🍁14🍁

599 33 19
                                    

Warning:
Part 01-13 dapat kalian baca di akun Rizkiartika
Terima kasih dan selamat membaca


Satu bulan berlalu, Nafisa masih berada di rumah papanya. Keadaan Fatan masih lemah, hal ini membuat Nafisa semakin sedih. Suaminya tidak menghubungi dirinya sama sekali. Pasti Reyhan dan Alexa tengah berbahagia, mungkin sedang bucin-bucinnya. Nafisa bergidik jijik membayangkan hal tersebut, hatinya mendadak ilfeel pada Rey.

Wanita berhijab tersebut membawa bubur untuk sarapan papanya, Ia hanya ingin papanya berada dalam perhatiannya saat ini. Papanya adalah kebahagiaannya, kenyamanannya dan cinta pertamanya. Sesosok lelaki yang tidak pernah sedikitpun menyakiti dirinya, bahkan Dia berusaha mati-matian membahagiakannya.

"Waktunya sarapan." Ucap Nafisa tersenyum.

"Papa sudah lapar." Balas Fatan tersenyum tipis. Wajah keriput itu menelisik putrinya, ada sesuatu yang putrinya sembunyikan sangat rapat.

"Kamu pucat. Kamu sakit?" Tanya Fatan lembut.

Nafisa menggeleng pelan. Ia memasang wajah manisnya. "Tidak. Nafisa gak sakit kok." Ucapnya. Ia hanya tidak ingin membuat papanya sedih kala seperti ini.

"Cukup papa yang sakit nak, kamu jangan sakit ya. Papa hanya ingin kamu baik-baik saja." Ucap Fatan.

"Iya papaku sayang." Balas Nafisa.

Selesai menyuapi papanya, Nafisa berada di kamarnya. Ia benar-benar tidak bisa fokus pada pekerjaannya saat ini, Ia hanya bisa meminta tolong pada Neera untuk menghandle kantor untuk sementara waktu.  Beberapa hari ini tubunya merasa cepat lelah, pusing kadang mual yang tak tertahan.

Nafisa membuka aplikasi kalender bulanannya, Ia sedikit syok kala melihat Ia telat datang bulan.

"Apa aku hamil?" Gumamnya. Seketika air matanya luruh. Nafisa bahagia, sangat. Mendadak hatinya redup, janinnya hadir di saat seperti ini. Disaat ayahnya tengah mempermainkan sebuah rumah tangga.

"Aku harus memeriksakannya." Gumam Nafisa.

Nafisa meraih tas hitam miliknya di atas nakas dan beranjak pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya sekarang.

Pikirannya terbang mengingat beberapa hari yang lalu papanya bertanya tentang Reyhan.

Flashback On

Pagi itu Nafisa masih menyuapi sarapan untuk papanya, kondisi papanya semakin lemah namun enggan dibawa ke rumah sakit. Fatan hanya ingin berada di rumah dan di temani oleh putri cantiknya.

"Makan yang banyak, biar papa cepat sembuh." Ucap Nafisa tersenyum manis kepada sang papa.

"Pasti, masakan putri papa selalu menjadi favorit." Ucap Fatan antusias. Padahal Ia hanya sanggup memakan beberapa sendok saja.

"Berarti harus habis nih." Ucap Nafisa bernada bercanda.

"Hampir satu bulan kamu disini, dan suami mu belum datang kesini." Ucap Fatan lirih.

Nafisa meletakkan mangkok tersebut lalu menatap lekat papanya.

"Pekerjaan mas Rey sangat banyak pa, beliau sekarang ada di luar kota untuk meninjau proyeknya." Ucap Nafisa menenangkan papanya, Nafisa hanya tidak ingin membuat papanya semakin terbebani akan masalah rumah tangganya.

"Kamu sudah berbohong sama papa nak. Kamu menutupi masalah kamu kan?" Ucap Fatan kemudian.

Deg.

"Pa.."

"Jujur sama papa nak. Jangan berbohong, papa tahu kamu sedang rapuh." Ucap Fatan meneteskan air matanya.

"Papa jangan nangis." Ucap Nafisa mengusap air mata di wajah papanya.

"Nafisa minta maaf pa. Kami memang ada masalah. Dan Nafisa merasa harus menenangkan diri. Dan papa tidak boleh khawatir, semuanya akan baik-baik saja pa." Ucap Nafisa tersenyum pada papanya.

"Papa tidak ingin melihat kamu bersedih nak, papa hanya ingin melihat kamu bahagia." Ucap Fatan mengelus kepala Nafisa.

"Aku bahagia pa. Sangat bahagia mempunyai papa yang baik, papa yang tangguh, dan penyayang seperti papa. Dan Nafisa cinta banget sama papa. Papa is my first love for me. I love you pa." Ucap Nafisa menitikkan air matanya.

"Love you more nak." Ucap Fatan. Nafisa memeluk erat papanya, Nafisa selalu berdoa akan kesehatan papanya. Karena nafisa ingin selalu di temani oleh papanya.

Flashback Off

"Sudah sampai bu." Ucap supir taksi tersebut.

"Ah iya, ini uangnya. Kembaliannya buat bapak." Ucap Nafisa dan langsung turun.

Ia berjalan menuju poli obgyn untuk memeriksakan keadaannya. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Ia masuk ke dalam ruangan dokter.

Setelah menceritakan keluhannya, Nafisa kini tengah di periksa.

Dokter berhijab itu tersenyum menatap Pasiennya. "Selamat ya bu. Anda tengah mengandung. Perkiraan usia kandungan ibu adalah delapan minggu." Ucap sang dokter dengan bahagia.

"Benarkah? MaaShaaAllah" Ucap Nafisa penuh syukur.

"Saya akan memberikan vitamin untuk janin ibu. Dan vitaminnya bisa di tebus di apotek." Ucap sang dokter.

"Terima kasih dok. Saya permisi. Assalamualaikum." Ucap Nafisa keluar dari ruangan dokter.

Taksi online pesanannya sudah datang, Nafisa minta diantarkan ke apotek dulu.

Nafisa duduk dengan mengelus perutnya dengan lembut. Ia belum siap memberitahukan kabar bahagia ini pada Reyhan. Nafisa merasa seperti bukan lagi sebagai istri dari Reyhan. Satu hilang komunikasi dan satu bulan juga sudah pisah rumah. Sejujurnya Nafisa ingin mempertahankan rumah tangganya, namun Reyhan semakin dingin padanya. Apalagi adanya Alexa, wanita yang kini dicintai oleh suaminya.

"Maafkan mama ya nak, mama masih belum bisa memberi tahu kehadiran kamu pada papa. Mama janji cepat atau lambat, papa akan tahu kehadiran kamu di perut mama." Batin Nafisa.

***
Reyhan menatap sendu foto pernikahannya di ponsel miliknya, Ia merindukan Nafisa. Andai saja Nafisa bukan putra dari pembunuh kedua orang tuanya, pasti Ia akan senantiasa membahagiakan Nafisa seterusnya. Namun kini hidupnya seolah dipermainkan oleh takdir. Ia tidak bisa memilih, Ia hanya ingin dendamnya tersalurkan dan segera di rasakan oleh pria tua itu. Reyhan sadar akan dendamnya, Ia pasti juga akan menyakiti istri yang sangat Ia cintai itu. Namun dendamnya lebih besar daripada cintanya.

"Om, Tante dimana? Alif kangen." Ucap bocah cilik itu pada omnya.

Reyhan memangku Alif, " Tante lagi ada urusan sayang, main sama om yuk." Ucap Reyhan.

"Ndak mau om. Alif mau sama tante." Ucap Alif menolak.

"Alif, kamu ke kamar dulu. Waktunya bobo siang, habis ini mama nyusul." Ucap Reyna pada putranya.

"Reyhan, kakak tahu. Pasti sekarang kamu merindukan Nafisa kan?" Ucap Reyna.

"Rindu? Untuk apa?" Tanya Reyhan dengan acuh.

"Oh iya kakak lupa, sekarang kan kamu bucin banget ya sama si... Hmm kakak lupa. Pacar kamu itu loh. Hmm Alexa kan?" Ucap Reyna

Rupanya ucapan kakaknya itu berhasil menohok hatinya.

"Udahlah kak, jangan bahas Alexa lagi." Ucap Reyhan kemudian.

"Loh kenapa? Dia kan pacar kamu, dia lebih penting dari pada istri kamu sendiri." Ucap Reyna penuh sindiran pada adiknya.

"Kak, aku sama Alexa tidak ada hubungan apapun. Aku melakukan itu hanya untuk menyakiti Nafisa." Ucap Reyhan penuh penegasan.

"Baguslah kalau itu hanya permainan kamu. Dan sekarang perbaiki hubungan kamu dengan Nafisa, sebelum semuanya benar-benar hancur karena kebodohan kamu sendiri. Dan kakak tidak yakin jika pak Fatan melakukan hal keji itu." Ucap Reyna meninggalkan Reyhan yang menunduk.

Assalamualaikum semuanya...
Yeay, part 14 sudah uppp
Jangan lupa vote, comen dan share ya....

Kediri,
20 Maret 2022

Dendam Pernikahan (Part 14-End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin