Bagian 7 : -Giris-

3.7K 643 175
                                    


Hampir separuh hidupnya Mila mempelajari ilmu kejiwaan. Awalnya agar ia bisa mengetahui apa yang salah dengan dirinya. Ia pun mulai tertarik membaca buku-buku psikologi dari perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan kota. Ayahnya yang menyadari kegemarannya, akhirnya ikut membelikan buku-buku bertema psikologi terkini. Semakin banyak buku psikologi yang Mila baca, semakin ia memahami dirinya sendiri.

Saat Mila mengetahui semua jenis kepribadian yang dimiliki manusia, ia mulai tertarik mengobservasi. Mila sangat ingin tahu kenapa si A melakukan itu, atau mengapa si B berpikir begitu. Bagaimana si C bisa begitu baik dan apa penyebab si D begitu pendendam. Segala kompleksitas itu begitu indah di mata Mila. Semua itu tidak pernah gagal membuatnya takjub. Mila bahkan memiliki catatan observasi seluruh teman-teman sekolahnya sampai ia dijuluki seorang penguntit gila. Teman-temannya meyakini Mila menguntit mereka satu per satu sehingga bisa mengetahui sikap, perilaku, serta karakter berikut latar belakang masalah yang mereka hadapi secara akurat.

Suatu hari Mila memiliki kesempatan duduk bersama Gita di sebuah bangku taman sekolah. Gita satu-satunya orang yang tidak terganggu dengan julukan si penguntit gila yang Mila sandang. Gita malah berpendapat kalau Mila adalah orang paling jujur yang pernah dia temui. Sejak satu itu mereka bersahabat. Mila mengizinkan Gita membaca buku observasinya. Menurutnya Mila adalah penilai karakter terbaik.

Namun, suatu hari Gita mengatakan ada yang kurang dengan observasi Mila tentang dirinya. Sahabatnya itu mengatakan kalau dia terkadang memiliki keinginan aneh untuk mengakhiri hidup. Gita sering berpikir kalau ia lebih baik mati saja.

Saat itu Mila merasa marah, kecewa, dan tidak ingin berteman lagi dengan Gita karena menganggap wanita itu akan benar-benar meninggalkannya suatu hari nanti.

Akan tetapi, Gita tidak memedulikan pengabaian yang Mila lakukan dan malah menempel seperti lintah ke mana pun ia pergi. Saat itulah Gita mulai menceritakan seluruh kisah hidupnya tanpa terkecuali. Mulai dari ayahnya yang menghilang, ibunya yang meninggal setelah melahirkannya, kakak lelakinya yang berada di tempat jauh dan meninggalkannya berdua saja dengan bibi yang sudah tua.

Gita menganggap dirinya gila karena suasana hatinya gampang berubah-ubah. Tak jarang dia meminta pendapat Mila untuk menghadapi suasana hatinya yang tidak menentu. Gita tidak ingin orang-orang, apalagi orang dewasa, tahu tentang masalahnya. Gita takut dirinya bakal diseret ke rumah sakit jiwa, padahal yang diinginkannya hanya belajar hukum agar bisa menjadi pengacara seperti impiannya sejak lama.

Sebisa mungkin Mila menjaga Gita agar tetap waras, membantu sekuat tenaga, menjadi support system yang mendukung penuh upaya sahabatnya untuk meraih cita-cita.

Jadi, ketika tiba-tiba ada gangguan berupa Tegar Khatulistiwa, yang tidak lain adalah sepupunya sendiri, berpacaran dengan Gita, Mila sudah tentu marah besar.

Dalam sekejap Tegar telah menghancurkan segala upaya yang Mila lakukan untuk menjaga Gita. Sejak mereka berpacaran, suasana hati Gita sering kali berubah tergantung perlakuan Tegar.

Puncaknya sembilan tahun lalu, saat Tegar memutuskan hubungan dengan Gita. Suasana hati sahabatnya itu langsung terjun bebas menuju titik terendah sampai wanita itu meyakini kalau kegilaan yang dialaminya menyebabkan dirinya selalu ditinggalkan orang yang dia sayang.

Mila tidak akan pernah melupakan masa-masa itu. Masa di mana Gita berkubang dalam kegelapan depresi parah sampai hampir membuat Mila menyerah. Namun, seburuk apa pun keadaannya, Mila memegang teguh janjinya supaya tidak ada orang dewasa yang mengetahui tentang keadaan Gita. Berat badan Gita yang bertambah empat kilo selama masa depresi membuktikan betapa serius usaha Mila menjaga sahabatnya tetap hidup.

Lalu kini, ketika sepupunya yang brengsek itu muncul kembali dan menawarkan cinta kepada Gita seperti sembilan tahun lalu, Mila tidak akan tinggal diam. Kali ini Tegar harus tahu apa yang dihadapinya.

Kemilau RevolusiWhere stories live. Discover now