18

869 66 2
                                    

Masih flashback dikit:)


.
.
.
.
.
.
.
.
.



Tapi author bingung mau ngetik apa, jadi nya ini boongan:(









.
.



.
.

Tapi boong XD



Happy reading





  
Bagai mendapat durian runtuh, Yah pulang dengan perasaan yang amat senang. Ia mengabari pada istri nya dan berencana untuk membangun kembali cafe mendiang mertua nya yang sudah tidak terpakai karena kehabisan modal. Yah juga sudah membuat surat perjanjian sesuai yang di inginkan Amato.

Kini sudah satu bulan berlalu, Cafe yang di hidupkan semula itu berjalan dengan baik.


Suatu malam, Amato mengajak Yah untuk bertemu di sebuah resto. Di sana juga sudah ada Halilintar yang memang selalu mengikuti kemanapun sang ayah pergi.

"Yah, duduk saja. Ada sesuatu yang ingin ku katakan." Ujar Amato saat Yah baru saja sampai.


"Orang sibuk seperti mu malah yang menunggu ku, maafkan aku." Ujar Yah merasa bersalah saat mendapati Amato lah yang datang terlebih dahulu di bandingkan dengan nya, padahal ia tadi sudah buru-buru agar sampai lebih cepat agar Amato tidak menunggu.




"Tidak apa, jangan sungkan begitu." Justru kau sangat bermanfaat untuk ku, lanjut Amato kemudian di dalam hati nya. Ia memesankan makan malam untuk mereka bertiga sebelum mereka membicarakan sesuatu lebih baik mereka makan terlebih dahulu.


Dan entah kenapa, selama makan malam itu berlangsung Yah merasa ada yang aneh pada Halilintar, anak itu nampak sangat tidak menikmati makanan nya, di tambah lagi ia selalu mengalihkan pandangan nya saat Yah memergoki Halilintar sedang memperhatikan nya, seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ia nampak takut untuk menyampaikan nya.

Tapi Yah terlalu sungkan untuk bertanya.

"Yah, masalah anak kita..."

Yah yang baru saja selesai dengan makan nya mengalihkan netra nya pada Amato, menunggu pria itu untuk melanjutkan perkataan nya.

"Aku ingin putri mu sehat dan bisa memili anak di masa depan." Lanjut Amato yang membuat Yah mengangguk paham, memang setiap pasangan suami istri pasti menantikan hal itu.

"Tapi, itu tergantung kehendak yang kuasa, kita hanya bisa berdo'a dan berusaha." Ujar Yah yang terdengar sangat sopan dan tidak menaruh rasa curiga sama sekali.


Amato menyunggingkan senyuman nya.

"Tapi jika ia tidak bisa memiliki anak, maka ia yang harus menjadi percobaan ku."

Terkejut bukan kepalang Yah yang mendengar itu, apa maksud dari teman lama nya ini?

"Amato, maksud mu?"

"Yah, aku ini bukan dari keluarga biasa. Apa kau berpikir aku mau menerima anak mu yang dari keluarga miskin itu tanpa tujuan apapun?" Tanya Amato dengan nada mengejek nya.

"Apa tujuan mu?" Tanya Yah yang masih terdengar santai.


"Menjadikan Yaya sebagai mesin melahirkan anak agar aku bisa memiliki anak-anak untuk ku jadikan boneka manusia seperti yang ku ingin kan." Jelas Amato tanpa rasa takut sedikit pun.

"Amato kau, apa kau ini manusia?! Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?" Tanya Yah saat ini sudah terdengar tidak santai namum masih terdengar sedikit tenang.

"Manusia atau bukan itu bukan urusan mu, Yah." Amato meminum segelas dark wine milik nya "tapi yang menjadi urusan mu, kau harus menandatangi surat penyerahan Yaya dan merelakan apapun yang terjadi di masa depan." Lanjut Amato sambil memberikan isyarat pada Tarung agar memberikan sebuah amplop besar berwarna coklat itu pada Yah.

Yah masih diam, terpana dengan fakta yang baru ia ketahui ini, ia benar-benar tidak menyangka jika Amato orang seperti ini.

"Amato, kau menipu ku!" Ujar Yah saat Tarung memberikan amplop itu, dengan kuat Yah menepis nya.

Ayah waras mana yang menerima anak nya merasa sakit? Jika ia menyetujui nya Yah tidak dapat membayangkan bagaimana menderitanya Yaya di masa depan. Untuk membayangkan nya saja Yah merasa tidak sanggup.


"Lalu kau ingin melaporkan ku?" Tantang Amato masih nampak santai duduk di kursi nya, dengan cepat Yah langsung berdiri dari duduk nya secara kasar.


"Melaporkan mu? Aku sadar aku tidak memiliki kekuatan agar hukum dengan adil memihak ku, kamu pasti dengan mudah memutar balik kan fakta." Ujar Yah

"Tapi, aku akan membayar seluruh hutang ku dan membawa Yaya jauh."

Setelah itu dengan penuh kesopanan Yah langsung pamit untuk pergi, sedangkan Amato masih diam di tempat duduk nya tanpa berniat untuk menahan Yah yang akan pergi.


"Tarung, semua nya sudah siap kan?" Tanya Amato pada asisten pribadi nya itu.

"Sudah tuan."

----------


Dengan perasaan kesal, Yah memasuki mobil nya yang nampak sudah tua itu. Tapi entah kenapa saat ia menyalakan mobil nya, mobil itu langsung saja hilang kendali, melaju sangat kencang padahal Yah tidak menginjak gas nya sama sekali.



Mobil itu terus bergeseran dengan mobil lain, bahkan saat Yah ingin menguasai setir nya agar bisa menghindar dari orang serta kendaraan lain nya tidak bisa. Dan saat Yah menginjak rem juga tidak berpengaruh.

"Allahu akbar!"

Seru Yah saat mobil nya menuju pada beton pembatas jalan, ia ingin membelok kan mobil nya, tapi mobil itu tetap lurus karena tidak bisa ia kendalikan.


Brakkkk


Tabrakan yang kuat terjadi, bahkan mobil itu terlempar jauh dan berguling-guling.

Suasana menjadi heboh seketika, namun Yah nampak masih keluar dari mobil itu.

"Panggil ambulance dan kepolisian!"  Teriak seseorang yang masih dapat di dengar oleh Yah, Ia terjatuh berlutut di dekat mobil nya yang mulai terbakar. Susana heboh dan tidak ada yang berani mendekat.

Bayangan Yaya dan istri nya terlintas pada benak Yah sebelum ia terjatuh ke sisi yang kosong di samping nya. Nafasnya tercekat dan batuk nya mengeluarkan darah, air mata nya keluar saat mengenang ia tidak bisa menyelamatkan putri nya.

"To-tolong pu-putriku..." Ujar Yah mencoba untuk teriak, tapi orang-orang tidak ada yang berani mendekat karena kobaran api pada mobil itu.

Duaaaarrrrrr


Hingga akhirnya mobil itu meledak membakar Yah untuk membawa pria itu hingga kematian nya.



Flashback off





Tbc.







ELEMENTAL LOVE : HALIYA (MY COLD HUSBAND) TAMAT. Where stories live. Discover now