14. sisi lain

252 166 174
                                    

"Eh, lo?"

Elvano menunjuk pada gadis cantik yang nampak bingung dengan sekantong roti dan buah. Gadis itu menundukkan kepalanya takut dan hendak meraih kenop pintu yang berada tepat dibelakangnya. Namun, Abim segera menghadang kenop itu dan mendorong gadis itu sampai menubruk Aksa.

"H-hah. M-maap aku s-salah ruangan," ucapnya tergugup.

Aksa kembali mendorong gadis itu sampai berada ditengah-tengah. Punggungnya bergetar hebat, tangannya mencengkram erat sekantong roti itu.

"Ngapain lo disini cupu?" tanya Abim.

Rupanya Caramel salah ruangan, seharusnya ia masuk ke ruangan sebrang yaitu ruangan Mawar. Namun, karena langkahnya tergesa dan matanya tak sempat untuk membaca plang. Ia langsung asal masuk dan tak tau bahwa yang berada tepat di ruangan itu adalah Abim dengan teman-temannya.

"A-aku tadi m-mau masuk ke ruangan s-sebrang."

Abim mendekat membuat Caramel mundur beberapa langkah. Tiba-tiba tangannya menarik rambut Caramel dengan kasar sehingga ia mendongak menatap netra coklat pekatnya. Tangan yang lainnya merebut paksa kantong yang berisikan roti dan buah itu.

"K-kak j-jangan!" pinta Caramel.

Abim menatap roti, susu, buah anggur dan buah alpukat yang dibawa Caramel.

"Wuih, makanan gratis nih."

Abim melepaskan tangannya dari rambut Caramel dan mendorongnya kuat sampai ia terduduk di sofa. Abim, Aksa, Gerry dan Elvano membuka roti itu sekaligus dengan susu yang masih disegel, tentu tanpa ijin Caramel. Caramel bangkit menghampiri Abim dan teman-temannya yang sedang melahap roti miliknya

"K-kak jangan, i-itu buat Lily," lirih Caramel.

Caramel memberanikan diri untuk melarang mereka memakan roti tersebut. Seketika Abim yang tengah melahap roti itu berdiri dan melempar asal roti tersebut. Tangannya menarik kasar Caramel, sampai tubuhnya dan tubuh gadis cantik itu rapat dan hanya menyisakan beberapa centi.
Tangan Caramel memberontak tapi cengkraman itu sangat kuat.

"Lo yang masuk kesini, berarti lo jenguk Alan dengan roti yang nggak seberapa itu. Itu derita lo, siapa suruh lo masuk tanpa ketuk pintu dan nggak baca plang."

Mata tajam Abim sungguh membuat Caramel terganggu, perasaannya berkecamuk karena baru kali ini tangannya dipegang kasar seperti ini. Ditambah lagi, Abim berbicara dengan penuh penekanan dan suara yang deep.

"T-tapi, i-itu buat Lily. K-kak!"

"Halah bacot, buat Lily apa buat Samudra? lo suka kan sama Samudra? lo mau modus kan?!"

Ucapan Abim melantur kemana-mana. Caramel menggeleng kuat dan tangannya masih berusaha memberontak.

"K-kak lepasin, tangan C-caramel sakit!"

Abim tertawa dan lebih kuat mencengkram tangan mungil Caramel sampai ia menunduk kesakitan.

"Gimana? cengkraman gue nggak sesakit cengkraman bapa lo ke bapa gue nyet!"

Hening, semuanya mengalihkan pandangannya pada Abim yang menatap tajam Caramel. Perkataan yang dikatakan oleh Abim membuat Varo turun dari brangkar yang ditidurinya, dan mendekati Abim.

"Bim, inget dia cewe." Varo berucap dengan lembut.

"TERUS KENAPA KALO DIA CEWE HAH?! LO SUKA SAMA DIA? DIA ITU PEMBUNUH!"

Teriakan itu membuat ke 3 anggota yang tengah memakan roti itu berdiri dan menjauh, begitu pun Samudra yang sedari tadi berdiri tak jauh dari Caramel. Amarah Abim nampak ia imbaskan pada Varo dengan berteriak. Varo mengangguk dan menepuk pundak sahabatnya itu.

CARAMEL  (Terbit)Where stories live. Discover now