👙Part 26👙

2.7K 164 6
                                    

Ini kalo tambah aneh, mohon dimaapin🙏🏻

Happy reading👙

Karena percakapan semalam, hubungan Safa dan Kendra semakin menjauh. Lebih tepatnya, Safalah yang membuat benteng di antara mereka. Kendra ingin membahas kembali obrolan semalam, tapi ia tak mau jika nanti hasilnya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ia akan anggap ucapan Safa semalam adalah rasa kekesalan perempuan itu saja.

"Ada apa dengan wajah kusut kamu?" Rafi duduk di kursi kosong yang terletak bersebrangan dengan kursi yang ditempati Kendra.

"Tidak ada apa-apa."

"Tentang istrimu?" Kendra tidak menjawab. Ia memilih menyesap kopi hitam miliknya. Menikmati aroma yang keluar dari uap mengebul kopi panas itu.

"Kenapa lagi?"

Kendra memandang papinya tak terima. "Bicara Papi seolah-olah aku selalu membuat masalah."

"Bukan pembuat masalah, tapi sikap kamu bikin dia nggak betah. Kamu sudah dewasa, Ken. Bahkan ini bukan pertama kalinya kamu berumah tangga. Seharusnya kamu bisa belajar dari kesalahan kamu dulu.

Alasan Nira meninggalkan kalian demi mimpinya sendiri. Kamu pikir hanya itu saja alasannya?"

"Kendra sudah berusaha selama ini, Pi. Safa saja yang tidak menerima keadaan Kendra yang seperti ini."

Rafi menggeleng. "Kamu bukan berusaha. Tapi kamu memaksa Safa untuk menerima karakter kamu yang sebenarnya merugikan diri kamu sendiri." Kendra diam.

"Semua kembali lagi ke diri kamu. Yang rugi pun kamu sendiri, bukan Papi atau pun Mami. Kamu sudah dewasa dan tahu harus bersikap bagaimana." Setelah mengatakan itu, Rafi pergi meninggalkan putra tertuanya sendirian. Merenungi setiap ucapannya.

Lagi-lagi yang bisa Kendra lakukan hanya menghela napasnya. Matanya fokus menatap cangkir kopi miliknya.

Ia menelaah setiap ucapan Rafi. Apa iya selama ini ia memaksa Safa? Memaksa Safa agar menjadi sosok yang Kendra inginkan? Ah, rasanya kepala miliknya ini sudah akan meledak. Hanya memikirkannya saja Kendra sangat pusing.

Sebelum masuk ke dalam rumah, Kendra menarik napasnya sekali lagi. Oke, ia harus bicara dengan Safa hari ini.

"Tiya?" panggil Kendra begitu Tiya melewatinya.

Tiya menghentikan langkahnya. "Kenapa, Bang?"

"Kamu lihat Safa?"

"Oh, Safa. Tadi ke atas sih, katanya mau bawain makan buat Nafis. Soalnya Nafis enggak mau turun."

Kendra mengangguk mengerti. Setelah mengucapkan terima kasih, ia langsung pergi ke kamarnya untuk menemui Safa.

Tapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar yang setengah terbuka itu. Ia melihat Safa tengah duduk di pinggir ranjang, di samping putrinya. Gadis itu dengan telaten menyuapi Nafis. Walaupun Nafis berkali-kali memalingkan wajahnya.

"Nafis sudah kenyang," ucap gadis kecil itu.

"Tapi kamu baru makan tiga suap loh. Habisin, ya? Biar cepet sembuh." Nafis menggeleng keras. Akhirnya Safa mengalah. Ia menyodorkan segelas air putih pada Nafis. Safa juga menuangkan vitamin sirup pada sendok yang dipegangnya.

"Buka mulutnya. Minum dulu ini vitaminnya."

Nafis membuka mulutnya menerima suapan dari ibu sambungnya tersebut, lantas meminum air putih.

"Nanti tunggu 15 menit dulu kalo kamu mau tidur lagi." Nafis mengangguk.

Safa membereskan piring dan gelas bekas makan Nafis. Baru saja Safa akan beranjak dari sana, suara Nafis menghentikannya.

Safa [END]Where stories live. Discover now