Bosan di rumah, ia merasa sepi. Orangtuanya selalu sibuk. Namun, semua berubah saat sepupu-sepupunya datang menginap seminggu.
Dengan sepuluh sepupu, dari balita hingga remaja, rumahnya mendadak riuh. Pertengkaran kecil sering meletus, tetapi justru...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"MAMAAA!!"
Teriakan seorang gadis memenuhi kamar. Dengan tergesa-gesa, gadis itu menggendong bayi berumur dua tahun yang tengah menangis kencang. Bisa bayangkan kencangnya suara bayi?
"Syuu syuu Shiren sayang, diem yah," ucap gadis itu mencoba menenangkan adiknya dengan cara menepuk pelan pantat bayi.
Suara tangisan bayi Shiren malah kencang. Gadis berkuncir kuda itu nampak kewalahan menenangkan bayi Shiren. Mau tidak mau, ia harus meneriaki ibunya yang sedang mandi.
"MAMAAA!! SHIREN NANGISS!!"
Elia yang sedang mandi sampai terkejut mendengar teriakan putrinya. Segera ia basuh wajah yang dipenuhi sabun. "Iyaa Iya, ini mau selesai!"
Dengan kecepatan kilat, Elia meninggalkan kamar mandi dalam keadaan terbuka, sangking terburu-burunya. Berlari hanya menggunakan baju mandi menuju suara tangisan putri kecilnya.
Gadis tadi hanya menggaruk asal rambutnya, tidak tahu lagi bagaimana cara menenangkan Shiren. Segala cara sudah ia pakai. Hingga datanglah Elia dengan hanya menggunakan baju mandi.
Lalu mengambil alih Shiren dari gendongan putri sulungnya. Saat itu juga tangisan bayi imut itu mereda, lalu tergantikan senyum di wajah Shiren.
"Bagus ya kamu. Tadi buat kakak khawatir, terus sekarang senyum-senyum," ujar Abel berpura-pura marah pada sang adik. Betapa gembul dan imut pipi bayi itu, sampai dicubit gemas Abel.
Elia tersenyum simpul melihat keakraban Abel dan Shiren. "Anak mama, kenapa tadi nangis-nangis, huh?" tanya Elia menirukan suara bayi.
"Amuk...ba..ba," ucap Shiren seraya mengedipkan mata. Bayi cantik itu bertepuk tangan meragakan cara membunuh nyamuk.
"Udah cantik, pintar lagi anak Mama," puji Elia, mencium gemas kedua pipi putri bungsunya. Imutnya keterlaluan ya baby Shiren...
"Eh Mama sampai lupa ngasih tau kamu," tutur Elia beralih menatap Abel.
"Ngasih tau apa?"
"Besok Mama bakal nyusul Papa ke Aussie. Mama juga baru dengar kabar dari tante Melia, om Kenzo sakit. Jadi sekalian jenguk. Dan untuk kedepannya kamu sama Shiren, nginap dulu di rumah om Kenzo. Disana juga ada Viga. Minggu depan baru Mama balik ke Indonesia," jelas ibu dua anak itu sambil membenarkan rambut Shiren yang berantakan.
"Tapi lihat Shiren nangis kayak tadi, Abel jadi khawatir nanti Shiren nangis lagi di sana. Mana kenceng banget lagi," balas Abel .
Elia mengangguk paham akan hal itu. "Nanti kalau Shiren nangis disana, kamu langsung hubungin Mama ya,"
Abel memberi hormat pada sang Ibu sambil berkata, "Siap Bubos,"
Melihat kekehan sang Ibu, Shiren ikut tertawa melihatnya. Imut banget sih baby Shiren.
(Flashback Off)
Burger Zumbo sudah habis dimakan Viga. Bibir pink alamiahnya sampai belepotan saus. Selanjutnya mangsa kedua, Pizza. "Kok nggak enak ya?"
Udah setengah perjalanan baru ngomong, Viga! Kalau nggak enak, ngapain makannya ampe belepotan kek gitu, mana menghayati banget lagi. Kek di iklan-iklan😭.
Kedua pipinya menggembung karena terlalu banyak makanan di mulutnya. Sambil bermain teka-teki silang di ponsel pintarnya, ia mengunyah pelan burger.
Kegiatan mengunyah berhenti, "Eh katanya kalau lagi makan gini, imut gitu kalau di foto. Coba ah siapa tau imut." Gadis berkuncir kuda itu membuka kamera, lalu mulai berpose imut, dengan kedua pipi menggembung.
1, 2, 3.... cekrek!
Tak sabar ia langsung beralih membuka galeri foto. Senyum manisnya luntur seketika berganti menganga, ketika melihat hasil gambarnya
"Astaga muka gue??!! Kek ada babi-babinya!" pekik gadis itu heboh. Bukannya imut yang ia dapat, melainkan wajahnya sudah seperti babi hutan.
"Diskriminasi lo kamera!! Maksudnya apa coba muka gue kek gitu? Biarpun lo cuma kamera, tapi kan lo harusnya jaga perasaan gue. Gue tau gue jelek, tapi nggak usah sampai segitunya dong," protes Viga menunjuk-nunjuk layar ponselnya.
Kamera bilek : Nggak usah foto kalo gitu!
Ponsel itu ia letakkan begitu saja di meja.
🏠🏠🏠
Perjalanan menuju rumah om Kenzo hampir sampai. Di dalam mobil, terlihat Virgo, si sulung tengah menyetir, dan di belakang duduk adiknya, Alen si cowok manis berkacamata.
Berasa dirinya seorang supir dan Alen, majikannya. Virgo, cowok jangkung berkulit putih, dengan poni panjang hampir menutupi matanya, tersenyum tipis melirik sang adik yang serius bermain game.
Senyumannya hilang ketika tiba-tiba muncul di samping mobilnya, mobil balap berwarna kuning yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Bukan hanya mobil kuning itu, ternyata masih ada mobil lain di belakangnya. Virgo mengerutkan dahinya, bingung dengan jalan yang dilewati ketiga mobil.
Masa bodoh dengan hal itu, ia lebih memilih menyetir pelan.
.
.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.