4. For The Last

462 42 1
                                    

Malam ini, di temani banyaknya bintang dan satu bulan, Haechan tengah duduk di balkon kamarnya, dengan satu tangan yang memegang putung rokok yang menyala.

Sudah gila sekali Haechan, merokok di dalam rumah! Bagaimana kalau Hendery melihat dia seperti ini? Bisa habis seorang Lee Haechan.

Tapi Haechan tidak memperdulikan itu. Ia terus menghisap batang rokok itu. Sudah 3 batang yang ia hisap, namun dirinya tak ada niatan untuk berhenti.

Saat ini, pikirannya tengah kalut. Ia tidak tau harus bagaimana cara melampiaskannya. Jadi, ia memilih untuk merokok, untuk melampiaskan pikirannya yang tengah kalut.

Kata Appa, menangis bukan-lah pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Dan karena Haechan belum menemukan cara untuk menyelesaikan masalah itu, Haechan memilih untuk merokok daripada menangis.

Dari kecil, Haechan tidak pernah menangis. Appa-nya selalu mendidiknya untuk terus kuat. Semua perkataan Appa-nya, seolah sudah mendoktrin pikiran Haechan.

Katanya, tadi ia ingin menjauhi seorang Mark Lee. Tapi sampai saat ini, netra-nya terus memandangi balkon kamar Mark yang ada di hadapannya saat ini.

Rumah Haechan dan Mark memang bersebrangan. Mark pindah ketika Haechan naik kelas dua, sementara Mark naik kelas tiga.

Haechan senang bukan main, ketika melihat Mark yang ternyata tinggal di depan rumahnya. Ia jadi bisa melihat Mark setiap hari.

Haechan pikir, dengan dirinya yang tinggal berdekatan dengan Mark, menjadi peluang supaya Mark cepat suka dengan Haechan.

Tapi ternyata Haechan salah! Peluang itu tidak pernah ada untuk Haechan. Padahal Haechan selalu menang dalam permainan. Tapi kenapa dalam hal cinta, Haechan selalu kalah?

'Oh shit!' Maki Haechan yang langsung mematikan rokok yang ia pegang, begitu melihat pintu balkon kamar Mark yang terbuka.

Dan benar saja, begitu Haechan mematikan rokok-nya dan menyembunyikan asbaknya, Mark langsung muncul di balkon kamar miliknya.

Netra mereka berdua sempat bersitububruk dan saling memandang satu sama lain, sebelum akhirnya Haechan memutuskan pandangannya.

Ia sudah janji tadi kepada Mark, bahwa ia akan menjauhi Mark, seperti apa yang Mark inginkan.

Mark sudah menyuruhnya untuk menjauh. Sementara Haechan sudah berjanji kepada dirinya sendiri, kalau ia akan menjauh, kalau Mark sendiri yang menyuruhnya menjauh.

Dan ya, sekarang Mark sudah menyuruhnya untuk menjauh. Jadi, tugas Haechan dalam mendekati Mark sudah usai bukan? Sudah saatnya Haechan membuka lembaran baru, walaupun sangat susah membuka lembaran baru itu.

Hatinya sudah stuck di Markeu. Anak bapak yang sangat taat dalam beragama.

Aish! Coba saja Mark jodoh Haechan! Pasti Haechan seneng banget! Coba kalian bayangkan kalau anaknya Haechan di didik Mark yang taat sekali dengan agama? Selain itu Haechan juga bisa ke ikutan taat agama karena Mark? Tentram sekali rumah tangga mereka.

*tok tok tok* suara ketukan dari pintu kamar Haechan, membuat Haechan pergi dari balkon, untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya.

Sementara Mark, Mark terus memandangi Haechan dari sini.

Sedari tadi, pikirannya terus terbayang oleh Haechan. Tatapan Haechan yang sendu dan kecewa atas apa yang di lakukan dan di katakan Mark tadi. Mark tau kalau Haechan sedang menahan tangisannya tadi.

"Apakah aku sangat keterlaluan dengannya?" Gumam Mark, yang masih melihat bangku yang yang ada di balkon kamar Haechan, yang Haechan duduki tadi.

Mark jadi ke ingat kejadian tadi. Sepertinya ia sangat keterlaluan dengan Haechan.

Mark tadi emosi. Sangat emosi sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya.

Kala itu ia sedang lelah mengenai ujian praktek, ujian harian, belum lagi tugas yang masih berjalan, dan juga anggota basketnya yang sering meminta pendapat Mark. Di tambah Mina yang bilang kalau dirinya mau memutuskan hubungan dengan Mark, di karenakan Haechan.

Mina berkata kalau Haechan mengancam dirinya. Haechan mengancam kalau Mina tidak mau menjauhi Mark? Haechan akan terus mengincar Mina dan keluarganya. Bukan hanya itu, beasiswa yang Mina dapatkan dari sekolah akan di cabut, di lihat orang tua Haechan yang penyumbang terbesar kedua setelah keluarga Mark. Mina juga berkata kalau Haechan mengancam dirinya tidak akan mempunyai masa depan. Semua akses untuk Mina melamar kerja akan di tutup, kalau Mina masih bersikeras mempertahankan hubungannya dengan Mark.

Ya kalian bisa tau sendiri kalau Appa-nya Haechan itu bukan orang yang sembarangan. Appanya Haechan yang sangat dekat dengan pemerintahan, serta banyaknya perusahaan. Jadi omongan yang Mina katakan bisa benar adanya. Dia bisa tidak mendapatkan pekerjaan di berbagai macam perusahaan, kalau perkataan Haechan benar.

"Sedang apa?" Gumam Mark, begitu melihat Haechan yang sudah ada di luar rumahnya, dengan membawa sebuah kotak, yang Mark sendiri tidak tau apa kotak itu.

Mata Mark minus, jadi sangat susah untuk melihat jarak jauh.

Mark langsung beranjak dari duduknya, begitu melihat Haechan yang berjalan ke rumahnya.

Tanpa tunggu lama, Mark langsung masuk ke dalam kamarnya, dan bergegas menuju bawah.

Berlari menuruni anak tangga, hanya untuk bisa membukakan pintu untuk Haechan.

Namun naasnya Mark kalah cepat, sang Eomma sudah lebih dulu membukakan pintu untuk Haechan.

"Mark." Panggilan dari sang Eomma, membuat Mark yang tadinya ingin kembali ke kamarnya, jadi terhenti karena panggilan itu.

"Ne?" Sahut Mark yang langsung memghampiri Eomma-nya.

Mark dapat melihat Haechan yang tengah tersenyum kepada Eomma-nya. Sama sekali tidak melihat ke arahnya.

Berbeda sekali Haechan saat ini. Biasanya Haechan itu langsung masuk ke dalam rumahnya, dan langsung masuk ke dalam kamar Mark, seraya berteriak dengan semangat.

'Mark Oppa! Haechaniee Watseyo~~~' perkataan yang selalu Haechan ucapkan, ketika datang ke rumahnya.

Tapi lihat saat ini? Haechan datang dengan sangat sopan, seperti tamu biasanya.

"Ada apa Eomma?" Tanya Mark, begitu tiba di hadapan Haechan dan Eommanya.

"Ah ini, Haechan ingin bertemu dengan-mu." Ujar Taeyong.

"Kalian sedang ada masalah ya?" Tanya Taeyong, yang sukses membuat keduanya terdiam satu sama lain.

Taeyong yang tidak mendapatkan jawaban dari Haechan dan Mark, hanya bisa menghela nafasnya kasar.

"Sebaiknya selesaikan masalah kalian sekarang juga. Tidak baik kalau tidak di selesaikan. Dan ya, kalian bukan lagi anak kecil, atau pun remaja labil. Kalian sudah akan memasuki fase dewasa." Peringat Taeyong, lalu pergi dari hadapan Mark dan Haechan.

"Ini terakhir kali. Aku janji." Ujar Haechan yang sukses membuat Mark mengerutkan dahinya bingung.

"Izinkan aku membersihkan luka yang di lakukan oleh Oppa-ku. Setelah itu, aku janji tidak akan menganggu-mu lagi, seperti apa yang kau inginkan." Sambung Haechan, lalu menarik masuk Mark ke dalam, dan mendudukkan Mark di sofa ruang tamu.

Setelahnya, Haechan langsung membersihkan luka Mark dengan sangat telaten.

REGRET NOT REGISTATION - MARKHYUCKWhere stories live. Discover now