CERPEN : AURORA

Mulai dari awal
                                    

Una mengangkat alisnya heran menatap Arsen. "Tumben lo ke sini? Pake bawa sarapan sama bunga."

"Bukan buat lo," desis Arsen lalu memutar tubuhnya usai memberi isyarat pada Una agar Una memberikan pada Aurora. Una hanya menggeleng pelan melihat tingkah pria itu. Sudah tau Aurora punya suami, masih saja berusaha mendekati.

Sebelum keluar dari ruangan tersebut. Arsen melirik Aurora yang terpekur dengan iPad di hadapannya. Tak ingin menganggu Aurora, ia segera keluar.

"Rora." Aurora menegakkan kepala menatap ke arah Una yang memanggilnya. Ia segera berdiri.

"Nih, buat lo." Memberikan apa yang Arsen tadi bawa.

Aurora mengernyit. "Aku udah sarapan. Bukannya ini buat Mbak Una, ya?"

"Gue gak suka makan makanan yang manis. Terus gue alergi bunga."

Aurora mengambil semuanya dan berterima kasih.

●•••●

"Ardan!" Aurora berlari menghampiri Ardan yang telah tiba untuk menjemputnya.

Dengan sigap Ardan menangkap Aurora saat Aurora hendak melewatinya  karena tidak bisa mengerem langkahnya sendiri. Aurora tertawa.

"Gimana kerjaannya? Capek?"

"Enggak." Aurora menggeleng pelan. Mulai menceritakan segala kegiatannya hari ini. Mengatur jadwal meeting Una dengan klien. Menemani Una bertemu klien. Juga melihat gaun-gaun pengantin yang sedang dikerjakan oleh designer butik itu sendiri.

Sementara itu Ardan dengan sigap memakaikan Aurora jaket yang ia bawa karena tau Aurora tidak mengenakan jaket pagi tadi. Apalagi sore ini cuaca mendung. Langit gelap lebih awal.

"Tadi, Ardan ke sini, naik apa?" tanya Aurora setelah memberikan kunci motor pada Ardan.

"Dianter temen. Pake helm dulu." Ardan kembali memakaikan helm untuk Aurora.

"Ardan, kayaknya mau hujan deh."

"Iya. Ayo cepat. Biar kita cepat sampai ke rumah." Menarik Aurora naik ke motor. Juga melingkarkan tangan Aurora di pinggangnya.

"Peluk yang kenceng."

Aurora terkikik lalu memeluk Ardan erat. Ardan pun mengendarai motor tersebut.

Tanpa mereka sadari. Di lantai dua gedung butik tersebut dua pasang mata mengamati.

Una menoleh menatap Arsen yang masih mengamati dibawah sana. Lalu tersenyum kecil. "Lo tau gak kenapa Rora lebih milih suaminya itu daripada lo yang jauh lebih mapan?"

Arsen menoleh menatap Una bingung membuat Una melanjutkan perkataannya. "Karena suaminya itu perlakuin Rora kayak ratu. Gak kayak lo yang selalu perlakuin perempuan kayak boneka."

Arsen mendengus kesal, memicing menatap Una yang tertawa seraya memutar tubuhnya, melangkah menuju mejanya.

"Mending lo move on deh, Sen. Jangan rusak kebahagiaan Rora," tambah Una seraya duduk di kursinya. Bersandar menatap Arsen yang kini menghadap ke arahnya.

"Emang Mas Banyu perlakuin lo kayak ratu?"

Una memicingkan mata menatap Arsen yang tersenyum miring. Kemudian ia mengibaskan tangannya. "Mending lo pergi sekarang. Mas Banyu bakal jemput gue."

"Gak mau. Gue mau ketemu Mas Banyu. Udah lama gue gak ketemu sama kakak gue yang bangsat itu."

"Ngaca Sen." Una mendengus kini fokus menatap layar ponselnya.

●•••●

"Ica, ayo makan!" panggil Ardan pada adiknya itu yang masih berada di kamar.

"Kak Ica lagi mens. Perutnya kram," ujar Aca memberitahu. Ardan pun tak lagi memanggil Alisha.

Aurora menatap pintu kamar Alisha karena tirai yang berada menuju dapur tersibak. Lalu kembali menatap Ardan. "Ardan mau keluar lagi?"

Ardan mengangguk lalu menelan makanannya.

"Kan hujan," gumam Aurora cemberut.

"Kalau hujan tarifnya naik. Lumayan." Ardan tersenyum menenangkan. "Lagian hujannya cuma gerimis kok."

"Tapi tetep aja. Nanti Ardan sakit."

"Gak kok Sayang. Kamu gak usah khawatir."

Aurora pun diam. Meski cemas. Tetap membiarkan Ardan kembali mencari penumpang. Hujan gerimis juga mulai redah. Tapi, hawanya masih sangat dingin membuat Aurora bergidik saat keluar dari rumah untuk

Masuk kembali ke dalam rumah. Ia menatap sekilas Aca yang sedang menonton sambil mengemil kemudian berdiri di depan pintu kamar Alisha. Mengetuknya pelan kemudian membuka pintunya. "Alisha, perutmu masih sakit?" Alisha kini merebahkan tubuhnya menghadap ke arah tembok yang membelakangi posisi pintu. "Kamu belum makan. Mau Kakak bawain
makanan ke sini?"

Alisha berdesis kesal seraya mengibaskan tangannya meminta Aurora diam tanpa menatap Aurora.

Aurora mengatupkan mulutnya. Ia kini mengamati punggung tangan Alisha yang terluka.

Lalu menutup pintu kamar dengan pelan.

"Aca, temenin Kak Alisha dulu ya. Kakak mau keluar bentar."

"Kak Rora mau ke mana?" tanya Aca menatap Aurora yang kini memakai hoodie milik Ardan.

"Ke apotek." Setelah itu Aurora mengendarai pinky mencari apotek di daerah tersebut.

Tiba di apotek yang cukup besar. Aurora turun dari motornya setelah meletakkan heln di kaca spion. Ia berdiri di depan etalase kaca seraya matanya meliar mencari sesuatu yang ia cari. Juga menunggu penjaga apotek tersebut melayani yang lain.

"Ardan suka pake kondom ultra thin. Bahannya tipis kayak gak pake gitu kalau dipasang." Aurora menoleh dan menemukan Sherina yang berujar pelan padanya. Mengerjap pelan menatap wanita itu yang tersenyum. Jenis senyum sinis. Lalu kembali menghadap ke depan.

"Mbak, ada I-free pad?" tanya Aurora.

"Ada Kak. Mau berapa?"

"Tiga." Aurora mengeluarkan uang dari dompet dan ia kembali mendengar bisikan setan.

"Ih, lagi mens, ya? Gue kira lo ke sini karena mau beli kondom. Ah atau gak test pack? Lo belum hamil?"

Aurora meraih barang yang dibelinya usai uangnya dikembalikan. Lalu kembali menatap Sherina. "Aku dan Ardan gak pernah pake kondom dan di sini," Aurora menunjuk perutnya. "Udah ada isinya."

Sebelum beranjak, Aurora kembali menatap Sherina yang diam menatapnya. "Ah kamu SPG kondom, ya? Tau macam-macam kondom? Mau dong pesan kondom yang glow in the dark. Kayaknya aku ngidam." Aurora mengulas senyum lebar. Lalu pergi dari sana meninggalkan Sherina yang mendengus kesal. Mengira wanita itu akan marah karena perkataannya.

Sementara itu Aurora yang tengah mengendarai motor pulang ke rumah, pikirannya dipenuhi dengan 'kondom'.

Emang enak ya kalau pakai begitu?

Tiba di rumah, ia menyerahkan pereda nyeri haid tersebut pada Aca. Meminta Aca memberikannya pada Alisha. Kemudian ia masuk ke dalam kamar. Mengambil ponsel dan menghubungi Megumi. "Gumi, biasanya Bang Rion pake kondom apa biar lo keenakan?"

>>>>>>THE NEXT PART 11<<<<<<

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang