Malam Perekrutan

Mulai dari awal
                                    

Beberapa pasang mata di dekat panggung pondok besar itu hanya bisa menatap apa yang terjadi antara kedua gadis yang baru saja berseteru.

Salah satunya berdiri, menghela nafas dan berjalan ke pusat panggung. Membenahi kacamatanya lalu terlihat dia mengangkat lonceng serta pemukul kecilnya.

Teng...

Teng...

Tiba-tiba semua senyap, keadaannya begitu sunyi sekarang. Anak-anak itu berbaris, kecuali beberapa orang yang hanya bisa celingak-celinguk karena belum mendapatkan pondok asuhnya.

"Selamat datang, di malam perekrutan. Bagi murid yang baru bergabung hari ini, perkenalkan nama saya Adiningrum Maheswari, biasa dipanggil Ibu Ningrum."

Hazel menatap wanita itu dengan takjub, entah mengapa auranya benar-benar menarik untuk dipandang. Bukan hanya dia saja, seluruh siswa yang ada disana menatapnya dengan pandangan yang sama.

"Maaf, tapi apakah ini salah satu potensi dari beliau?" Pikir Hazel.

Wanita itu kembali berbicara.
"Saya bertugas sebagai guru di pondok asuh Maheswari. Sekaligus menjadi wakil penanggung jawab padepokan ini."

Wanita itu kemudian merogoh sakunya dan sebuah pembidik kecil di keluarkan dari situ. Dengan fokus wanita itu membenahi kacamatanya.

Hazel dengan cepat menoleh ke arah yang di membuat gurunya itu terfokus. Setelah itu dia membelalakkan mata.

"Wah..ga mungkin kan?" Lirih Hazel.

"Aku dengar Ibu Ningrum mempunyai ketepatan yang luar biasa dalam hal-hal seperti ini." Bisik salah seorang perempuan yang berbaris disamping Hazel, tersenyum.

Hazel menyadari, lalu tersenyum.
"Ah benarkah? Hebat kalau begitu." Balas Hazel berbisik ikut tersenyum.

Hazel sudah menyadari bahwa yang berhasil bergabung hari ini ke padepokan cukup banyak. Maka itu malam perekrutan itu diadakan, karena tidak mungkin jika melakukannya hanya dengan beberapa tambahan murid baru saja.

Latar belakang yang berbeda, potensi yang sama sekali belum Hazel ketahui. Murid-murid yang datang kesini juga pasti melalui jalur neraka yang sama, untuk bisa berdiri tersenyum, apalagi gadis disampingnya kini. Mereka benar-benar misterius, kamu tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi kedepannya, maka itu Hazel perlu berhati-hati agar tidak salah langkah.

Namun syukurlah, sepertinya gadis disebelahnya berbeda dengan nona yang membuat kesan buruk di hatinya saat baru menginjakkan kaki di pondok besar ini.

Swutt ...

"Wahhh!!" Seru hampir seluruh murid di tempat tersebut.

Hazel kembali terfokus ke arah guru itu, bidikan tadi sudah tidak ada di tangannya. Hazel menoleh ke arah papan itu dan melihat bahwa bidikan itu menancap sempurna, bahkan sisi disekitarnya terlihat retak, gadis itu hanya bisa berteriak kagum dalam hati.

Kemudian layar terlipat berlapis bambu itu turun memperlihatkan gambar-gambar dari beberapa remaja seusianya. Setelah Hazel lihat, ternyata ada fotonya dan gadis yang ada di sampingnya.

"Papan peserta didik baru?" Pikir Hazel memperhatikan.

Dua belas orang, benar, dua belas gambar disana. Dengan nama lengkap yang telah terukir dengan benar disana.

Lalu beberapa murid pondok asuh lain, menoleh ke barisan peserta didik baru yang terletak di pojok. Mereka saling berbisik.

"Wah bukankah salah satu peserta baru disana adalah orang yang tadi bercekcok dengan Dania."

When You Lost ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang