5. Kenyataan pahit

Mulai dari awal
                                    

"Alo abang-abang jelek, Affan datang!!" serunya dengan wajah semringah.

"Lahaulla...." ucap beberapa orang yang berada di sana seraya mengelus dadanya.

"Assalamualaikum,"

Pintu terbuka lebar oleh tangan berurat milik seseorang yang merupakan ayah dari Raffan. Semua orang yang berada di dalam markas tersenyum seraya menjawab salam, kecuali Venus yang bersiap beranjak dari duduknya. Oh ayolah, ia harus segera menghindar dari musibah ini!

"Bang Jupi mau kemana?" Raffan berlari kecil, ia menarik-narik ujung baju yang dikenakan Venus.

Dengan gerakan slowmotion, Venus menunduk untuk melemparkan senyum palsunya kepada anak kecil yang baru saja datang itu. "Mau ambil mimi," jawab Venus.

"Affan juga mau susu!" ujar Raffan lalu duduk di sofa bersama sang abba.

Venus hanya mengangguk, tentu saja dirinya tidak akan kembali. Lebih baik ia mengurung diri didalam kamar markas.

"BANG JUPI, SUSUNYA DIKASIH TOPING YA. KALO LAMA AFFAN MINTA ABBA BUAT TAMBAHIN HAFALAN ABANG!!"

Pergerakan Venus berhenti, ia melirik horor bocah yang barusan teriak. "Bener-bener mirip emaknya!"

Raffan cengar-cengir tidak jelas. Menatap satu per satu manusia yang berada di sekitarnya dan yang ditatapun berpura-pura menyibukkan diri. Ia turun dari sofa, lalu kembali duduk diantara Langit dan Dion yang sedang sibuk bermain ponsel. "Eh busett, kapan datengnya lo cil?" Dion refleks menengok merasakan gerakan kasar di sofa sebelahnya.

"Bang didi pasti lagi godain cewe lagi ya?" tebak bocah itu dengan raut wajah yang amat menjengkelkan.

"Nama abang Dion, D.I.O.N bukan didi,"

Raffan mengangkat bahunya seakan tidak peduli, tatapannya beralih ke arah pintu yang terbuka, menampilkan sang umma dan kakak kembarannya. "Lah tumben ikut, Ra?" tanya Dion.

Seorang perempuan dengan abaya cream dan anak kecil yang berada di gendongannya menjawab. "Gak ada niatan, tapi anak-anak minta mampir,"

Perempuan itu menurunkan putra pertamanya, Rayyan yang merupakan kakak kembaran Raffan ikut duduk bersama beberapa anggota yang tengah bermain catur. Sedangkan sang umma berjalan menghampiri suaminya yang sedang membuka-buka sebuah buku.

"Cil," bisik Dion yang mampu membuat Raffan menoleh. "Dari mana tadi?"

"Beli mainan,"

Dion mengangkat satu sudut bibirnya. "Tau gak kalo kamu punya abba banyak, kamu juga bakal punya mainan banyak."

Binar di mata Raffan seketika terlihat. "Bener bang?" tanya Raffan memastikan, yang langsung mendapat anggukan dari Dion.

"Kata abba kalo mainan kebanyakan, nanti mubazir," Rayyan menyahut, ia ikut duduk disamping Langit.

Langit tertawa membuat Dion menggeplak kepala bagian belakang laki-laki itu. "Duplikat abbanya udah mulai nyahut tuh bang," ujar Langit.

Dion memutar bola matanya malas, tatapannya kini beralih pada Rayyan. "Selama masih dimainin kan gak mubazir, nanti juga bisa disumbangin ke panti kalo kalian udah gak suka sama mainannya. Iya gak?"

Raffan mengangguk, menyetujui ucapan Dion. Anak itu berlari menghampiri sang umma yang kini duduk disamping abba-nya. "Umma, umma!!"

Nazira Aurora Devandes, umma dari Raffan dan Rayyan. Merupakan perempuan satu-satunya yang diperbolehkan masuk ke dalam markas Alvaros. Zira merupakan Queen Alvaros sepanjang masa, umurnya sama dengan Venus dan Dion yaitu 22 tahun. Perempuan itu memiliki suami bernama Alzan yang merupakan seorang gus muda. Zira memang Queen di perkumpulan ini tetapi Alzan bukanlah anggota ataupun mantan anggota. Dia hanya mengajarkan ilmu agama bagi para anggota Alvaros.

"Na'am sayang?"

Raffan semakin melebarkan senyumnya, ia menatap tepat di netra indah milik Zira yang kini masih dalam posis duduk. "Raffan pengin punya abba baru!"

Uhukkk!!

Alzan tersedak salivanya sendiri. Ia mengangkat Raffan dan memangkunya. "Siapa yang ngajarin gitu, hm?" tanya Alzan dengan mata yang menatap tajam Dion yang nyengir kuda. Sudah pasti orang itu!

"Kalo buka lowongan, gue daftar jadi abbanya kembar ya bang," ucap Dion.

"Gue juga boleh tuh,"

"Boleh juga, ajuin persyaratannya aja bang. Kita siap lahir batin kok,"

Air muka Alzan semakin tak bersahabat, ia bangkit dari duduknya. Tangannya merangkul pinggang sang istri posesif, seakan menunjukan Zira hanyalah miliknya. "Dion, Angga, Langit. Saya tambah hafalan hadist kalian!"

"E-eh bang-"

"Zaujaty, ayo pulang. Disini kamu tidak aman," ajak Alzan.

Sedangkan Zira yang sedari tadi menahan tawa, kini mulai tertawa ringan. Mereka memang suka sekali membuat suaminya cemburu, entah apa alasannya. Perempuan itu menggandeng Rayyan, lalu kembali bergabung dengan suaminya dan Raffan.

"Bang gak ada neg-"

"Tidak ada!"

Dion beserta yang lain meringis. "Mampus yang minggu lalu aja blom hapal!"

"Mana tu bocah?" Venus datang lengkap dengan segelas susu yang ia bawa.

"Balik,"

Venus menjatuhkan rahangnya. "Lah,"

"Tadi Zira ikut, gue-"

"Lo bikin bang Alzan cemburu lagi?" Venus mendesah, menjatuhkan dirinya di sofa. "Pasti nanti hafalannya bakal ngebut,"

Dion mengelap mulutnya yang belepot setelah meneguk susu yang dibawa Venus barusan. "Udah ditambah,"

Venus menempeleng kepala Dion kasar. "Lagian lo berani-beraninya, mana gak satu dua kali. Kalo Zira masih sama Aksa, mungkin bagian tubuh lo tinggal gigi doang,"

Dion tersenyum sombong. "Lo gak paham strategi gue, kalo gini teruskan hafalan kita juga di undur-undur."

"ASSALAMUALAIKUM BABANG ARKAN KOMBEKKK!!!!"

★★★

"Pulang ke sini sekarang!"

"Enggak! Tempat kelahiran Selatan di sini,"

Terdengar helaan napas berat dari sebrang sana. "Pulang!"

"Enggak Yah, pusat kebahagiaan Selatan ada di sini!"

"Baik. Ayah yang akan ke sana,"

Panggilan terputus secara sepihak. Selatan menghembuskan napasnya pasrah. Ia menggulung lengan bajunya, seketika terlihat luka lebam yang semakin membiru. "Bunda, Selatan jadi anak kuat karena di didik oleh ayah."

Drttt

Drttt

Ponsel laki-laki itu kembali berdering, kali ini bibirnya tertarik ke atas ketika melihat nama yang tertera dalam layar ponsel. Selatan mendudukkan dirinya di kursi depan rumah, kemudian menggeser ikon menerima panggilan.

"Kak Selat!! Kay ada buat bolu, kakak mau ga?"

Pekikan itu membuat Selatan tertawa kecil. "Boleh, kakak ke sana sekarang,"

"Oke! btw kita kapan ketemu sama temen-temen kak Selat?"

"Lain kali ya, kakak masih cape. Cuma pengin ketemu kamu," Mata itu kembali menatap lukanya, bibirnya tersenyum simpul.

.
.
.
TBC

Next??

Komen jika ingin lanjut

Kalau engga ada, yaudah😁😁

Salam dari Jateng
21 Maret 2024

Finally Meet You Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang