Bagian 11 : -Konsensual-

3.9K 658 231
                                    


Untuk beberapa lama, yang Mila lakukan hanya memandang wajah Gelar penasaran, sembari mempelajari setiap ekspresi yang melintas di wajah lelaki itu.

Apa Mila tidak salah dengar? Apa Gelar baru saja mengatakan kalau dia ingin Mila bertanggungjawab atas semua perasaan tak masuk akal yang dirasakan lelaki itu?

"Perasaan seperti apa tepatnya?" Mila butuh kepastian. Ia tidak ingin berharap meskipun mata gelap Gelar terang-terangan menatapnya dengan cara yang melebihi kekhawatiran biasa.

"Kamu membuatku gila."

"Memangnya aku bisa membuatmu gila?"

"Kamu terlalu sering muncul di kepalaku meskipun aku tidak ingin memikirkanmu."

"Mungkin kamu memang membenciku." Mila berpaling kecewa. "Orang-orang cenderung mengingat hal yang membuat mereka trauma."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Mungkin itulah yang sebenarnya kamu rasakan padaku. Bukan ketertarikan, tapi trauma. Itu sebabnya dalam sembilan tahun terakhir ini kamu memilih menghindari bersinggungan denganku karena takut kepercayaan dirimu yang sudah tipis itu habis oleh celaanku."

Mila terkesiap dan kembali memandang Gelar curiga. "Apa kamu mencuri dengar percakapanku dengan adikmu? Apa saja yang kamu dapat?" tanyanya sinis.

"Kamu tidak menceritakan semua yang terjadi padamu di kelab malam."

"Itu tidak penting."

"Kamu juga mengakui kalau aku satu-satunya pria yang membuatmu bergairah."

Sialan! Mila segera membuang muka guna menyembunyikan wajahnya yang panas dan pasti sudah berwarna merah padam. Sementara di belakangnya, Gelar terus saja mengungkapkan fakta seolah belum puas memojokkannya.

"Aku tidak percaya adikku menjual diriku padamu."

"Dia tidak menjualmu. Dia memberikanmu secara cuma-cuma."

"Apa alasanmu tertarik padaku karena adikku yang menyuruhmu? Atau karena ingin tahu apa aku masih bisa membangunkan libidomu yang tertidur?"

Sialan! Rupanya Gelar benar-benar menyadap keseluruhan pembicaraan Mila dengan Gita.

Mila berdiri dengan kedua lutut untuk melilitkan kain pantai ke sekeliling pinggangnya. Ia tidak nyaman membicarakan libido dengan seorang lelaki yang memancarkan aura seks, hanya dengan perlindungan selembar bikini. Untuk menghadapi Gelar, setidaknya Mila membutuhkan satu set baju zirah, lengkap dengan tombak besi.

"Apa kamu menganggapku barang eksperimen?"

Mila kembali duduk dan memandang Gelar penuh amarah. "Apa maksudmu mengatakan semua itu padaku?"

"Aku hanya mencoba menemukan jawaban."

"Tidak." Mila mendengkus jijik. "Kamu hanya ingin memperlihatkan seberapa buruknya aku."

"Tidak. Aku mengatakannya untuk mencari tahu apa alasanku datang ke sini sekadar untuk menjalankan tugas...," Gelar menatapnya lekat, "... atau karena merindukanmu."

Pernyataan tak terduga Gelar membuat kekesalan Mila sedikit memudar. Ia mengangkat alis sembari mengerling jahil."Kalau kamu bersedia menyelami lautan hanya untuk menemuiku, itu artinya kamu merindukanku. Coba bayangkan berapa jarak yang kamu tempuh dengan berenang dari daratan sampai ke pulau ini untuk menemuiku?"

"Aku hanya berenang 1500 meter."

"Apa?" Mila terbelalak tak percaya. Jarak itu sama dengan jarak berenang gaya bebas di berbagai kompetisi berenang yang selesai hanya dalam waktu 15 menit. Padahal Mila berharap Gelar berenang lebih jauh dan lebih lama. Ia berharap Gelar menghadapi kesulitan sampai akhirnya bisa menemukannya.

Kemilau RevolusiWhere stories live. Discover now