36. Selamat, Morfeo

60.4K 10.6K 1.1K
                                    

Pagi-pagi sekali Riona sudah tampak rapi dengan pakaian semi formalnya. Gaun wanita hamil berwarna biru selutut dengan potongan lengan pendek itu menonjolkan aura segar dalam diri Riona. Tak lupa dengan rambut yang diikat menjadi satu ke atas, menyisakan beberapa anak rambut yang menjuntai manja.

"Sayang, aku kepikiran sesuatu deh," celetuk Wylan tiba-tiba.

"Kepikiran apa?" tanya Riona tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin.

Ia tetap fokus memakai anting-anting kesukaannya untuk menambah kesan mewah dan elegan dalam penampilannya. Gaya Riona memang tak pernah gagal.

"Gimana kalau rumah ini kita pasangin lift aja? Biar kamu selama hamil gak perlu susah-susah buat naik-turun tangga, pasti kamu juga capek kalau harus naik-turun tangga dengan perut segede itu," tawar Wylan.

"Lift?" ucap Riona cukup terkejut. Pasalnya rumah mereka hanya memiliki tiga lantai dan tak sebesar itu untuk harus memasang lift.

Wylan mengangguk, membenarkan ucapan istrinya. "Iya. Nanti kita pasang lift, soalnya kan di lantai bawah gak ada kamar juga. Jadi satu-satunya cara biar kamu gak capek naik-turun, ya, pasang lift," ucap Wylan.

Sejenak Riona terdiam, membenarkan ucapan Wylan dalam hati.

Lantai satu rumah mereka memang tidak memiliki kamar tidur, karena sejak awal Wylan meminta agar seluruh kamar ditaruh di lantai dua, mau kamar tidur pribadi maupun kamar tamu. Sementara lantai tiga khusus untuk ruang bekerja, ruang belajar, tempat gym pribadi, dan perpustakaan pribadi.

"Gak kemahalan, Mas?" tanya Riona tiba-tiba.

Pertanyaan itu justru terasa menggelitik perut Wylan, mengundang tawanya. "Ya ampun, Sayang. Kalau bangun lift mah masalah kecil, kamu mau renovasi rumah ini sampai punya sepuluh lantai pun aku sanggup biayain."

Riona meruntuki dirinya dan menggigit lidahnya pelan. Ia melupakan satu fakta itu, bahwa suaminya memiliki uang dan aset yang tak akan habis hanya untuk membangun satu lift di rumah mereka.

"Yaudah, terserah kamu aja, Mas. Asal gak memberatkan kamu dan gak buat kamu susah," ucap Riona pasrah. "Kamu udah?"

Wylan mengangguk seraya menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya, membuat pria itu terlihat tambah tampan berkali-kali lipat. Kemudian ia menggulung lengan kemeja hitam yang ia gunakan hingga sebatas siku.

"Yuk," ajak Wylan seraya memeluk pinggang Riona posesif.

Pria itu membawa Riona untuk keluar dari kamar dan menghampiri anak-anak mereka yang sudah menunggu di lantai bawah. "Hati-hati," pesan Wylan saat Riona hendak menuruni tangga.

Kini wanita itu tak lagi mengenakan sepatu dengan hak yang tinggi. Setelah acara perusahaan beberapa bulan lalu, Wylan langsung membelikan puluhan pasang sepatu tanpa hak dan sendal yang nyaman dipakai untuk Riona.

"Mama! Papa! Let's go!" ajak Azriel antusias begitu melihat kedua orang tuanya menuruni tangga.

"Sabar, Riel," tegur Casvian. "Mama baru aja turun itu, jangan dibuat buru-buru gitu. Nanti jatuh."

Riona tersenyum ke arah keempat anaknya yang juga sudah rapi. Casvian dengan pakaian semi formal seperti Riona dan Wylan dan ketiga anaknya yang lain dengan seragam putih abu-abu.

"Ayo. Nanti kita keburu kesiangan lagi, kasian Abang Feo juga nanti," ajak Riona.

"Kita naik apa ke sekolahnya?" tanya Azriel random.

Wylan tersenyum misterius. "Papa udah beli kendaraan khusus buat pergi jalan-jalan. Mulai sekarang kalau kita pergi berenam, kita pakainya yang itu," celetuk Wylan.

Be a Good Mother [Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt