4. dendam?!

366 238 206
                                    

Kring kring...

Jam kini menunjukkan pukul setengah 4 sore, namun Caramel masih berada di sekolah karena tugas yang seharusnya dikerjakan kelompok malah dikerjakan oleh Caramel sendirian. Setelah ia rasa bahwa tugasnya hampir selesai ia memutuskan untuk pulang membawa tugas tersebut.

Nampak, senja sore mulai menyapa. Koridor-koridor pun sudah sepi, hanya ada dirinya sendiri. Angin menerpa menyapa tubuh kecilnya. Ia merasakan hawa dingin dan merinding jadi satu. Itu membuat Caramel lari secepat kilat sampai parkiran.

Sesampainya di parkiran, matanya terbelalak melihat Abim dan teman-temannya yang belum pulang. Ingin putar badan namun lututnya sudah lemas. Rasanya ia akan menangis detik itu juga.

"Waduh? ada umpan masuk nih," ucap Elvano sembari menyenggol tangan Abim.

Abim mengangguk dan membawa sebotol air. "Seru juga ni kalo gue bales dendam disini,"

"P-permisi Kak, C-caramel mau pulang," ucap Caramel terbata-bata.

Caramel berniat untuk melangkahkan kakinya tapi rambutnya lebih dulu ditarik kuat oleh Abim.

"Pulang? sebelum gue puas buat balas dendam. Lo gaakan bisa pulang."

BUGH!!

BYUR!!

"Lo gila Bim. Itu cewe!" teriak seorang pria dengan jas abu.

Dia Samudra Atlanta. Teman kelas Abim yang sering ikut nongkrong tapi tidak masuk kedalam geng The Aquila, itu disebabkan karena ia merupakan anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah atau sering disebut OSIS.

Tadi Abim memukul Caramel sampai ia tersungkur. Gerry dan anggota lainnya pun terdiam kaget karena mereka mengira bahwa Abim akan mengguyur Caramel saja bukan memukulnya.

"Otak lo pake nyet, kalo sesama cowo gue gaakan larang lo. Tapi dia cewe!" ucap Samudra.

"Baperan amat, itu baru pukulan kalo mau juga gue udah bunuh dia dari kemarin. Dia itu miskin, bau, cupu lagi. Dia itu beban negara bro," jawab Abim.

Samudra menggeleng kan kepalanya melihat tingkah Abim yang tidak merasa bersalah, malahan ia tertawa puas melihat Caramel menangis kesakitan.

"Gue ga habis pikir sama lo Bim," timpal nya lagi.

Samudra mengulurkan tangannya untuk membantu Caramel yang terjatuh. Tapi Caramel menolak secara halus karena ia masih bisa berdiri sendiri. Samudra melihat lutut Caramel yang berdarah.

"Lutut lo."

"G-gapapa Kak."

Samudra menoleh kearah Abim yang tengah tersenyum puas. "Sekarang? cewe ini mau lo apain?!"

"Jual ginjalnya," sela Aksa.

"Gue ga nanya lo, Sa!" ucap Samudra garang.

Aksa mengerjapkan matanya kala melihat tatapan Samudra yang tajam. Jujur, Samudra adalah orang yang baik dan ramah. Ia tidak pernah terlihat menyeramkan apalagi sejutek ini.

"Kalo gue mau mukul dia lagi gimana?"

"Tangan lo terlalu mulus buat mukul si miskin itu," celetuk Arga.

"Heh miskin, inget gue gaakan maafin lo semudah itu."

Abim berucap sembari mendorong Caramel. Setelah itu, ia mengintruksikan kepada semua anggotanya untuk mengikuti dirinya ke markas. Samudra menatap Caramel dengan iba, lalu ia menawarkan tumpangan untuknya.

"Hari dah sore, gue anterin lo pulang ya."

"G-gapapa Kak. G-gausah repot-repot. Makasi udah nolongin."

CARAMEL  (Terbit)Where stories live. Discover now