Bosan di rumah, ia merasa sepi. Orangtuanya selalu sibuk. Namun, semua berubah saat sepupu-sepupunya datang menginap seminggu.
Dengan sepuluh sepupu, dari balita hingga remaja, rumahnya mendadak riuh. Pertengkaran kecil sering meletus, tetapi justru...
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
"Jawab, lo sebenarnya siapa? Kenapa bisa muka Tante Elia ada di muka lo?" cerocos Itzel menunjuk-nunjuk dari jauh Abel.
Abel tersenyum tipis sebelum menjawabnya, "Saya anaknya,"
Hanya dua kata, tapi memiliki makna yang membuat mulut kedua gadis tadi menganga.
"Watdepak!!" pekik Viga mendengarnya. Jadi lima menit dari tadi, hanya buang-buang tenaga untuk mencurigai anak orang?
Itzel yang sadar dari kekagetannya langsung maju dan menarik tangan Abel pelan. "Maaf banget ya udah curiga sama lo, ternyata lo anaknya Tante Elia," tutur Itzel lalu mengajak Abel duduk bersama mengelilingi meja makan. "Yuk duduk!"
"Iya,"
Virgo dan bayi imut di gendongannya ikut duduk di samping Alen. Merasa bunyi decitan kursi di sampingnya, cowok berkacamata itu menoleh bertepatan dengan Shiren yang mendekat ke arah wajahnya.
Alhasil mata bulat bayi imut itu persis mengedip di depan matanya. Sangat menggemaskan bagi orang yang melihatnya. Tapi anehnya, Alen bahkan menatap bayi itu malas. Virgo yang sibuk basa-basi dengan sepupu lainnya tidak menyadari interaksi buruk Shiren dan Alen.
"Jadi, lo juga nginap di sini?" tanya Itzel setelah meneguk habis air dingin di gelas. Gadis rambut kepang itu mengangguk.
"Rame juga rumah gue," cakap Viga membanggakan dirinya, sebelum terjadi perang batin.
"Alah, minggu depan juga bakal kosong lagi," sela Alen yang bangkit dari kegiatan mengisi perutnya, berjalan menuju dapur. Selaan dari cowok itu menarik perhatian yang lain.
"Arghh mau gue cabik-cabik tuh mulut!!" geram Viga mengepalkan tangannya. Ia sudah tidak bisa bersabar lagi. Persetan dengan cowok itu anaknya siapa.
Di samping kiri Viga yang tengah emosi, duduk dengan anggunnya Itzel. Sepertinya Itzel sudah mulai bergaul dengan Viga. Sesekali mengelus pelan bahu Viga, sekadar memberi penguatan menghadapi Alen.
"Liat aja Ale-ale jeruk. Gue bakal kerjain lo abis-abisan, ampe lo nggak kuat, dan jalan terakhirnya memohon sama gue," batin Viga mulai menormalkan raut wajahnya. Sumpah, tangannya benar-benar sudah gatal sekali untuk memberi pelajaran pada Alen.
Menghela napas, hanya itulah gerakan yang di lakukan Virgo. Entah kapan sifat adiknya berubah.
"Cowok itu kenapa ya?" Keheningan mendadak hilang kembali ketika Abel mulai bertanya.
"Biasa, lagi pms dia," jawab Viga dengan emosi berapi-api. Abel mengernyitkan dahinya bingung.
"Emang cowok juga bisa Mens ya?"
Mendadak hening. Mata Itzel membulat sempurna. Abel benar-benar di luar batas pertanyaan.
Joy sampai batuk-batuk di buatnya. Gadis rambut kepang itu menatap satu persatu-satu sepupunya. Lalu kembali berbicara, "Menurut buku yang Abel baca, Menstruasi terjadi pada wanita karena tidak dibuahi oleh sel sperma. Awalnya, terjadi ovulasi dan dinding rahim menebal untuk persiapan dibuahi sel sperma dan menampung bayi/anak. Jadi Mens hanya bisa di alami cewek," jelas Abel dengan rincinya.
Livia yang tadinya cuek mendengar pembicaraan Abel, sampai menoleh dengan alis naik. Virgo syok mendengarnya.
Bunyi decitan kursi kembali terdengar dari lokasi duduk Eric. Cowok itu menutup rapat mulutnya setelah bangkit.
"Sa pamit mo pulang." Penggalan lirik lagu yang sempat viral itu ia nyanyikan sebelum berjalan menjauhi meja makan.
"Lanjutin ngomongnya, gue alergi sama gituan, gue nyusul Alen," katanya sebelum berlari kecil menaiki tangga. Dan menghilang.
Kembali ke meja makan. Reva yang sedang asyik makan tadi, harus di tutup matanya oleh Viga.
"Weh ngapain lo tutup matanya?"
"Kan Revanya masih kecil, jadi nggak boleh tau kek gituan, gimana sih,"
Virgo memukul telapak tangan ke dahi kinclongnya. "Telinga yang ditutup weh! Ngapain matanya??!!"
"Oh iya aduh, napa pake lupa sih," sesal Viga yang akhirnya melepaskan tangannya, langsung beralih menutup telinga gadis kecil itu.
"Pembicaraannya udah selesai, napa lo tutup lagi tuh telinga?!" Virgo seperti sudah frustasi. Untungnya Shiren tidak nangis ketika ia gendong. Malah bayi imut itu memeluk erat lehernya.
"Oh iya ya,"
Livia bangkit dari tempat duduknya, menuju dapur, untuk membersihkan tangannya. Abel kembali tersenyum simpul kala melihat Virgo dan Viga saling menyahut.
"Baru sehari udah frustasi gue," gumam Virgo membenarkan cara duduk Shiren.
.
.
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.