41. Digulai Atau Disate

58.3K 10.3K 1.8K
                                    

"Kalau hanya makanan di meja tak pernah engkau makan. Kalau hanya kopi yang ku suguhkan, tak pernah engkau minum."

"Asik! Serr, goyang, Bang!" seru Azriel seraya berjoget tak jelas bersama Morfeo di tengah-tengah ruang keluarga.

Pagi ini sembari menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, entah mengapa Riona malah menyanyi lagu dangdut milik salah satu diva dangdut Indonesia itu. Sesekali matanya menatap ke arah Wylan yang hanya duduk diam dan fokus dengan surat kabar.

Sementara Azriel yang mendengar dangdutan dari ibunya itu malah berjoget, seolah Riona adalah biduan yang tengah beraksi di panggung. Tak tanggung-tanggung, Azriel juga mengajak Morfeo untuk berjoget bersama sambil menunggu sarapan siap.

"Tapi jangan sampai kau macam-macam. Di luaran rumah kau macam-macam sayang," sambung Riona dengan cengkok dangdut yang terasa pas.

Sesekali eskpresi wajahnya berubah centil dengan senyum kecil melihat kedua putranya malah asik berjoget. Sendok nasi yang ada di tangan sudah berubah menjadi mikrofon.

"Sayang, kenapa sih? Tumbenan ngedangdut pagi-pagi," tanya Wylan pada akhirnya.

Bukan dangdutnya yang jadi masalah. Tapi, lirik lagu yang Riona nyanyikan itu loh. Seolah Riona tengah menyindir sesuatu dengan tatapannya yang tajam dan maksud terselubung dari nyanyiannya.

"Ya enggak tahu, lagi pengen aja sih. Sama lagi kasih peringatan ke salah satu penghuni rumah ini," sindir Riona tak acuh.

Tangannya sendiri sibuk menyiapkan susu dan minuman kesukaan anak-anaknya yang lain ke atas meja. Tampak beberapa asisten rumah tangga juga membantu Riona.

Semenjak kehamilan Riona semakin besar, Wylan memberikan tugas tambahan pada asisten rumah tangga untuk membantu Riona. Agar waktu Riona untuk istirahat juga semakin banyak dan dia tak kelelahan.

"Ada apa, Sayang? Kenapa? Cerita sini," bujuk Wylan.

Entah mengapa ia merasa kalau sindiran Riona barusan ditujukan untuk dirinya. Namun, Wylan sendiri bingung karena merasa tak melakukan kesalahan apapun. Apalagi yang berhubungan dengan wanita lain.

"Gak tau ah, urusin aja itu cewek di WA kamu," rajuk Riona seraya menepis tangan Wylan di pundaknya.

Casvian yang mendengar ucapan ibunya sontak menolehkan kepala dan menatap permusuhan pada Wylan. "Pa? Papa macam-macam di luar? Papa berani macam-macam sama cewek lain?"

Tanpa Wylan sadari, kini ketiga anaknya yang lain sudah mengelilingi Wylan dengan senjata di tangan mereka. Morfeo dengan tongkat baseball yang entah ia dapat dari mana. Zadkiel dengan pisau besar yang biasa digunakan untuk memotong tulang. Dan Azriel dengan sapu ijuk di tangannya.

Mereka berempat sedang dalam mode bertempur.

"Abang, Adek. Jangan pada seram-seram gitu deh," ucap Wylan takut-takut, ia menatap ngeri pada benda-benda yang berada di tangan putra-putranya.

Salah-salah sedikit bisa saja pisau pemotong tulang itu melayang untuk memotong lehernya.

"Ayo jawab dulu, siapa cewek yang dimaksud sama Mama? Selingkuhan Papa? Oh, Papa udah berani selingkuh sekarang?" tanya Casvian mendesak.

"Papa ayo pilih, mau digulai atau disate?" ancam Zadkiel dengan tatapan tajam. Ia menggerakkan pisau di tangannya, seolah siap untuk memotong Wylan sebentar lagi.

"Ri, kita perlu bicara berdua deh. Yuk, sebelum aku disate sama anak-anak durhaka ini," ajak Wylan.

Tanpa menunggu jawaban dari Riona, ia langsung menarik tangan Riona pelan dan menuntun wanita itu untuk berjalan menuju taman belakang yang berhadapan langsung dengan kolam renang.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now