NI JUU ICHI

45 16 3
                                        

Happy Reading..


"Jadi gimana nih?" tanya Virgo sesudah mencolek siku tuan rumah. Gadis itu menoleh.

"Gimana apa?"

"Kasus makanan busuknya gimana?"

Setelah mendengar hal itu Viga langsung melempar bantal sofa ke arah wajah tampan itu. Virgo yang tak sempat menghindar karena kaget jadi terkena lemparan bantal.

"Enak aja lo nanya gue. Ya carilah," jawabnya sambil mencepol rambut asal-asal. Alen menghela napas melihat tingkah laku mereka berdua.

"Pelakunya udah ketemu ya?"

Pas di anak tangga terakhir ia mempertanyakan hal itu. Viga mengangkat wajahnya lalu berkata dengan senyuman, "Belum ketemu nih, Bel."

Abel mengangguk lalu berjalan menuju sofa. Mereka berenam menoleh ketika melihat Itzel yang datang dengan muka jutek. Lalu tak lama dari belakang muncul juga Eric.

"Kenapa jutek?" tanya Alen ketika gadis itu duduk di sampingnya. Bukannya menjawab, ia malah memeluk lengan kanan Alen erat. Untunglah Alen lagi dalam mood yang cukup baik.

"Itzel kenapa?" tanya Abel khawatir.

Bukannya Itzel yang menjawab, tapi kembarannya. "Berantem sama Susan di depan."

Pupil mata Viga sedikit membesar, "Nggak sampe jambak-jambakan kan?"

"Nggak. Gue yang rugi dong. Rambut udah wangi gini masa dijambak sama orgil?" jawab Itzel sebelum berdiri menuju tangga. Sebelum kakinya menyentuh anak tangga pertama.

Ting ting!!

"Ada tamu tuh. Itzel tolong bukain dong. Lo kan lagi berdiri." Gadis yang di panggil langsung balik kanan menuju pintu. Membuang segala rasa juteknya.

"Menurut kalian, siapa yang datang?" tanya Abel sembari menatap sepupu-sepupunya.

"Keknya hantu deh," jawab Virgo.

"Mana ada hantu datang jam gini? Gue ramal nih ya Kak. Bakal datang cowok tampan yang jakunnya tajam," sambung Joy masih juga menekan-nekan tuts remote.

"Astaga! Semakin menjadi-jadi ni bocah."

Sedangkan situasi Itzel sekarang.

"Iya. Siapa y--"

"Anying!!" Gadis itu langsung membanting pintu dengan kuatnya.

Dari ruang keluarga, Eric berteriak, "Siapa Zel?"

Diam.

Gadis itu memilih berlari menuju ruang keluarga. "Siapa sih Zel? Kok lo sampe teriak anying tadi? Susan ya?" tanya Viga tak mengerti.

"Ada cowok. He is very handsome!"

"Tuhkan gue bilang apa! Ramalan gue bener. Yess! Ajak foto ah," pekik Joy.

"Ciri-cirinya gimana?"

Itzel menoleh pada Livia, "Terlalu banyak ciri-cirinya. Mending Kak Viga deh yang bukain. Malu gue," tuturnya menutup wajah menggunakan bantal sofa. Akhirnya Viga lah yang membukakan pintu.

Ketika pintu di buka kembali, gadis itu merinding. Terlihat jelas oleh pantulan sinar matahari, berdiri cowok tampan dengan hoodie hijau. Apa matanya salah lihat?

"Veron?!"

Tidak ada sahutan. Malah ia ditatap lekat-lekat oleh cowok di hadapannya. Padahal dirinya sudah berusaha menghindar tepat sesudah liburan.

"How do you know my address?"

Tetap tidak ada sahutan. Bahkan jantung gadis itu berdetak lebih kencang dari biasanya, hanya karena ditatap sedemikian.

"Apa k-kita bisya bicara?"  Akhirnya cowok itu mengeluarkan suara khas Americannya. Meski baru berapa bulan belajar bahasa Indonesia, ia sudah paham beberapa kosakata sulit, biarpun dalam pengucapan masih sangat lekat pelafalan Americannya.

Viga tersenyum simpul sebelum mengangguk semangat. Biarpun kelihatan dirinya senang namun nyatanya ia terlihat sedikit malu menyadari pakaian yang ia pakai sekarang short!

Dan hal ini seharusnya tidak dilihat oleh orang luar kecuali keluarga dekatnya. Apalagi yang kali ini adalah cowok tampan di kampusnya. 😍

Keduanya pun masuk. Dan memilih duduk di ruang tamu. Sedangkan Virgo yang sudah penasaran sejak kedatangan Itzel dengan muka merah tadi, akhirnya mengendap-endap demi menguping serta melihat siapa tamu super ganteng yang ingin menyainginya.

Dan dari balik dinding menuju ruang tamu, 7 orang remaja dengan segala kepenasarannya berusaha menguping pembicaraan Viga dan ... cowok yang mampu membuat Joy menjerit tertahan.

"Gila! Ganteng banget."

"Wah. Seumur hidupku, ini hari baru bisa lihat cowok seganteng itu."

"Levi Ackerman lebih oke."

"Gantengan gue."

"Keknya sih tuh cowok oplas."

"Buset. B aja sih."

Berbagai opini ketujuh remaja itu keluar. Ada yang memuji, ada yang insecure, dan juga iry.

"Keknya gebetan Viga deh. Tuh liat, sampai elus-elus tangan segala. Pegangan tangan. Pen muntah," bisik Virgo pada keenam adiknya.

"Lu iri kali bang. Udah tua belum punya pacar," sambung Alen fokus menguping Viga dan cowok asing itu.

"Yeee. Gini-gini juga famous di kampus. Nggak kayak elu, gengsi mulu. Ntar ilang baru setress. Iya nggak Ric?"

"Hooh." Hal itu membuat Alen melepaskan kacamatanya. Dan tidak fokus lagi pada dua orang di depannya.

"Gimana kalau kita kerjain aja gebetan si Viga? Itung-itung ngasih penilaian sebelum pacarin anak orang."Keenam remaja itu menoleh setelah mendengar usul usil Virgo.

"Setuju!!"

NEXT..

Penasaran gk apa rencana Virgo dan yang lain?

Jgn lupa vote&komen ya☺🐾

RANDOM 7 DAYS [ON GOING]Where stories live. Discover now