24

786 75 17
                                    

Anak.

Itu adalah hal yang paling di inginkan bagi setiap pasangan suami-istri dalam rumah tangga. Suatu anugrah kepercayaan tuhan untuk mereka ahar membesarkan, mendidik serta membimbing nya ke jalan yang di rhidoi oleh allah. Tapi jika anak itu hanya untuk di jadikan alat apakah tuhan sudah mempercayai? Atau manusia yang tidak amanah sehingga tidak menghargai?


Amato orang tua yang tidak amanah yang mendapat kabar ini langsung mengunjungi Halilintar yang kini sudah sadarkan diri dari pingsan nya. Sadar dengan tujuan kedatangan ayah nya, Halilintar meminta Yaya untuk meninggalkan ayah dan anak itu dulu, mereka butuh privasi untuk mengobrol. Yaya yang mengerti itu hanya patuh dan lebih baik ia menunggu di luar ruangan sambil menunggu Halilintar dan Amato bicara.



"Akhir nya Yaya hamil juga." Ujar Amato yang membuat Halilintar terdiam, padahal ia baru saja merasakan kebahagiaan beberapa saat yang lalu saat ia mendapat kabar baik dari Yaya.

Rasa bahagia yang menunjukkan rasa senang bahwa Halilintar akan menjadi seorang ayah, suami mana yang tidak senang akan hal itu?

Tapi seperti nya ia lupa bahwa ada seseorang yang membuat kehamilan Yaya menjadi sebuah malapetaka, seorang yang berhati iblis dengan kerangka tubuh manusia--Amato, ayah nya sendiri.


"Kamu tidak lupa dengan tujuan pernikahan kita kan?" Tanya Amato dengan wajah yang berseri-seri, menunjukkan rasa bahagia di hati nya karena semua tujuan nya selama ini akan tercapai.

Dengan lesu pula Halilintar menganggukkan kepala nya.

Amato tersenyum melihat respon dari Halilintar.

"Ingat kau mempunyai dua pilihan, jika memilih menentang ku kau tidak punya kekuatan apapun, dengan mata mu kau akan melihat bagaimana istri mu, anak mu bahkan ibu mu mati. "


"Tapi, jika kau memilih patuh, istrimu  dan ibu mu akan selamat, bahkan kau bisa mempunyai anak lagi." Ujar Amato dengan seringaian nya.

Bagai makan buah simalakama, itulah peri bahasa yang cocok untuk Halilintar saat ini.

Halilintar menyayangi ibu dan istri nya tapi tentu sebagai seorang ayah Halilintar juga menyayangi anak nya yang masih berada di dalam perut Yaya, rasanya ia tidak sanggup menjadi seperti Amato dengan sikap keji dan kejam nya. Bahkan harimau pun tidak akan memakan anak nya sendiri.

"Jadi, tentu kan pilihan mu, karena jika ayah yang memilihkan kau tidak akan bisa merawat anak mu setidak nya sampai usia nya 10 tahun." Desak Amato yang membuat Halilintar untuk meneguk liur nya saja susah.

Berat, benar-benar berat. Kenapa ia harus di hadapkan dua pilihan seperti ini? Pilihan yang sepatut nya bukan untuk di pilih.

Tapi mungkin ini cobaan untuk Halilintar, jika ia memilih pilihan pertama maka ia akan kehilangan segala nya bahkan ia pasti tidak akan sanggup lagi untuk menjalani hidup.

Jadi...

"Aku mengikuti keinginan ayah." Putus Halilintar pada akhirnya, ia berpikir dengan seperti ini ia tidak akan kehilangan Yaya tanpa memikirkan apa yang ia dapat jika Yaya mengetahui hal ini.


Amato tertawa nyaring mendengar keputusan dari Halilintar, ia menepuk-nepuk punggung putra nya itu pelan.

"Pilihan yang bagus, nak.."


Mereka yang berpikir Yaya pergi ke kantin rumah sakit seperti yang di arahkan Halilintar tidak tau bahwa  Yaya tidak benar-benar pergi, ia hanya berdiam diri di balik pintu kamar rawat Halilintar. Ia merasa khawatir jika Amato menekan Halilintar dan membuat kesehatan Halilintar semakin turun.

Tapi yang ia dengan sangat tidak di sangka-sangka, bukan kah Halilintar sudah berjanji akan mencari solusi terbaik? Tapi kenapa malah menjadi seperti ini? Apakah ini solusi terbaik bagi Halilintar.

Rasanya sangat sakit dan mengecewakan, ia berpikir Halilintar akan benar-benar menyelamatkan mereka berdua. Tapi kenapa ia malah memutuskan sepihak seperti ini? Sebenarnya apa arti nya Yaya bagi Halilintar?

Tidak terasa ia meneteskan air matanya, dengan berlinang air mata Yaya langsung pergi dari sana.

Brughhh

"Awhh.."

Saat Yaya berlari, Ia bertabrakan dengan Kaizo yang akan menjemput Yaya dan Halilintar.

Yaya terjatuh dan bokong nya yang beradu dengan lantai terasa sakit, tapi rasa sakit itu seperti nya tidak ada apa-apa nya dengan perasaan nya saat ini.

"Yaya, kau kenapa?" Tanya Kaizo yang tadi ingin mengomel tapi tidak jadi karena melihat Yaya yang menangis. Ia membantu Yaya untuk berdiri.

"Sakit, kaizoo, sakit.." Ujar Yaya sambil menangis.

"Astaga perut kamu sakit? Kita ke dokter kandungan sekarang!"

Kaizo ingin menarik Yaya, tapi Yaya dengan cepat menarik tangan nya dari genggaman Kaizo serta gelengan kepala nya.


"Tidak, bukan itu yang sakit.." Ujar Yaya yang masih menangis.



"Katakan pada Halilintar aku mencintai nya dan selamat tinggal.." Ujar Yaya kemudian dengan langkah yang dangat cepat meninggalkan Kaizo dengan rasa bingung nya, Kaizo menggaruk kepala nya yang tidak gatal itu lalu menggelengkan kepala nya.

"Problema rumah tangga."


---------

Di saat seperti ini yang ada di pikiran nya hanyalah sang ibu, menggunakan taksi ia pergi ke rumah ibu nya, semoga sang ibu saat ini berada di rumah. Ia juga sudah memberikan pesan pada ibu nya untuk bersiap-siap pergi jauh.

Ia harus membawa ibu nya jauh dari kota ini.

Saat ia sampai di rumah nya, ia langsung berlari menghampiri ibu nya setelah meminta taksi itu menunggu nya.

"Ibuu.."

Yaya langsung menghamburkan pelukan nya pada sang ibu, tangisan nya semakin pecah. Di saat seperti inilah ia akan semakin menunjukkan sisi lemah nya.

"Yaya ada apa?" Tanya nyonya Yah yang merasa bingung, Yaya menangis jika ada sesuatu yang sangat menyakitkan dan sulit untuk ia hadapi. Ia yakin sesuatu yang besar terjadi.

"Bu, aku akan cerita nanti, ibu sudah siap-siap kan? Kita akan pergi jauh bu, jauh sekali bahkan tidak akan kembali."

Ujar Yaya, Nyonya Yah mengangguk mengerti.

"Ibu sudah siap-siap."

Dengan bantuan supir taksi itu Barang-barang seperlunya di masukan kedalam taksi.

Yaya akan pergi jauh dari Halilintar, ia tidak mau anak nya menjadi korban.

Dalam perjalanan, Yaya terus menangis dan nyonya yah terus mencoba untuk menenangkan nya. Ia tidak tau apa yang terjadi, tapi melihat tidak ada Halilintar di sini membuat sang ibu menebak ini ada kaitan nya dengan Halilintar.

Saat ini ia belum bisa memberikan saran, ia turuti saja dulu kemauan Yaya sampai gadis itu merasa lebih tenang.


Sedangkan Yaya dengan tangis nya memikirkan Halilintar, ia tau ini salah. Tapi ia merasa kecewa terhadap Halilintar, yang terjadi akan Yaya anggap sebagai kenangan terindah dalam diri nya.

Di kehidupan masa depan hanya tuhan lah yang akan menentukan segalanya, Yaya akan mengubur dalam-dalam perasaan nya terhadap Halilintar.

Yang jelas, Yaya ingin melahirkan dan membesarkan anak nya sampai sukses, meski ia akan menjadi orang tua tunggal nanti nya.





And..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tapi boong.




ELEMENTAL LOVE : HALIYA (MY COLD HUSBAND) TAMAT. Where stories live. Discover now