👙Part 6👙

3.2K 183 6
                                    

Happy reading👙

Wajah Safa melongo tak percaya. Lelaki itu benar-benar membuktikan ucapannya. Ya, Kendra membawa orang tuanya ke rumah Safa. Tentu saja disambut hangat oleh Nyonya Apsa.

Dan membuat Safa semakin melongo tak percaya itu adalah ... KENAPA IBU LELAKI ITU MIRIP DENGAN WAJAH IBU TEMANNYA? Ya, wajah ibu Kendra sama persis dengan wajah ibu dari Viko. Dan yang membuatnya yakin itu tatkala ibu tersebut sudah mengenalnya. Bagaimana tidak kenal, mereka bertemu di mall yang saat itu Tiya dikerjai olehnya.

Safa benar-benar tidak tahu apa yang harus ia katakan, ia hanya bisa memberikan senyum manisnya.

"Jadi gimana nih, Aps? Lamaran anakku diterima nggak?" tanya Manda menatap ke arah Apsa.

"Gimana, Pa?" Apsa malah bertanya pada Dito.

Dito langsung menatap ke arah putri bungsunya yang dibalas kode serta gelengan kecil dari Safa.

"Kalau saya sih setuju saja." Jawab dari Dito benar-benar membuat Safa ingin menjerit. Ini kenapa Papanya langsung setuju sih?

"Kamu gimana, Saf?" tanya Apsa pada Safa.

Jadi ini Safa harus jawab apa? Ya emang dia suka pada lelaki itu, tapi ya enggak gini juga caranya. Apalagi Kendra sudah punya buntut.

Safa bingung. Ia melihat wajah Nyonya Apsa yang menatapnya penuh harap. Ia juga tak pernah melihat Dito menerima lelaki semudah itu untuk mendekatinya.

Gadis itu menghela napasnya dalam. "Yauda deh, Safa terima."

Oke. Akhirnya Safa memutuskan menerima hubungan ini. Semoga aja keputusan yang Safa ambil menjadi jalan terbaik.

👙👙👙

Gara-gara semalam, Safa sampai lupa dengan janjinya pada Miko. Lelaki itu mengajaknya menonton. Dan Safa lupa.

Maka dari itu, ia buru-buru berlari menuju bioskop. Karena kemarin Miko mengatakan langsung bertemu di tempat saja. Sejak tadi Safa menghubungi lelaki itu, tapi ponselnya tidak aktif. Safa takut lelaki itu menunggunya. Karena ia sudah telat 2 jam.

Ia menghela napasnya lega setelah melihat keberadaan Miko. Lelaki itu sedang duduk di kursi yang berada di cafe, kebetulan ada cafe di luar bioskop.

"Mik?" panggil Safa yang membuat Miko menoleh.

Senyum lelaki itu mengembang. "Kirain lo lupa."

"Sorry, emang lupa. Lo nunggu lama banget ya?"

"Engga kok. Gue baru datang 10 menit yang lalu. Mau ngabarin lo kalau gue telat, eh ponsel gue lowbat." Safa berucap syukur atas pernyataan Miko.

"Yaudah gue beli tiketnya dulu. Lo tunggu di sini aja sekalian gue beli susu strawberry kesukaan lo," ucap Miko yang diacungi jempol oleh Safa.

Safa menghargai setiap perlakuan Miko padanya. Miko sudah menyatakan perasaannya ketika mereka berada di pesta ulang tahun putri sahabatnya, Zee. Namun Safa mengatakan jika ia nyaman pada Miko sebagai seorang teman saja. Dan Miko menghargai keputusannya. Dilihat dari sikapnya sekarang, Miko bersikap biasa saja. Seolah tidak pernah mengungkapkan perasaannya.

Sibuk dengan isi pikirannya, Safa sampai tidak sadar dengan kedatangan Miko. Lelaki itu memegang gelas berisi susu strawberry lantas menyodorkannya pada Safa.

"Thanks, Mik." Miko mengangguk seraya duduk di kursi yang ada di depan Safa.

"Film nya tayang masih setengah jam lagi. Mau nunggu? Atau ke toko buku dulu? Lo kan waktu kemarin bilang lagi nyari novel yang minggu lalu rilis."

"Oh iya. Yaudah kita ke toko buku aja kalau gitu."

Lantas mereka melangkahkan kakinya menuju toko buku yang kebetulan satu lantai dengan bioskop.

"Minggu depan anak-anak pada ngajak liburan bareng ke Malang. Mumpung masih ada libur semester kan," ucap Miko tatkala mereka sudah berada di depan rak dengan buku yang berjejer rapih.

"Boleh, tuh. Gue juga suntuk. Liburan nggak ke mana-mana."

"Kan ini jalan, Saf."

Safa berdecak. "Bedalah, Mik. Liburan yang bener-bener liburan maksud gue."

Miko mengendikkan bahunya. Lalu lelaki itu ikut melihat-lihat buku. Di rasa membosankan, ia melirik ke arah Safa yang fokus mencari novel.

"Cantik," ucap Miko tanpa sadar yang membuat Safa menoleh.

"Apa, Mik?"

Tersadar atas ucapannya, Miko menggelengkan kepalanya dengan mata yang mengerjap berkali-kali.

"Ini cover novelnya cantik banget." Safa melirik sekilas, memastikan ucapan Miko.

"Iya. Bagus covernya."

Dalam hati Miko berucap syukur karena Safa bisa dialihkan pembicaraannya. Takut akan kehilangan kendali jika memandangi Safa, Miko memilih melihat sekitar.

Tanpa disangka, matanya berhenti tepat di titik yang membuatnya terfokus. Mata lelaki itu menyipit, memastikan objek yang dilihatnya.

"Gue kayak kenal deh sama tuh orang," gumamnya.

"Kenapa, Mik?" tanya Safa yang sudah memilih novel yang akan ia beli.

"Itu. Gue kayak kenal sama orang itu." Miko menunjuk ke arah orang itu.

Lalu tak lama dari itu, Miko menjentikkan jarinya sebelum Safa menoleh sepenuhnya ke orang yang tadi di pandangi Miko.

"Gue inget. Itu kayak Kakaknya si Viko."

Mendengar itu Safa refleks memastikan yang dilihat Miko.

Sialan. Benar-benar Kendra.

Tbc👙

Maapin, updatenya molor. Lagi nggak ada ide wkwk. Ini baru bres ngetik, ngantuk banget.

Semoga suka deh ya sama part ini🤩Klo ganyambung, maapin🙇🏻‍♀️

Jangan lupa tinggalkan jejak. Babay😘

Safa [END]Where stories live. Discover now