." Ujar Renjun.

"Derry!" Pekik Haechan terkejut begitu melihat Hendery yang notabennya Oppa-nya, sedang memukuli Mark secara membabi buta.

Haechan yang sudah melihat Mark terkapar tanpa perlawanan pun segera menarik mundur Hendery, agar Hendery memberhentikan pukulannya.

"Lo kenapa sih Der?!" Tanya Haechan, menatap Hendery marah.

"Awas Chan! Jangan halangin gue buat habisin itu anak!" Ujar Hendery yang masih berusaha untuk menyingkirkan Haechan.

"Udeh Der! Gila kali lo yah! Itu anak udah terkapar kayak gitu! Lo mau dia mati?!" Sunggut Haechan yang masih berusaha menahan Hendery, untuk tidak menyerang Mark.

"Lo yang gila! Bisa-bisanya lo diam aja setelah apa yang Mark lakuin ke lo tadi! Kenapa lo diam aja begitu Mark nampar dan permaluin lo?!" Teriak Hendery yang sudah sangat kesal dengan tingkah Haechan.

"Karena emang gue pantes Der!" Ucap Haechan yang membalas Hendery dengan teriakan juga.

Hendery speechless begitu mendengar ucapan Haechan. Berbeda dengan Haechan yang langsung menghela nafasnya kasar.

"Pantes? Lo gak pantes di gituin Haechan! Gak ada yang pantes ngerendahin lo Lee--"

"Kecuali lo?" Putus Haechan, menatap Hendery jengah.

"Apa maksud lo?" Tanya Hendery yang bingung atas penuturan Haechan.

Haechan menggelengkan kepalanya, lalu menarik Hendery agar pergi dari sini. Meninggalkan Mark sendirian.

"Njun, tolong urus Mark. Biar aku yang bawa Oppa." Pinta Haechan, sebelum pergi membawa Hendery.

Haechan terus menarik Hendery menelusuri koridor sekolah, sampai akhirnya ia tiba di kelas Hendery. "Daripada lo berantem karena gue? Lebih baik lo belajar yang rajin. Biarin gue yang bego, lo jangan." Ujar Haechan yang langsung pergi meninggalkan Hendery.

Namun, baru saja Haechan membalikkan tubuhnya, pergelangan tangannya di tahan oleh Hendery. "Apalagi?" Tanya Haechan jengah.

"Jangan kayak gini." Pinta Hendery, menatap Haechan penuh permohonan.

Haechan menaikkan salah satu alisnya, begitu mendengar ucapan Hendery. "Kayak gini gimana? Jangan aneh lo ah!" Sunggut Haechan.

"Jangan sakitin diri lo sendiri Chan." Ujar Hendery.

Haechan terkekeh mendengarnya. Tangan Haechan langsung saja menoyor kepala Hendery. "Jangan aneh lo ah! Lagi pula gue udah terbiasa tersakiti kok. Gak usah sok khawatir kayak gitu!" Ujar Haechan yang langsung lari dari hadapan Hendery.

Hendery hanya bisa merengut kesal, lalu masuk ke dalam kelasnya. Haechan itu sangat susah di ajak seriusnya.

***

"Chan, beneran gapapa pulang sendiri? Gak nunggu Oppa-mu saja?" Tanya Renjun.

"Beneran Njun. Sampai berapa kali kau bertanya seperti itu? Aku tidak mau menunggu Hendery. Derry pulangnya lama karena ada belajar tambahan. Udah gitu dia pasti pulang bersama Xiaojun Eonnie." Ujar Haechan.

"Atau pulang sama Lucas Oppa saja ya? Kelasnya kan tidak ada pelajaran tambahan." Tawar Renjun.

Sungguh, Renjun tidak tega melihat Haechan pulang sendirian, di saat Haechan kondisi lagi seperti ini. Renjun ingin sekali menemani Haechan pulang, tapi dia sudah lebih dulu ada janji dengan Eomma-nya Jeno.

"Tidak usah Renjun. Aku bisa pulang sendiri. Kau tidak usah khawatir. Lebih baik kau pergi sana! Jeno pasti sudah menunggu-mu di parkiran." Usir Haechan yang langsung mendorong Renjun, untuk berjalan ke parkiran.

"Haechan ish! Kau sungguh tidak apa-apa aku tinggal? Maafkan aku ya, aku tidak bisa menemani-mu, di saat kondisi-mu seperti ini." Sesal Renjun.

Haechan menganggukkan kepalanya. "Iya tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir oke? Sudah sana!" Ujar Haechan.

Dengan helaan nafas pasrah, Renjun akhirnya berjalan ke arah parkiran, meninggalkan Haechan sendiri.

Sementara Haechan? Ia langsung pergi menuju halte bus yang tidak jauh dari sekolah-nya.

---

Sampai di rumah, begitu Haechan mau masuk ke dalam rumah, Haechan melihat Mark yang baru sampai di rumahnya, dengan Kang Mina.

Haechan menggelengkan kepalanya dan langsung masuk ke dalam, begitu netranya bersitrububruk dengan netra Mark.

"Aku pulang!" Seru Haechan, begitu tiba di dalam rumahnya.

Haechan hanya tersenyum miris begitu tidak ada sambutan hangat. Ia langsung memilih untuk langsung ke kamarnya, tidak memperdulikan sambutan yang biasanya Hendery dapatkan setiap pulang sekolah.

Sampai di kamar, Haechan langsung mengganti baju sekolahnya menjadi pakaian santai.

Setelah mengganti pakaiannya, Haechan langsung mendudukkan dirinya di pinggi ranjang miliknya.

Tangannya terulur untuk membuka laci yang ada di sampingnya. Mengambil sebuah buku catatan yang setiap hari ia tulis.

Lembaran pertama ia buka, dan langsung terpampamg foto Mark yang ia ambil secara diam-diam.

Ia langsung membaca tulisan yang ia tulis, di bawah foto Mark.

'Day One! Hari pertama masuk sekolah, aku langsung bertemu pria tampan! Namanya Mark Lee. Kalau di lihat-lihat dari wajahnya sih, dia seperti bukan orang Korea.

Dan kalian tau? Sepertinya aku jatuh cinta dengan Mark. Terdengar klasik sih, jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi sungguh! Haechan beneran suka sama Mark! Kalian doain ya supaya Haechan bisa pacaran dengan Mark!'

Haechan terkekeh melihat tulisannya sendiri. "Doain ya? Sampai saat ini pun aku belum bisa mendapatkan Mark Oppa." Gumam Haechan, lalu membuka lembaran kedua.

Terdapat foto Mark lagi yang ia ambil secara diam-diam, dan juga ada tulisan di bawah foto Mark.

'Hari kedua masa orientasi dan masa sekolah! Hari kedua merupakan hari patah hati seorang Lee Haechan!

Kenapa? Karena ternyata Mark sudah punya kekasih! Katanya kekasih Mark itu teman seangkatan Mark! Atau teman sekelas? Entahlah, yang jelas Mark sudah punya kekasih.

Sakit banget ya Tuhan! Haechan harus apa sekarang? Apa Haechan harus berhenti saja menyukai Mark? Tapi sayang! Dia tampan sekali!

Haechan pelakorin aja apa ya? Tapi nanti Mark Oppa malah risih dan menjauh dari Haechan.

Haechan harus bagaimana ini?'

Lagi dan lagi Haechan tersenyum miris begitu membaca catatan yang ia tulis. "Bisa bisanya punya niatan merusak hubungan Mark. Mau sekeras apapun kau berusaha dalam mendapatkan Mark? Kau tetap tidak akan bisa mendapatkan Mark, Lee Haechan. Mark tidak menyukai dirimu. Seharusnya kau sadar diri, kalau dari pertama pun kau sudah kalah."

REGRET NOT REGISTATION - MARKHYUCKWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu