👙Part 28👙

3K 162 9
                                    

Tolong ramein komennya donggggg ㅠㅠㅠㅠ. Makasih

Happy reading👙

Safa melangkahkan kakinya memasuki rumah yang bisa terbilang mewah itu. Bagi Safa rumah milik Kendra ini termasuk mewah dan besar dibandingkan rumah miliknya.

"Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, kita akan tinggal di sini dulu. Dan mengenai permintaan kamu ... saya penuhi. Saya tidak akan tinggal di sini selama perjanjian. Sebisa mungkin saya juga tidak akan menampakkan wajah saya." Safa mendengarkan dengan seksama ucapan panjang Kendra.

"Kebetulan saya juga ada pekerjaan di Bandung, jadi tidak akan bertemu kamu. Jika Nafis menanyakan, katakan saja kalau saya ada pekerjaan."

Hanya anggukkan saja yang bisa Safa lakukan. Ia juga bingung harus berkata apa.

"Ya sudah kalau begitu saya langsung pergi."

Ketika Kendra membalikkan tubuhnya, safa lebih dulu mencekalnya.

"Ke mana?"

"Ke Bandung lah. Kamu pikir ke mana?"

Safa menelan salivanya gugup. Dengan kepala menunduk, ia melepaskan cekalannya. "Tidur di sini aja dulu. Udah malem. Dari tadi kamu belum istirahat, kan? Lagipula Bandung nggak 10 menit langsung nyampe."

"Memangnya tidak apa-apa?"

Alis Safa terangkat sebelah. "Nggak apa-apa, apanya?"

"Ya saya tidur di sini."

"Oh ... ya enggaklah. Toh ini rumah kamu, kan?"

Setelah itu Kendra menuntun Safa masuk ke kamarnya. Tentu saja Kendra masih waras untuk tidak membawa Safa ke kamar yang dulunya ia dan Nira tempati. Karena di kamar itu masih ada barang-barangnya bersama Nira.

"Kamu bisa istirahat di sini," ucap Kendra yang dianggukki oleh Safa.

Gadis itu menyimpan kopernya di dekat lemari. Malam ini dia terlalu malas untuk berbenah. Jadi akan ia lakukan besok.

Safa mendudukkan tubuhnya di ranjang. Matanya mengedar menatap setiap sudut rumah. Untuk ukuran rumah yang sudah lama tidak ditempati, rumah ini sangat bersih dan benar-benar terawat. Apa Kendra menyuruh seseorang untuk membersihkan rumah ini?

Ketika akan bersuara, dering ponsel milik Kendra menghentikan niat Safa. Lelaki itu menatap sekilas ke arah ponselnya, melihat siapa yang meneleponnya di jam sekarang. Lalu Kendra keluar dari kamar untuk menerima panggilan tersebut.

Melihat Kendra yang pergi dari kamar, Safa hanya mengendikkan bahunya tak acuh. Ia memilih membuka ponselnya. Matanya terbuka lebar ketika melihat baterai ponselnya tinggal 20%. Gadis itu baru mengecek ponselnya. Langsung saja ia cari charger nya yang ia simpan di tas miliknya.

"Lah, charger gue mana?" tanyanya pada diri sendiri ketika tak menemukan barang yang ia cari. Ia berpikir keras mengingat kapan terakhir kali ia melihat chargernya.

"Tadi perasaan udah gue masukin tas deh. Apa ketinggalan di mobil ya?"

Gadis itu bangkit dan keluar dari kamar untuk menghampiri Kendra.

"Ma-s ...." Suaranya memelan begitu mendapati Kendra yang belum selesai teleponan.

"Kamu di mana sekarang?" Terdengar nada khawatir dari suara Kendra.

"Ya sudah saya ke sana sekarang."

Dahi Safa mengernyit. Kendra akan menghampiri orang yang di telepon itu? Memangnya siapa orang itu sampai-sampai Kendra bertekad akan menghampirinya?

"Saya ke sana, Nira. Jangan keras kepala," tegas Kendra lantas menutup teleponnya.

Matanya terbuka kaget begitu ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Safa yang kini di hadapannya.

"Safa?"

Safa mengulas senyumnya. "Mas mau keluar?"

Walau terlihat berat, tapi Kendra tetap mengangguk. "Saya harus ke-"

"Sekalian kamu mau pergi, aku mau ambil chargeran aku. Kayaknya ketinggalan di mobil kamu," ucap Safa memotong ucapan Kendra.

Ia langsung berjalan mendahului Kendra. Rasanya ia malas melihat lelaki yang menjadi suaminya itu.

"Bisa tolong buka kuncinya? Handphone aku udah lowbat."

"Ah iya ...." Buru-buru Kendra menekan kunci mobilnya.

Safa mencari barang yang ia cari di dalam mobil Kendra. Benar saja, chargerannya terjatuh dalam mobil.

"Udah ketemu nih," ucap Safa mengangkat chargeran miliknya disertai cengirannya. "Mas mau langsung pergi?"

"Iya."

"Oke deh kalo gitu. Hati-hati, ya. Udah malam juga."

"Saya titip Nafis."

"Tanpa Mas bilang juga aku bakal jaga dia. Kan udah kewajiban aku."

Kendra diam. Ia bingung harus berkata apalagi. Lelaki itu yakin jika Safa mendengar percakapannya di telepon.

"Kok malah diem? Bukannya tadi mau pergi?"

Kendra menatap Safa dalam. "Nanti saya jelaskan."

Safa tersenyum kecut. Akhirnya ia tak bisa menyembunyikan sikap tak sukanya itu. "Loh, buat apa? Lagipula sekarang atau nanti sama aja kan hasilnya?"

Kendra tahu maksud ucapan Safa. "Saf ...."

"Udah ya, Mas. Aku cape mau istirahat. Sampaikan aja salamku buat Mbak Nira. Dan hati-hati di jalan."

Setelah itu Kendra hanya bisa mengembuskan napasnya kasar ketika Safa menghilang di balik pintu.

Tbc👙

Tim Safa-Kendra tetep bersama atau pisah?

Udah siap menuju ending belum? Walaupun aku lagi mikir endingnya gimana ahahaha.

Tinggalkan jejaknya okeeyyyy

See u and i love u sm guyssss❤

-Queen

Safa [END]Where stories live. Discover now