• • - - -/- - • • •

4.5K 880 7
                                    

"Ketahuilah hal-hal terindah di dunia ini terkadang tak bisa terlihat dalam pandangan atau teraba dengan sentuhan, mereka hanya dapat terasakan dengan hati."

- Helen Keller-

××××××××××

Semua terdiam sejenak dengan wajah terkejut. Tak bisa berkata-kata lagi setelah melihat apa yang terjadi. Suara ledakan dari dalam kotak cukup keras. Merinding, ketakutan semakin terasa. "Me-mereka mati?" ucap Sella yang seketika membuat semua orang melirik ke arahnya. "Ya! Ya Leon! Kalian baik-baik saja kan? Woi Leon! Zer?" teriak Sella. Suara sirine kembali terdengar sangat kencang. Membuat mereka semua seketika menghela nafas lega. "Dasar Leon sialan!" bisik Sella sembari menunduk. Sella seolah merasa takut jika sesuatu terjadi pada rekan setimnya, terutama Leon.

Saat Leon dan Zer keluar dari kotak itu sembari mengelus-elus dada, Sella berlari menghampiri dan seketika menarik rambut Leon. "Beraninya kau menakuti kami semua dengan akting sialanmu itu! Kenapa tidak mati saja? Dasar bodoh!" teriak kesal Sella. Leon melirik kedua mata Sella sejenak. Sedikit terkejut. Menatap ke dua mata Sella yang berkaca-kaca. Leon merasa sedikit sedih. Ia hanya menatap hangat Sella. Tau betapa khawatirnya Sella dari balik ocehannya.

"Ampun Sel! Sorry! Sorry please! Help! Help! Help!" teriak Leon. Mendengar teriakan histeris Leon, membuat mereka semua terdiam menatap keduanya. Sementara Zer, memilih berjalan mengendap-endap.

"Mati aku! Mati aku!" Zer berusaha bergerak sebelum Sella menyadari langkahnya.

"Zer!" ucap Sella. Melempar sepatunya ke arah Zer, hingga Zer tersungkur kebelakang. Tindakan Sella membuat yang lain berusaha menahan tawa.

"Sella benar-benar menakutkan ya."

"Aku tak akan melakukan hal bodoh seperti Leon dan Zer."

"Dia-, apa dia benar-benar seorang siswi perempuan?"

Mereka segera keluar dari gedung itu. Bergerak cepat bergabung dengan tim lainnya. Sementara, Cika dan Ziko bersama timnya, segera menuju ke sektor 2. Eren tersenyum tipis. Melihat hanya tersisa sedikit anggota dari tim Leon dan Sella.

"Syukurlah, kalian berhasil," ucap Eren.

"Hmm. Tapi itu benar-benar menakutkan. Aku-, aku melihat bagaimana Impostor membunuh rekan setim kami. Itu benar-benar menakutkan."

"Aku sudah putuskan untuk memilih tim kalian sebagai tim medis. Kita membutuhkan tim medis sekarang. Maaf! Ini mungkin terdengar sedikit egois," ucap Eren. Michael hanya dia mengamati. Mengamati setiap pergerakan orang-orang di sekitarnya.

"Tidak masalah."

"Loh, di mana Sella?" ucap Kirant yang mempertanyakan keberadaan Sella ditengah rekan setimnya yang baru saja bergabung.

"Eh? Dia ...." Leon terdiam saat tak melihat Sella disampingnya. Ia mulai khawatir dan mencoba mencari Sella di sekitar rekannya yang lain.

"Tadi ..., dia tadi ada di sini."

"Sudah jam 5 pagi. Sebentar lagi matahari akan terbit. Besok sebelum matahari terbit, misi kita harus telah selesai," ucap Kirant. Melirik Eren yang tengah mengamati dirinya. Michael menatap ke duanya. Memainkan satu jari telunjuknya.

"Itu benar. Leon! Awasi mereka, aku akan mencari Sella. Aku takut dia ...." ucap Eren dengan ekspresi cemasnya.

"Kau benar, Sella pasti ..., pergilah! Aku akan memantau mereka," ucap Leon.

Eren berlalu dari sana. Meninggalkan yang lain. Michael yang melihat itu hanya terdiam lalu menatap ke arah Kirant. Angin berhembus mengacaukan rambutnya. Michael mengusap rambutnya dan mengubah ekspresinya yang datar, menjadi tatapan mengintimidasi. Tempat ini ..., tempat di mana sulit membedakan antara ketulusan dan kepalsuan. Menjijikan! Michael bangkit dari duduknya. Berlalu pergi dari sana.

Bad & Crazy School (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt