08. Do Not Interfere

658 153 44
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Three years ago..

Beberapa bulan setelah wisuda, Jaemin juga kehilangan orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Waktu itu, Jaemin berencana mengajak Lia untuk bertemu orang tuanya dan akan memperkenalkan Lia sebagai kekasihnya. Kekasih yang akan mendampinginya hingga menikah nanti. Sayangnya, sebelum merealisasikan rencana itu, orang tua Jaemin pergi lebih dulu.

Jaemin hancur, melihat jasad orang tuanya yang terbujur kaku di ruang mayat sebuah rumah sakit membuatnya melemas. Tangisannya tumpah ruah, sangat tidak menyangka mereka akan pergi secepat ini. Bahkan Jaemin belum bisa menjadi anak yang membanggakan seperti apa yang dia inginkan sejak bertemu dengan Lia.

Bagi Lia, kehilangan seperti ini pasti akan terjadi pada setiap orang dan Lia pernah merasakannya. Waktu orang tuanya meninggal, Lia juga masih kecil jadi Lia tidak terlalu sedih dan sampai meratap. Berbeda saat kepergian nenek, Lia juga sempat hancur.

Tubuh Jaemin merosot dan bersimpuh di atas dinginnya lantai rumag sakit. Sementara Lia ikut merasakan bagaimana kesedihan yang dialami Jaemin sebab Lia paham dan tahu kalau Jaemin sangat menyayangi orang tuanya karena Jaemin sering bercerita pada Lia tentang mereka.

“Mereka pergi ke tempat yang lebih bagus. Tuhan menyayangi mereka, itu sebabnya Tuhan memanggil mereka secepat ini.” Lia ikut bersimpuh di depan Jaemin dan merengkuh tubuh lemah itu.

“Jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Aku cuma punya dirimu.” Jaemin menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Lia. Menangis sejadinya dalam pelukan hangat perempuan itu.

Kalimat yang sama seperti apa yang diucapkan Lia waktu Lia kehilangan nenek. Ya, kini mereka hanya punya satu sama lain.

“Iya, aku di sini. Aku sudah berjanji padamu untuk selalu berada di sampingmu selamanya, jadi aku tidak mungkin ke mana-mana.” Lia mengusap pelan punggung Jaemin.

Lalu, apa yang membuat orang-orang heran dan bertanya-tanya adalah sosok Lia.

Mereka tidak pernah tahu bahkan tidak pernah melihat Jaemin punya pacar atau membawa seseorang ke rumah. Tapi tiba-tiba, Lia muncul saat ini bersama Jaemin dan langsung bisa menenangkan Jaemin yang tadinya histeris.

“Tuan, anda belum makan sejak pagi. Bagaimana kalau kita pergi makan dulu sebelum sesi pemakamannya?” tawar Pak Jung, asisten pribadi ayahnya yang juga merangkap sebagai orang yang paling dipercaya.

Jaemin tidak menimpali, dia malah beringsut ke samping Lia dan menyandarkan kepalanya di pundak Lia selagi air matanya masih terus menetes.

“Makan, ya?” kini giliran Lia yang mencoba. “Mau aku buatkan makanan?”

“Apa kau akan pulang?”

“Iya, sebentar saja. Supaya kau ada tenaga nantinya. Aku tidak mau melihatmu lemah dan sakit. Hm?”

Jaemin menggeleng. “Jangan pergi, aku tidak mau sendirian. Beli saja caranya, aku akan makan kalau begitu tapi kau juga harus makan, iya?”

“Iya.”

Tatapan Jaemin beralih pada Pak Jung yang sedari tadi memperhatikan bagaimana tutur Jaemin saat berbicara dengan Lia. Sangat takjub karena hanya dengan sekali coba, Lia berhasil membujuknya. Padahal Pak Lee sudah mencoba berkali-kali.

“Paman, tolong pesankan aku makanan. Untuk porsi dua orang, ya,” pinta Jaemin pada Pak Jung.

“Baik, Tuan.”

WRONG WAY [JAELIA✔️]Where stories live. Discover now