Dunia baru untukmu

Start from the beginning
                                    

Sementara itu, pria tersebut kemudian menoleh ke arah gadis itu, mengulurkan tangannya, menawarkan sesuatu.

"Tidak keberatan jika Hazel ingin pergi melihat situasi pondok-pondok disini bersama saya?"

Hazel menoleh ke arah kanan dan kiri. Setelah itu menggangguk.

Baiklah, mungkin dia bisa bertanya hal-hal tersebut seusai tour ini.

_______

Gorden itu terbuka, kemudian Hazel mencoba untuk turun sedikit demi sedikit dari beberapa anak tangga disitu. Bersamaan dengan tangannya yang mengait erat dengan tangan pria yang akan mengajaknya berkeliling di tempat baru ini.

Setelah gadis itu selesai turun dan mendongak. Gadis itu kemudian terkejut.

"Wah...aku tidak pernah tau ada tempat seperti ini di dunia, kecuali dari imajinasi buku novel fantasi yang telah kubaca."

Udara yang sejuk.

Pepohonan tua yang begitu rindang dengan kebun-kebun bunga di bawahnya.

Terlihat belasan pondok kayu yang berjejer rapi sejauh mata memandang.

Tanah yang penuh dengan bebatuan alam.

Juga sungai yang mengalir dengan tenang.

Tidak salah memang jika perempuan bernama Mbak Rita yang dia jumpai di pondok kesehatan bilang kalau pendatang baru akan menganggap tempat ini sebagai surga.

Hazel begitu kagum, rasanya tenang sekali disini. Tidak seperti saat dia masih di rumah tantenya, apalagi setelah mengetahui kebenaran yang membuatnya frustasi itu. Ah, sudahlah Hazel tidak ingin memikirkannya kembali.

Setelah melangkah jauh dari pondok kesehatan, pria di sebelahnya mulai membuka pembicaraan.

"Indah bukan?"

"Emm..benar tuan, pemandangannya tidak begitu buruk."

Pria itu tersenyum kemudian menoleh ke arah gadis itu kemudian melihat sedikit gundukan di area punggung Hazel, ekspresi pria tersebut berubah lebih khawatir.

"Bagaimana dengan luka di punggungmu? Apakah masih sesakit itu?" Ucapnya.

Gadis itu kemudian mencoba meraba-raba bagian punggungnya, lalu merintih setelah menekan lembut bagian yang dirasanya luka. Gadis tersebut kembali ke posisi semula, wajahnya sedih, dia mengangguk.

Pria itu menghela nafasnya, kemudian kembali tersenyum,
"Baiklah, aku yakin luka itu akan cepat sembuh, kamu tau? Ahli obat paling jeniuslah yang dengan sendirinya telah sukarela merawatmu dari mulai kamu pertama kali datang kesini."

Gadis itu mengernyitkan dahi, siapakah ahli obat itu.
"Apakah orang itu Mbak Rita, Tuan?"

Pria itu mengangguk senang.

Gadis itu kemudian tersenyum lalu tetap berjalan santai. Lalu kemudian teringat, bagaimana keadaan Liam dan Reza? Apakah mereka ada di sekitar sini.

Gadis itu mendongak mencoba menyusun kata dan bertanya ke pria yang ada disampingnya tersebut.

"Tuan, apakah anda tau, dimana Liam dan Reza sekarang?"

Pria itu menoleh,
"Mereka ada di pondok kesehatan khusus laki-laki, mungkin sekarang mereka masih beristirahat, karena nanti akan ada jadwal untuk kumpul besar semua murid yang ada di padepokan ini."

Gadis itu bingung,
"Murid?"

"Benar, padepokan ini adalah dunia baru untuk mereka yang berhasil keluar dari kehidupan lamanya. Seperti kamu, mereka juga akan bersiap-siap untuk jadwal nanti. Kamu tidak akan sempat untuk ke pondok kesehatan tempat mereka berada, namun tidak apa toh kamu akan bertemu dengan mereka ketika kumpul besar nanti untuk pelantikan." Jelas pria itu.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now