Bagian 20.3 : -Radu-

4.2K 686 327
                                    

PERINGATAN 21+

Bagian ini banyak mengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, serta adegan traumatik yang mungkin akan berpengaruh pada pembaca di bawah umur. 

Happy reading, Readers!

__________________________________

Tidak, aku tidak boleh begini, batin Mila saat Bosco memaksanya untuk mengikuti langkah tergesa pria itu. Untuk terakhir kalinya, Mila menoleh ke belakang dan melihat sosok Gelar telah menghilang bersama anak buah Bosco. Kekhawatiran seketika menggerogoti Mila, memikirkan apa yang akan terjadi pada Gelar. Seolah segalanya belum cukup membuat Mila menderita, gelombang rasa mual ikut menghantamkannya hingga ia bisa merasakan wajahnya pucat pasi.

Setelah gelombang mual mereda, kemarahan mengambil alih dan membuat Mila tidak tahan lagi.

Ia muak dengan Bosco karena selalu menyakitinya. Muak dengan dirinya yang selalu lemah bila berhadapan dengan Bosco.  Muak dengan dirinya yang selalu mengandalkan Gelar untuk menyelamatkannya. Muak karena ia belum melakukan sesuatu yang berarti untuk Gelar.

Dengan kekuatan tekadnya yang baru, Mila memaku langkahnya saat Bosco menyeretnya.

"Jangan merajuk," geram Bosco kesal seraya menarik tangan Mila lebih kuat. Meski begitu, Mila tetap bergeming.

"Ck! Seharusnya anak idiot itu berhasil membuatmu teler."

"Kau menyebut anakmu sendiri idiot?" tanya Mila tidak terima. Ia paling benci mendengar orangtua mencaci anaknya sendiri.

"Bukan urusanmu. Kau hanya perlu membuka kaki untukku."

"Untuk apa? Untuk memuaskan nafsu bejatmu? Atau sekadar membuatku bertekuk lutut? Jika itu maumu, kupastikan kau tidak akan mendapatkannya!"

Kemarahan Bosco tersulut dengan cepat. Pria itu mencengkeram tangan Mila lebih kuat. Namun, sebelum sempat bertindak lebih jauh, Mila mengayunkan tangannya yang bebas ke wajah Bosco dengan gerakan tangkas yang ia dapatkan dari latihan beladiri saat Kila masih bisa menguasai jiwanya.

Bosco sontak melepaskan cengkeramannya di tangan Mila untuk melindungi wajahnya. Selagi lengah, Mila segera menendang selangkangan Bosco kuat-kuat hingga pria itu membungkuk seraya menggeram kesakitan. "Itu untuk burung hinamu yang sudah merampas kehidupan kakakku."

Suara tembakan yang menggema di udara membuat Mila terdiam dengan rasa ngeri yang membuat sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. "Oh tidak! Rev!" Tanpa berpikir panjang, Mila berlari menembus kegelapan yang selama ini ditakutinya, menuju asal suara.

Ya Tuhan, bagaimana kalau Gelar mati? pikir Mila panik. Pikiran yang mengerikan, tetapi tetap bertahan di benaknya hingga membuat Mila tidak bisa bernapas.

Entah berapa lama Mila mencari dan terus mencari, sampai kemudian ia menemukan seberkas cahaya menerangi sebuah ruangan gudang yang pintunya sedikit terbuka.

"Rev! Di mana kau, Brengsek!" Mila melewati pintu tersebut dan langsung mencari-cari ke segala penjuru ruangan. Sebuah senter LED besar yang tergeletak di lantai menyorotkan cahayanya ke langit-langit ruangan. Mila terbelalak kebingungan begitu melihat kelima anak buah Bosco sudah bergelimpangan tak sadarkan diri di lantai gudang.

"Rev!" Mila berteriak sekuat tenaga, lantas terkesiap kala sepasang tangan kuat tiba-tiba menyergap Mila dari belakang dan mengunci tubuhnya.

"Ingin menyelamatkanku, Manis?"

Mila mengerang lega dan memejamkan mata saat rasa lega luar biasa memenuhi dadanya

"Erm, R-r-rev? Apa yang kamu lakukan?" tanya Mila linglung saat Gelar mulai melancarkan ciuman di kepala, sisi wajah, tengkuk, dan lekukan lehernya.

Kemilau RevolusiWhere stories live. Discover now