Hatinya terus berdoa, semoga saja tebakannya salah. Namun, saat melihat perubahan ekspresi ketiga Moirai membuat harapan Riona runtuh seketika.

"Sayangnya kami hanya bisa melakukan ini untuk jiwamu. Kami harap setelah kehidupan kedua ini, jiwamu bisa meneruskan perjalanannya untuk berinkarnasi ke kehidupan selanjutnya," ucap Klotho.

Riona memaksakan sebuah senyum kecil di bibirnya, ia mencoba membesarkan hatinya sendiri.

Bukankah semua ini sudah lebih dari cukup? Ia sudah berhasil membuat anak-anaknya bahagia dan menghapus kesan sebagai monster di mata anak-anaknya.

Setidaknya kali ini Riona yakin jika ia mati bukan karena dibunuh oleh keempat anaknya.

"Jangan bersedih Riona. Satu hal yang harus kamu tahu, kami telah menitipkan satu jiwa dalam dirimu. Jaga jiwa itu dan pulanglah ketika tugasmu sudah selesai," ucap Atropos.

Kedua mata Riona membulat tak percaya dengan ucapan Atropos, ia refleks memegang perutnya yang masih datar.

"Benarkah?" tanya Riona memastikan.

Ketiga dewi itu mengangguk bersamaan dengan senyum hangat. "Iya, Riona. Namun, mungkin saja jiwa itu masih belum bisa diketahui keberadaannya karena masih berusaha beradaptasi dengan dirimu," jawab Atropos.

Sontak Riona mengangguk antusias. "Terima kasih. Aku ... aku benar-benar berterima kasih kepada kalian."

"Kembalilah. Selesaikan tugasmu dan habiskan benang kehidupanmu, pulanglah ke mari jika semua itu telah selesai. Kami akan menunggumu," ucap Lakhesis hangat.

----

Riona membuka matanya perlahan-lahan, berusaha membiasakan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Ia bisa melihat bahwa jiwanya telah kembali, ia kembali ke dalam dunianya.

"Mama?"

Suara Casvian langsung terdengar menyapa indra pendengaran Riona untuk pertama kali, ia berusaha bangun dari ranjang. Casvian yang melihat hal itu bergegas menghampiri Riona dan membantu ibunya untuk bersandar di kepala ranjang.

"Mama harusnya tiduran dulu, masih butuh banyak istirahat. Mama butuh sesuatu? Mama haus?" Casvian langsung menghujani Riona dengan banyak pertanyaan.

Riona tersenyum kecil.

Riona ingin menikmati semua momen ini lebih lama lagi. Momen-momen yang mungkin tidak pernah akan terulang lagi dalam hidupnya, di mana ia bisa melihat senyuman dan wajah khawatir anak-anaknya.

"Mama ih, orang ditanya juga. Kok malah bengong," rajuk Casvian seraya mencebik sebal.

Riona terkekeh pelan. "Mama gak apa-apa, Nak. Mama gak butuh apa-apa, Mama cuma butuh kalian di sisi Mama selamanya."

Casvian langsung memeluk tubuh Riona, membuatnya menjadi setengah membungkuk di atas ranjang. Tanpa sadar air mata remaja pria itu menetas dan membasahi baju Riona.

"Mama jangan kayak tadi lagi, kalau Mama lagi sakit, bilang. Jangan bikin kita semua khawatir. Vian takut. Vian takut ditinggal sama Mama, Vian takut kalau Mama kenapa-kenapa," racau Casvian yang akhirnya pecah juga.

Sejak Riona diperiksa oleh dokter hingga dokter pulang, Casvian sama sekali enggan untuk meninggalkan kamar orang tuanya. Ia terus berada di samping Riona dan menemani wanita itu.

"Tadi kata dokter Mama kenapa?" tanya Riona penasaran.

"Kata dokter kamu kelelahan," sahut Wylan yang kini berdiri di ambang pintu. "Lain kali jangan terlalu memforsir tenaga kamu, ingat istirahat juga."

Riona hanya menganggukkan kepala, tetapi dalam hati ia bertanya-tanya. Mungkinkah ia tiba-tiba pingsan karena kehamilan keempatnya?

Namun, karena ia melakukannya baru satu minggu yang lalu mungkin belum bisa dideteksi oleh dokter. Setahu Riona, kehamilan bisa diketahui pada minggu kedua atau ketiga setelah pembuahan.

"Iya, Mas," jawab Riona seadanya.

"Sudah. Vian, kamu mending makan dulu, biarin Mama kamu istirahat di sini," titah Wylan, mengingat putra sulungnya belum makan dari pagi. "Biar Papa yang gantian jaga Mama."

Sejenak Casvian menatap tak rela pada Riona, tetapi wanita itu memberikan senyumannya dan mengangguk kecil. Hal itu membuat Casvian mengembuskan napas kasar dan beranjak dari ranjang.

"Awas aja kalau Papa sakitin Mama, Vian gak bakal diam," ancam Casvian sebelum keluar dari kamar itu.

"Haduh. Gini nih kalau punya anak posesif minta ampun, serasa saingan sama anak sendiri," gerutu Wylan setelah Casvian menghilangkan dari balik pintu.

"VIAN MASIH BISA DENGAR LOH, PA!" teriak Casvian dari luar kamar.

----

To be continued...

SIAPA YANG PENASARAN DARI KEMARIN?? CUNG TANGAN!

Ramikan kolom komentar ya Bestie^^

Oh iya, aku bisa jamin kalau cerita ini bakal happy ending loh. Percaya gak? 👀

Yuk follow IG aku ( @Jupiterbabyy__ ) untuk info-info seputar karya-karya aku.

Kalian ini yang ngaku-ngaku calon menantu Riona, emangnya calon istrinya siapa? Vian, Morfeo, Kiel atau Riel?

YUK SPAM NEXT DI SINI BESTIE!!

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now