JUU NI

107 25 0
                                        

Start...

"Baru tau gue jahat?"

"Len, lo nggak kasihan apa sama gue? Gue sepupu lo! Masa lo tega?" Gadis itu mulai menitikkan air mata. Ia tahu ia salah karena mengintip kegiatan orang. Ia juga tahu Alen sangat tidak suka ada yang sibuk dengan urusannya, entah itu biasa aja atau penting. Tapi masa harus menggunakan cara yang sudah lama di tinggalkan?

Maksud dari perbuatan Alen pun ada maknanya.

Flashback》

Tiga orang anak kecil dengan sepatu boot, sedang sibuk berkejaran di taman. Dua laki-laki dan satu perempuan.

"Ale, Mbul! Istirahat dulu yu," panggil anak perempuan berbandana pink, lalu duduk di salah satu bangku taman.

Kedua anak laki-laki tadi memutuskan untuk ikut beristirahat di bangku. "Besok ada lomba mewarnai di sekolah," tutur salah satu anak laki-laki dengan semangat.

"Lomba ya mbul?" tanya anak perempuan itu, sesekali mengayunkan kedua kakinya yang tergantung.

"Iya. Ada hadiahnya loh! Boneka besaaar yang bermacam-macam. Ada Beruang, panda, dinosaurus, anjing, dan Koala," ujar Eric lebih semangat lagi. Senyuman manis anak itu ternyata tetap sama sampai sekarang.

"Nggak percaya ah kalau Mbul ngomong. Icel lebih percaya sama Ale." Anak perempuan itu menoleh ke samping kanan, menatap Alen. Setelah Eric membohonginya untuk pertama kali, ia jadi lebih percaya pada Alen.

"Benar ada hadiah boneka?"

Senyum kaku sebelum menjawab, "Iya. Bonekanya besar-besar," jawabnya. Setiap melihat senyuman manis sepupunya, Alen selalu ikut tersenyum, walau kaku. Ia ingin sekali punya adik perempuan selucu dan seimut Itzel. Ia bahkan pernah iri pada Eric yang punya dua saudara perempuan sekaligus.

Sayangnya, Mama dinyatakan tak bisa mengandung lagi. Pupus sudah harapan punya adik perempuan.

Mendengar jawaban dari Alen, anak perempuan itu menunduk mukanya menjadi murung. Ayunan kakinya semakin melambat. Alen mengernyitkan dahinya.

"Icel nggak bisa ikut,"

Sudah Alen duga, ada sesuatu dengan sepupunya. Dengan hati-hati ia bertanya, "Kenapa?"

"Icel nggak suka di ejek sama Leo dan temannya. Mereka bilang Icel cemen takut sama Cicak. Icel katanya nggak kuat, Icel di bilang penakut. Leo nyuruh Jeje buat jangan temenan sama Icel. Icel jadi malas ke sekolah. Icel selama ini bohong kalau Icel sakit. Leo pasti bakal ngejek lagi kalau Icel ikut lomba. Jadi Icel nyerahin pendaftaran lombanya buat Ale sama Mbul ya. Icel tunggu di rumah besok," jelas Itzel kecil di akhiri senyuman.

"Leo nanti Mbul pukul kalau ngejek Icel lagi. Mbul janji,"

"Nanti Ale bantu Icel buat ilangin phobianya ya. Biar Icel nggak di ejek lagi. Jadi besok Icel harus ikut lomba, dan sekolah lagi kayak biasanya. Jeje sedih lo Icel nggak masuk-masuk," timpa Alen mengelus rambut Itzel di sampingnya.

Itzel kecil mendongak menatap keduanya. Lalu akhirnya tersenyum manis kembali. Ia janji akan selalu rajin sekolah. Ia selalu ingat kata Alen.

Flashback off》

"Lo tau kan gimana sifat gue? Atau lo udah lupa? Gue harap lo ingat,"

"Ini cuman ngintipin doang Len. Gue juga nggak ada maksud buat ngejekin lo. Malah gue sama Eric seneng dengar lo nyanyi. Suara loー"

ーbagus,"

Diam sesaat. Masih samar-samar terdengar teriakan dari luar. Pasti banyak yang khawatir, termasuk Eric. Seperti ada yang membisik untuk menyudahi ini semua.

Plung!

Bunyi jatuhnya sesuatu dari wastafel membuat Itzel langsung menatap Alen kembali. Cicak tadi sudah dibuang. Napasnya kembali normal.

"Gue maafin," kata cowok itu lalu membuka pintu yang terkunci. Di luar sudah berdiri Virgo, Eric, Viga, dan Joy yang menatap penuh tanya ke arahnya.

Memandangi keempatnya sebentar, lalu pergi dari situ. Eric terlebih dahulu masuk lalu segera menuju kembarannya yang sedang terduduk di sudut kamar mandi.

"Zel lo nggak papa? Alen nggak jahatin lo kan?" tanya cowok itu terlihat khawatir. Ia menangkup pipi Itzel, lalu menariknya bangun dari sudut kamar mandi. Itzel mengangguk pelan, ia janji kejadian ini adalah yang terakhir dalam hidupnya.

Viga dan Virgo masuk melihat Eric yang sedang mengusap pelan lengan kembarannya.

"Itzel nggak papa kan?"

"Itzel maafin Alen ya. Kamu nggak di jahatin kan? Ya ampun anak itu kenapa nggak pernah berubah." Virgo menggaruk asal rambutnya.

Tersenyum tipis, gadis itu mengangguk kembali. Beralih memandang jendela, langit sudah gelap. Saatnya malam penuh bintang dan bulan.

"Alen nggak jadi masukin cicaknya,"

Keempat remaja itu merasa lebih baik sekarang. Alen memang benar ingin membantu menghilangkan phobia sepupunya. Tapi caranya masih salah. Bahkan bisa saja menciptakan trauma baru bagi Itzel.

Kini Alen sedang menatap beberapa bintang yang mulai bersinar. Ia menjadi lebih tenang sekarang. Sifatnya masih di tempat, tidak pernah berubah.

Kapan kah ia dapat tersenyum lebar bersama yang lain?

NEXT》

NEXT》

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Sore guys. Author mau minta saran nih. Pas nggak sih kalau sehari interaksi/kegiatan mereka di ketik sampai 5 bahkan lebih chapter?

Takutnya jadi boring.

.

Mau ngomong apa nih sama Ale, Icel, dan Mbul?

Tunggu chapt selanjutnya ya...✌














RANDOM 7 DAYS [ON GOING]Место, где живут истории. Откройте их для себя