Bagian 30

37.6K 3.9K 184
                                    

Happy reading

***

Sepulang sekolah, Lia bergegas menuju kantor Hendra diantar oleh supir keluarga. Akung, nama supir keluarga Anggara yang berasal dari Bandung

"Kang kung, kita ke kantor Daddy ya" ucap Lia setelah duduk di dalam mobil

"Siap non" balas kang kung lalu menjalankan mobilnya menuju kantor Hendra

Berbeda dengan Lia yang sudah pulang dan menuju kantor hendra. Kini Alvian dkk sedang berada di lapangan yang sepi dan tidak jauh dari sekolah, mereka sedang menunggu musuh yang katanya mengajak mereka untuk tawuran

"Belum ada tanda tanda musuh akan datang" ucap Rizki dengan tampang seriusnya sambil memposisikan kedua tangannya di depan matanya seakan akan itu adalah teropong

Radit yang melihat itupun mengambil tangan Rizki lalu meletakkannya di matanya, "yaa, memang tidak ada tanda tanda, bagaimana ini kapten? Apakah kita akan terus menunggu yang tidak pasti? Seperti menunggu dia yang tidak peka?" Balas Radit menatap Alvian

Alvian dan arka berdecak melihat kelakuan konyol sahabatnya

Tidak lama terdengar lah suara motor yang mulai mendekat, lalu muncullah 4 orang pemuda seumuran Alvian dkk, hanya saja seragam yang mereka pakai berbeda dengan seragam yang di pakai oleh Alvian dkk

"Dateng juga Lo, ga tau apa disini tuh panas, gimana kalo gue item" gerutu Rizki

"Laki kok takut item" balas salah satu pemuda yang baru datang

"Sirik aja Lo" sinis Rizki

"Lagian kalo takut panas ngapain Lo semua nungguin di tengah lapang kaya gini, gue emang nyuruh kalian ke tempat ini tapi maksudnya bukan disini tapi disana" ucap Ragil, salah satu pemuda itu sambil menunjuk ke arah warung yang tidak jauh dari sana

"Lo juga ga ngomong kalo nyuruh nunggunya disana" ucap Radit sedikit kesal

"Kalian aja yang bego" lirih Ragil

"Jadi apa enggak?" Tanya arka yang jengah

"Jadi apaan?" Tanya Ragil

"Gelut" ucap Alvian singkat

"Jadi dong, hayu lah" semangat Ramdan

Terjadilah adu jotos diantara mereka, mereka hanya bermain main. Hanya untuk melatih bela diri mereka, lagipula jika tawuran, jumlahnya terlalu sedikit untuk seukuran orang yang sedang tawuran

Mereka memang musuh, lebih tepatnya, berpura pura menjadi musuh, sebenarnya mereka adalah teman yang berbeda sekolah

Kembali lagi ke Lia. Kini Lia sudah berada di kantor hendra

Lia pun menghubungi daddynya

"Password nya?" Ucap Hendra setelah panggilan dari Lia diangkat olehnya

"Daddy nikmat nyaman ditipu" jawab Lia

"Selamat anda mendapatkan uang sebesar dua ribu rupiah" ucap Hendra riang

"Makasih dad, transfer aja ya" balas Lia

"Oh iya dad, ini Lia udah sampe di kantor Daddy, Daddy kesini ya soalnya Lia malu banyak yang liatin" lanjut Lia ketika melihat beberapa pegawai Hendra yang menatap dirinya

"Oke nanti asisten Daddy yang akan jemput kamu" balas Hendra

"Oke"

Lalu Lia pun memutuskan panggilannya

Tidak lama datanglah seorang pria yang sepertinya seumuran daddynya menghampiri Lia

"Non Lia, mari saya tunjukkan jalannya" ucap Aji, asisten Hendra

"Ayo om" ucap Lia yang memang sudah pernah bertemu dengan aji

Mereka pun sampai di depan pintu ruangan Hendra, Lia pun langsung masuk tanpa mengetuk pintunya

"Daddy" panggil Lia kaget ketika melihat pemandangan di hadapannya ini

"Lia, ini ga seperti apa yang kamu lihat" ucap Hendra gelagapan karena malu mungkin

"Jelas jelas Lia udah lihat dad" ucap Lia dengan pandangan yang sedikit aneh

"Enggak Li, tadi Daddy ngeliat ada yang melambai lambai, makanya Daddy ambil terus kamu tiba tiba Dateng" jelas Hendra dengan telinga yang sedikit memerah

Lia mengerutkan keningnya, "Lia cuma kaget aja, gimana kalo yang masuk tadi karyawan Daddy, nanti image dingin Daddy ilang gitu aja" ucap Lia

"Ya abisnya masa ada yang melambai lambai Daddy antepin sih" balas Hendra

Tadi saat Lia masuk, dia melihat Hendra yang duduk di kursi kerjanya dengan menaikkan satu kakinya ke kursi, lalu wajahnya yang tertutup oleh cermin dengan tangan yang berada di wajahnya

"Emang apa sih yang melambai lambai?" Tanya Lia heran

"Bulu idung Daddy, udah sini duduk ngapain berdiri disitu" ucap Hendra

Lia pun duduk di sofa yang tersedia di sana

"Lia mau makan?" Tanya hendra

Lia menjawab dengan anggukan, dia sedang memperhatikan pemandangan dari jendela besar yang ada di ruangan Hendra

"Makan apa" tanya Hendra kembali

"Terserah"

Disisi lain, terlihat dua orang pemuda yang sedang duduk di sebuah ruangan kecil

"Gue udah putusin, gue bakal jujur sama semuanya" ucap pemuda yang lebih muda dari pemuda yang satunya

"Lo yakin sama keputusan Lo?" Tanya pemuda yang lebih tua itu

"Gue yakin, lagipula gue udah cape hidup di hantuin sama bayang bayang rasa bersalah gue" ucap pemuda itu dengan raut penuh penyesalan

"Oke kalo gitu, gue bakal nemenin Lo" balasnya sembari memberikan senyuman menenangkan

"Thanks, gue bakal jujur sama keluarga gue dulu" ucapnya menatap sendu lantai

"Gue gatau apa yang bakalan keluarga gue lakuin ke gue, atau mungkin mereka bakalan bunuh gue, tapi gue ga masalah. Makasih karena selalu dukung gue, meskipun Lo tau kelakuan gue ke dia kaya gimana" lanjut pemuda itu menatap temannya

"Lo udah gue anggap adik gue sendiri, jangan mikir yang aneh aneh, gue yakin semuanya bakal baik baik aja" balas pemuda itu lalu keadaan pun menjadi hening


















Maaf banget baru up
(〒﹏〒)

Makasih yang udah vote
Yang belum vote dulu yuk
❤️🤸🏻

Transmigrasi Figuran (END)Where stories live. Discover now