5. Kenyataan pahit

198 21 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.

Happy reading

🌻🌻

Mata Faizha berkaca-kaca, bibirnya terasa kelu hanya untuk mengucapkan sepatah kata. Tubuh mungil itu bergetar hebat, mengundang sebuah tangan untuk menepuk pundaknya hangat. Namun, kehangatan itu belum mampu mengusir kesedihan yang ada dalam dirinya. Air mata itu terjun bebas membasahi pipi gadis itu, hatinya terasa dihantam bertubi-tubi saat mengetahui bahwa kedua orang tuanya yang selama ini ia cari ternyata telah meninggal dunia akibat dari kecelakaan beberapa tahun silam.

"Sabar nak, ini sudah menjadi takdir Allah. Kamu harus ikhlas, untuk saat ini kedua orang tuamu hanya membutuhkan doa dari putrinya," ucap seseorang yang kemudian beralih duduk di samping putranya.

Surat Al-Hadid ayat 22

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS Al-Hadid: 22).

Faizha terus beristighfar dalam hati. Mencoba untuk mengikhlaskan sesuatu yang telah terjadi dalam hidupnya. Tetapi tidakkah Tuhan memberikannya satu kesempatan lagi untuk ia bisa merekam dengan jelas wajah kedua orang tuanya?

"Saat kecelakaan, kenapa kamu tidak ditemukan di TKP?"

Faizha mengusap air matanya, menatap dua laki-laki beda usia yang duduk bersebrangan dengan dirinya. Samar-samar Faizha masih mengenali pria dengan umur genap lima puluh tahun itu. Tapi tidak dengan laki-laki yang beberapa minggu lalu menjadi pertemuan pertama mereka.

Faizha menceritakan semuanya, mulai dari ia yang pingsan dan tersadar di sebuah gubuk tua milik seorang kakek-kakek. Sampai dirinya memasuki umur 14 tahun, ia dirawat oleh sang kakek tersebut seperti cucu sendiri. Awalnya mereka tinggal di sebuah pedesaan terpencil. Namun karena akan digusur, sang kakek mengajak Faizha untuk pindah ke kota Jakarta dengan dana yang ada.

"Kamu diperlakukan baik olehnya?"

Faizha mengangguk cepat.

"Om Andro, Faizha pengin ke makam ayah sama bunda,"

Pria berumur itu tersenyum. "Pergi sama Aidan, ya?!"

★★★

Brakkk

Sebagian orang yang berada di dalam ruangan terlonjak kaget saat suasana yang tadinya tenang kini dikejutkan dengan gebrakan pintu yang cukup keras. Sebuah tangan mungil terlihat dari sisi pintu, disusul dengan kepala yang mulai menyembul dari sana.

Finally Meet You Again!Where stories live. Discover now