Bosan di rumah, ia merasa sepi. Orangtuanya selalu sibuk. Namun, semua berubah saat sepupu-sepupunya datang menginap seminggu.
Dengan sepuluh sepupu, dari balita hingga remaja, rumahnya mendadak riuh. Pertengkaran kecil sering meletus, tetapi justru...
Teriakan semangat dari Itzel ketika membuka jendela kamar, berhasil menarik perhatian cowok pipi chubby yang sedang mencuci muka. Yang ternyata tetangga.
Brakk
Jendela ia banting. Sambil mengetuk dahinya, merasa malu. Setidaknya ia akan merasa biasa saja jika Orang tua atau anak kecil yang melihatnya. Ya ini? Cowok tampan. Sudahlah ia akan dikenal gadis mulut besar di kompleks ini.
"Bunyi apaan sih? Hmm?" tanya Viga dengan suara serak. Mengganggu sekali.
"Ayam tetangga rusakin lampu." Jawaban aneh keluar dari mulut Itzel.
"Oh. Ayamnya si Mendo?"
"Kayaknya." Mendo yang mana lagi? Oh jangan-jangan cowok tadi.
Viga kembali tertidur. Gadis itu lalu berjalan menuju kamar sebelah. Udara pagi masih terasa dingin di kulit putihnya.
Pintu bercat putih mulai di buka perlahan. Ia kaget melihat posisi tidur keempat manusia di dalam.
Eric tertidur sambil memeluk Neo. Alen tertidur menghadap Neo. Dan Virgo, tertidur dengan posisi terbalik. Menggeleng kepala, gadis itu mulai mendekat ke pinggiran kasur.
"Ck, ck, ck. Momen kek gini nggak boleh di lewatin. Foto ah."
Cekrek!
Kamera akhirnya menangkap momen pagi ini. Bagaimanakah reaksi anak-anak mereka 10 tahun kemudian, setelah melihat cara tidur papa-papanya. Hal itu membuat Itzel menahan tawa.
"Ric!" Sesudah menangkap momen memalukan, Itzel mulai mengguncang bahu telanjang Eric sambil berbisik, "Bangun. Eric! Lari pagi! Gue tinggalin lo ya."
"Hmm iya."
"Bangun cepetan."
"Iya, iya."
"Iya, iya mulu lo. Gue tinggalin lo ya."
"Ck." Cowok itu mulai mengusap mata, sebelum benar-benar bangun. Selimut ia singkirkan, memperlihatkan tubuh atletisnya.
"Berdua doang?"
"Iya."
"Cepetan pake baju lo. Seneng banget tidur nggak pake baju. Kalau sakit? Lo mau bebanin siapa jing?" Itzel selalu mengkhawatirkan Eric. Meskipun rasa gengsinya lebih banyak.
"Bebanin lo lah." Eric memejamkan mata sambil tersenyum menggoda Itzel.
"Udah ah." Kalau terus-terusan berbicara dengan Eric, akan ada seratus lebih mungkin godaannya.
Setelah memakai baju, Eric mengekori Itzel menuju depan. Keduanya berhenti di depan gerbang pintu.
"Ric. Buka gerbang." Dengan siap, cowok itu membuka gerbang. Dan sepasang kembaran itu melakukan aktivitas pagi.
🏠
Setengah jam sesudah perginya si kembar, terbangunlah Livia terusik suara ayam berkokok.
Dengan menyipit, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah, dan berhenti pada Abel yang sedang memakaikan baju untuk Shiren. Gadis itu ternyata sudah bangun dari tadi untuk memandikkan Shiren.
"Pi...pi...pi," kata Shiren melihat Livia yang baru bangun. Hal itu menarik perhatian Abel yang juga ikut melihat.
"Pagi Livia," sapa Abel seraya tersenyum manis pagi ini. Livia mengangguk-angguk lalu perlahan turun dari kasur.
"Kak Itzel?"
"Oh, Kak Itzelnya udah pergi tadi sama Kak Eric. Keliatan dari pakaiannya, mau lari pagi."
"Oh." Sambil mengangguk. Setelah gadis tukang tidur itu pergi. Shiren mulai memasang muka masam.
"Tata. Mong...mong," ucap bayi imut itu dengan tangan tak sengaja di kepalkan.
"Eh. Kok Shiren marah? Shiren nggak suka ya sama Kak Via?"
Pintar sekali ia mengangguk. "Loh. Shiren nggak boleh gitu ya. Kak Via juga kakaknya Shiren. Shiren itu beruntung banget, punya banyak kakak yang sayang sama Shiren. Katanya sebentar mau main bareng Kak Neo?"
Selama Abel menasehati Shiren. Bayi imut itu memiringkan kepalanya dengan kerutan halus di dahi. Mendengar setiap perkataan dari kakak.
NEXT》
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pendek chapt ini😭 Lagi kena Writer's Block gais.. Jdi ya gitu