DUA PULUH EMPAT📍

Start from the beginning
                                    

"Ngapain aja kamu sama cowok itu hah?!" tanya Santosa marah.

"A-aku engak ngapa-ngapain sama dia, Sa..," jawab Fauna.

Santosa memegang dagu Fauna dan mengangkatnya. "Trus barusan apa hah? Pulang bareng, apa kalian janjian buat ketemu gitu?!"

"Sa.. jangan salah paham dulu, tadi aku gak sengaja ketemu sama dia, pas aku mau pulang aku mau minta jemput kamu, tapi hp aku mati karena habis baterai, dan teman-teman aku udah pulang. Aku sendirian di sana dan tiba-tiba dia dateng trus ajakin aku pulang, awalnya aku gak mau dan---"

"Cukup!" potong Santosa membuat Fauna berhenti bicara dan menatap suaminya itu.

Santosa memundurkan tubuhnya lalu ia pun membaliknya tubuhnya kebelakang dan pergi dari sana.

"Sa.. maafin aku," ucap Fauna namun Santosa tidak menggubrisnya.

Tidak kuat lagi, air mata milik Fauna berjatuhan di pipinya, cewek itu pun menjatuhkan tubuhnya ke bawah.
Ia benar-benar takut pada Santosa, karena Fauna tahu bahwa suaminya itu marah, sangat marah.

Ini semua gara-gara dirinya sendiri karena telah mau di antar pulang oleh Baskara alias mantan kekasihnya dulu, ia menyesal telah menerima tawaran dari laki-laki tersebut dan akhirnya akan seperti ini.

🌙🌙🌙🌙

"Sa, sarapan dulu ya..," ucap Fauna saat melihat Santosa sudah turun dari lantai dua.

Cewek dengan memakai baju tidur bermotiv avocado tersebut sedang
mengoles slei stobery ke dalam roti yang dipegangnya.

Santosa melewati tubuh Fauna, biasanya cowok tampan itu setiap pagi akan mengucapkan selamat pagi pada istrinya dan menciumnya, tapi kenapa hari ini ia tidak melakukannya?

Fauna mengejarnya dan memegang
tangan Santosa. "Kamu kenapa si, sayang? Makan dulu yu.. 'kan kamu mau kerja," kata Fauna.

Santosa tidak melihat ke arah istrinya yang ada di depan, ia malah melihat ke arah lain.

"Sa, bicara dong jangan cuekin aku gini...,"

"Aku mau berangkat kerja," ucap Santosa.

"Gak mau sarapan dulu? Atau aku bekelin kamu deh, ya?"

"Gak usah," jawabnya dingin.

Cowok dengan memakai jas hitam tersebut melangkahkan kakinya dari hadapan Fauna.

Fauna mencebikkan bibirnya sedih. Sesak rasanya saat Santosa bersikap dingin seperti ini, ia tau ini semua gara-gara dirinya sendiri.

Bagaimana Santosa tidak marah, melihat istrinya yang di bonceng malam-malam oleh lelaki lain? Suami mana yang tidak sakit hati coba.

Dari semalam dan sampai hari ini Santosa tidak bicara kepada Fauna, dan barusan cowok itu baru keluar lagi suaranya karena Fauna yang bertanya.

Lelaki itu masuk kedalam mobil hitamnya. Biasanya Santosa sebelum
berangkat kerja akan mencium dulu Fauna, tapi untuk hari ini sepertinya tidak. Ia pun melanjutkan mobilnya dan keluar melewati gerbang rumahnya itu.

Fauna yang berdiri di depan rumah hanya menatap kepergian Santosa. Tak terasa air matanya menetes di tambah rasa sesak di dalam hatinya.

"Sa, aku harus gimana lagi supaya kamu maafin aku," lirih Fauna.

🌙🌙🌙🌙

Santosa memarkirkan mobilnya, lalu masuk ke dalam gedung perusahaan milik keluarga Argadana alias ayah Santosa.

Para cewek-cewek yang bekerja di perusahaan ini langsung terpesona dengan ketampanan bos-nya itu yang sedang berjalan dengan kedua tangan yang masuk ke dalam celana hitamnya.

"Selamat pagi, Pak," ucap salah satu karyawannya.

"Pagi juga," balas Santosa dengan senyum yang manis.

Ia berjalan lagi.

"Pagi, Pak," ucap ketiga perempuan itu yang berpapasan dengan Santosa.

"Pagi juga," balas Santosa sambil tersenyum.

Omaygat!

Ketiga perempuan tersebut langsung senyam-senyum kegirangan karena
di beri senyuman yang manis dari bos-nya yang tampan itu.

"Bos kita damage-nya gak ngotak," ucap perempuan yang ada di sebelahnya.

"Udah tampan soleh lagi, aduh jadi pengen memilik deh," kata perempuan yang ada di sebelah kanan.

"Sayangnya udah punya istri," lontar perempuan yang berada di tengah dengan suara sedih.

"Oh iya lupa haha.. eh istrinya juga cantik ya?

"Cantik tau, minggu lalu istrinya pernah dateng ke sini, aduh menurut gue kita kalah saing. Mereka berdua cocok menurut gue,"

"Udahlah gak usah gibahin bos kita, mending ke ruangan aja yu," ajak perempuan yang ada di tengah membuat kedua temanya mengangguk setuju.

Setelah sampai di ruangan, Santosa duduk di kursinya lalu membuka laptop yang bermerek iPhone.

Tok.. tok..tok..

Santosa yang sedang pokus dengan laptopnya langsung menoleh ke arah pintu yang ada di depannya. "Masuk," ucap Santosa, lalu pintu itu pun terbuka.

"Pak, ada berkas yang harus bapa tanda tangani hari ini," ucap perempuan yang bernametag Melsa, sekertaris Santosa.

Perempuan itu menyodorkan kertas ke hadapan Santosa, dan cowok tampan tersebut membacanya terlebih dahulu lalu mentanda tanganinya. "Oke done," kata Santosa seraya memberikan kertas itu pada sekretarisnya kembali.

"Terima kasih, Pak," ucapnya sambil mengambil kertas itu, lalu perempuan itu membalikan tubuhnya ke belakang dan berjalan untuk keluar.

Santosa pokus kembali ke laptop-nya.
Tiba-tiba ada notifikasi dari handphone-nya membuat ia mengambil benda gepeng itu dari saku celananya.

Istri cantik💓

Fauna: Sayang nanti siang jangan lupa makan ya

Setelah membaca chat dari Fauna, ia menutup kembali ponselnya, mengabaikan pesan dari istrinya tersebut. Jujur saja Santosa masih marah pada Fauna saat kejadian kemarin malam.

Ponselnya berbunyi lagi membuat tangan kekar itu membuka handphone-nya kembali.

Istri cantik💓

Fauna: Sa, tadi pagi kamu gak makan dulu loh, pokonya di sana harus makan ya

Fauna: jangan lupa solat juga ya sayang..

Fauna: Sa, maafin aku😭 aku janji gak gitu lagi, jangan diemin aku kayak gini aku pengen nangis aja kalo kamu kaya gini Sa...

Fauna: Pengen peluk kamu..

Fauna: kangen kamu sayang💓

Fauna: gak mau di giniin.. hiks 😭

Fauna: Sa, please maafin aku😭

Setelah membaca pesan dari Fauna, ia mematikan handphone-nya lagi, karena terus berbunyi notifikasi dari istrinya.

Lelaki itu mengusap wajahnya gusar dan menghembuskan napasnya.
"Aku giniin kamu, biar kamu tau rasa."




Terima kasih💓

Jangan lupa vote sama komen ya
orang baik😉😚

Suka gak sama part ini?

Sukabumi
25 Febuari 2022

Salam hangat
.
.
.
.
.
.
.
🌸Nura🌻


SANTOSA {END}Where stories live. Discover now